Kau tau apa yang paling mengerikan dari sebuah perpisahan? Perasaan tersiksa karena melakukan segala hal yang biasanya kau lakukan bersama, kini hanya tersisa dirimu. Atau ketika seluruh bayang bayang menyenangkan itu, terus muncul disetiap detik kau menemukan spot yang mengingatkanmu padanya.
Dan itu sedang terjadi padamu. Seminggu berlalu, namun kau tetap stuck pada perasaan tersiksa itu. Kau masih merasa aneh ketika kau melangkah masuk ke ruang latihan sendirian, tanpa seseorang yang menggenggam tanganmu. Atau ketika terbangun dipagi hari tanpa kecupan sayang di dahimu.
Dan kilasan memori bahagia itu, terus berdatangan. Seakan mengingatkanmu kalau hatimu masih berlabuh padanya. Dan kau tidak bisa menghentikannya, rasanya seluruh sudut kota ini punya ceritanya sendiri tentang dirimu dan dengannya yang membuat seluruh kenangan kembali.
Kau berjalan di lorong, menuju ruang latihan untuk melakukan aktivitas seperti biasa. Hari masih terlalu pagi, angin dingin rasanya menusuk tulangmu, namun kau lebih suka begitu. Suasana sepi ruang latihan yang kau sukai.
Menatap lama pintu dari bahan kayu itu, seakan ada banyak hal bermakna di pintu itu. Lalu melirik kebelakang, bersamaan dengan kilasan memori datang.
"Yn-ah! Tunggu aku! Ya!" Pria itu berlari tergesa gesa, mengejar langkahmu yang sudah dekat dengan ruang latihan. Setelah sampai ia dengan cepat meraih tanganmu, menggenggamnya dengan erat, dan tersenyum riang.
"Kau harusnya menunggu dulu, aku kan tidak sarapan selama itu" pria itu menggerutu, membuat senyummu mengembang. Menggemaskan sekali dia. Kau menyentil dahinya.
"Makanya kalau tidak bisa bangun pagi jangan ikut ikut aku untuk latihan pagi, Hoshi-ya" ujarmu yang hanya ditanggapi kekehan olehnya. Kekehan yang membuat kedua matanya menyipit lucu.
"Biarkan saja, aku kan ingin menggandeng tanganmu saat masuk ke ruang latihan" ujarnya ngeyel, namun mampu membuatmu sedikit bersemu. Dasar dikit dikit gombal.
"Ya sudah lah terserahmu" ujarmu tanpa berusaha menutupi senyum bahagiamu. Kalian berdua melangkah masuk ke ruang latihan, dengan candaan yang membuat senyum kalian berdua tidak luntur.
Namun, kini yang tersisa hanyalah senyum miris dengan sejuta kepahitan didalamnya. Dasar kenangan sialan.
Hari berlalu, kau bersiap akan pulang setelah latihan untuk penentuan siapa yang berkemungkinan debut. Hari melelahkan seperti biasanya. Ah, apakah kau lebih baik menyerah saja? Rasanya latihan tidak semenyenangkan dulu.
Kau memasuki mobilmu, dan sialnya kau harus menumpahkan botol minummu. Ah, kapan penyakit ceroboh ini bisa sembuh. Kau meraba raba ke kursi belakang, berharap kau masih ada persediaan tisu.
Namun sebuah benda lembut dan halus tertangkap tanganmu, kau mengambilnya karena merasa penasaran. Dan rasanya dadamu sangat sesak ketika melihat boneka harimau ditanganmu.
"Kau beli boneka harimau lagi?!" Ujarmu terkejut ketika melihat Hoshi datang dengan tas besar berisi boneka harimau. Astaga, kau merasa diselingkuhi oleh boneka harimau ini. Bisa bisanya Hoshi buang buang uang tiap hari hanya untuk boneka harimau.
"Hehe, tadinya gak niat, tapi lucu banget jadinya aku beli deh" Hoshi hanya terkekeh tanpa merasa bersalah, ia mengelus elus boneka harimau ditangannya itu.
"Tau deh, terserah" decakmu sebal. Sungguh rasanya tak lucu ketika kau yang berstatus kekasih terus menerus ditikung oleh boneka harimau itu.
"Aigo, yeochinku marah, iya iya mian, aku tidak akan buang buang uang lagi" Hoshi mengelus kepalamu sambil tersenyum manis, seakan tau apa yang sudah menjadi kelemahanmu. Curang.
