Kepalamu menunduk, memandangi tanganmu yang saling bertautan, sedangkan pikiranmu sudah melayang jauh, tidak berminat sama sekali untuk mendengarkan celotehan orang tuamu tentang laporan penilaian selama tiga bulan terakhir ini. Kau sudah terlalu bosan mendengar perkataan mereka bagaimana kau hanya bermain ponsel, tidak belajar, dan bagaimana teman-temanmu lebih baik dari dirimu. Klasik, sudah seperti makanan sehari-hari bagimu mendengar perkataan seperti itu.
Omelan yang sekedar masuk telinga kanan dan keluar lewat telinga kiri itu akhirnya berakhir, kau memilih langsung menuju kamarmu, menutup pintu dengan rapat dan bernapas lebih lega setelah melepaskan topengmu. Meraih ponsel, oh itu dia. Pria dengan senyum lebar yang selalu berhasil membuatmu ikut tersenyum, melupakan seberapa lelah harimu.
"Kau melakukannya dengan baik" kata Seungcheol dengan senyum hangatnya seperti biasa, tangan besarnya dengan lembut mengelus kepalamu, sesekali merapikan anak rambut yang terjatuh, dan menyelipkannya di balik telingamu.
"Tapi nilaiku tak sempurna" terselip nada kecewa di ucapanmu, karena dibanding siapapun di dunia ini, kau jelas paling kecewa melihat hasil penilaian itu. Tapi Seungcheol tidak melunturkan senyumnya sedikit pun.
"Aku tau kau sudah berusaha sangat keras untuk meraih yang terbaik" ujarnya dengan nada bangga yang terdengar jelas. Melihat wajahmu masih dikelilingi awan hitam tangan besarnya kini mengacak asal rambutmu membuat dirimu sebal, bersiap untuk membalas kelakuan isengnya itu.
Ketika kau melangkah maju untuk mengerjainya balik, Seungcheol malah melilitkan tangannya dipinggangmu. Membawamu ke dalam dekapan hangatnya, membiarkan dirimu menarik nafas panjang. Ia tidak mengatakan apapun, hanya mengelus punggungmu pelan dan menepuknya lembut. Seakan menenangkan dirimu dalam diam.
"It's okay"
~
"Kau tidak makan?" Tanya pria yang sibuk memainkan rambutmu, mengepangnya asal-asalan, selagi dirimu duduk di antara kakinya, menyandar nyaman pada dada bidangnya sambil memainkan ponsel. Kau hanya menggeleng, enggan mengalihkan pandanganmu dari sosial media.
"Kenapa? Apa kau sudah makan dengan temanmu?" tanyanya lagi tanpa lelah, namun beberapa saat ia melanjutkan perkataannya. "Ah, aku lupa kau tidak punya teman".
"Ya!" pekikmu tidak terima dan siap memukuli pria berparas tampan yang sudah tertawa jahil penuh kemenangan. Namun kau tidak bisa bergerak karena dengan curangnya, tangannya memeluk erat pinggangmu.
"Aku sedang tidak mood" jawabmu pada akhirnya dengan nada kesal yang masih belum hilang, walaupun itu fakta jangan diingatkan dong.
"Kau? Tidak mood makan? Kau bahkan bisa memakan sekotak ice cream setelah makan malam!" ucapnya tidak percaya. Kau mengangkat bahu tidak peduli, asik dengan dunia maya, tidak berniat untuk menanggapi ucapan pria itu. Seungcheol terdiam sejenak, menaruh dagunya di puncak kepalamu.
"Insecure kenapa lagi?" tanyanya dengan lembut, dan begitu tepat sasaran. Kau menggerutu dalam hati mendengar pertanyaannya, bagaimana pria satu ini mengetahuinya seperti sudah tertulis? Menyebalkan.
"Tidak tau" jawabmu asal, memutuskan untuk tidak mengelak, toh dia juga sudah tau. Seungcheol memindahkan kepalanya menjadi bertumpu pada bahumu, ikut memperhatikan layar ponselmu. Tersisa hening, pria itu tidak berbicara lagi.
"Block saja" ujarnya tiba-tiba, membuat aktivitasmu men-scroll laman sosial media sosial itu terhenti, melirik ke arah pria yang terfokus pada layar ponselmu yang menayangkan akun sosial media salah satu temanmu.
"Jika dia memberi efek negatif padamu, block, semudah itu" lanjutnya lagi tanpa mempedulikan pandanganmu. Kau memandangnya ragu, sebelum akhirnya menekan titik tiga dan memilih opsi block.
Seungcheol mengelus kepalamu lembut dengan senyum puas. Kau menghembuskan nafas panjang, dan memilih mematikan ponsel. Memilih menikmati pelukan hangat pria satu ini.
"Cantik itu tidak harus seperti orang lain di sosial media, kau juga cantik, aku suka"
~
"Kau tau kan aku menyayangimu?" tanyamu pelan dengan suara serak, entah efek mengantuk atau karena tangis yang baru saja berhenti. Pria itu mengeratkan pelukannya pada tubuhmu, menghujani puncak kepalamu dengan kecupan ringan.
"Aku juga" jawabnya. Membuat pedih di hatimu semakin terasa. Rasanya lebih sakit daripada ketika orang tuamu lebih bangga pada temanmu daripada dirimu sendiri, lebih sakit pula daripada ketika menyadari kau benar benar tidak punya siapapun disisimu. Rasa sakitnya terasa lebih dikarenakan orang yang menemani dirimu melewati hal itu akan pergi.
"Kenapa tidak menetap?" suaramu kembali bergetar, seakan siap kembali membuat sungai kecil di pipimu. Seungcheol tidak menjawab, ia hanya terdiam tanpa memberikan reaksi pasti. Matamu sudah memberat, lelah menangis juga kantuk yang menyerang.
"Karena tidak ada yang kekal, sesuatu pasti berubah" ujarnya yang masih kau tangkap ketika kau mulai menuju dunia mimpi. Bersamaan dengan rasa hangat dari pelukannya kini menghilang dibawa angin. Menyisakan ponselmu yang masih hidup, menampilkan artikel terbaru.
Setelah bertahun-tahun bersama, boyband Seventeen memutuskan disband.
- END
ini tuh sebagai gambaran gimana mereka yang sebenarnya gak benar benar ada disamping kita, bisa jadi tempat ternyaman.
MAAF YE KLO GAJE. Author abis sibuk rl, lupa buat up kesini. Padahal ide numpuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine
Fiksi Penggemar- seventeen imagine one shot para member dengan mbak yeen untuk memperlancar halu para carat deul.