"Lagian kan ini agar kau tidak sering sering rindu padaku" gumam Hoshi sendiri, sambil memerhatikan boneka harimau ditangannya. Kau menatapnya bingung, memangnya boneka harimaunya itu sepeluk able badan Hoshi? Enggak kan.
"Aku kan horangi" Hoshi mengangkat boneka harimaunya sehingga setara dengan wajahnya, dan menekuk kelima jari ala ala cakar harimau. Kau hanya menatapnya tak percaya, aigo jadi selama ini kau mengencani harimau begitu.
"Kau itu saram! Saram!" Dengusmu pelan, dan mengalihkan pandanganmu. Dan Hoshi akan memulai perdebatan tentang status keharimauannya sebentar lagi.
Tetapi kini tersisa hening. Hanya ada dirimu dan boneka harimau miliknya. Kau memeluk boneka harimau itu, berharap hal itu mengurangi rasa rindumu. Matamu berkaca kaca, rasa rindu yang menyesakkan kembali memenuhi dadamu.
Dirimu teringat akan satu tempat, memilih segera melajukan mobilmu ke tujuanmu. Kembali mengenang saat saat dulu, jika memang hubungan kalian benar benar berakhir, izinkan dirimu berlarut dalam rasa menyesakkan ini sebentar.
Sebuah halte bus biasa, tidak ada yang spesial. Namun kenangan yang tersisa disana sangatlah spesial. Kau melangkah keluar dari mobilmu, tidak peduli hujan yang perlahan turun. Seakan bekerja sama denganmu untuk menutupi air mata dan jeritan menyesakkan yang kau keluarkan.
Hari itu hujan deras seperti biasa, kau dan Hoshi kembali harus terjebak di halte bus, menunggu bus sambil memeluk tubuh masing masing, berusaha menghalau hawa dingin.
"Hoshi-ya, pinjam jaketmu, dingin" kau menarik narik ujung jaket hitam yang dikenakan Hoshi. Hoshi benar benar tidak romantis, tidak lihat apa kekasihnya yang hanya menggunakan crop top dan sweat pans ini benar benar kedinginan.
"Sireo! Aku juga kedinginan" ujarnya acuh, bergerak menjauh darimu yang menarik narik jaketnya. Kau membulat, mengapa kekasihmu ini sangat kejam hm? Kau mengejarnya, terus merusuh sampai ia memberikan jaketnya padamu. Yang membuat dirinya terpleset dan keluar dari halte bus. Berdiri dibawah hujan. Kau tertawa kencang, rasakan itu. Hukuman jahil pada kekasih sendiri.
"Kau juga harus kena Yn-ah!" Hoshi dengan senyum jahilnya menarikmu keluar dari halte, ikut berdiri dibawah hujan deras. Kau menatapnya tak percaya. Ah, Kwon Hoshi sialan!
"Ya! Mau kemana kau?!!" Kau berteriak sambil mengejar Hoshi yang menjauh dari jangkauanmu. Dan kalian bermain dibawah hujan sampai hujan berhenti, seakan melupakan niat awal kalian adalah menunggu bus datang.
Namun kini lagi lagi hanya dirimu, berdiri dibawah hujan deras sendirian. Bukan tertawa bahagia dan berlari kesana kemari, namun menangis dan terisak dengan kencang.
Kilasan lainnya berdatangan, terlalu banyak kenangan yang kau buat bersamanya. Entah kenangan di halte bus ini, atau kenangan lainnya saat kau bermain di bawah hujan bersamanya, seakan tidak peduli besok kalian akan sakit.
"Yn-ah!" Suara panggilan seseorang yang sangat familiar membuat dirimu tersadar. Itu bukan halusinasi dari kenanganmu, itu sungguh sungguh suara orang yang sangat kau rindukan.
Kau berbalik, dia disana. Kwon Soonyoung, atau yang paling sering kau panggil Hoshi, mantan kekasihmu, berdiri dibawah hujan bersamamu dengan payung ditangannya. Kau terdiam, rasanya kau ingin berlari ke arahnya, memeluknya dengan erat, menumpahkan tangisanmu di dada bidangnya, mengatakan betapa kau merindukannya. Namun kau tak bisa, hubungan kalian telah berakhir.
"Bogosipeo"
- END
Inspo dari haluan di tik tok yang deleting memories, kalian tau gak? Sumpah itu nyeseknya sampe ke uthor. Dan jadilah chapt ini. Vommentnya yang hyung! ㅂㅂ
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine
Fanfiction- seventeen imagine one shot para member dengan mbak yeen untuk memperlancar halu para carat deul.