Malam itu kau menatap cemas kea rah pintu apartemen kalian. Hari sudah menunjukkan pukul 12 lewat beberapa menit. Hari sudah berubah menjadi keesokan harinya, namun kekasihmu satu itu belum juga kembali dari jadwal latihan malamnya. Apakah ia tidak sadar kalau kau mengkhawatirkan keadaannya.
Namun tak lama terdengar suara pin apartemenmu ditekan, dan tak lama bayangan besar yang tampak tertatih itu muncul. Ia meraba-raba dinding, sebelum akhirnya aku bisa melihat wajahnya. Wajahnya yang awalnya tampak menahan sakit, kini menyengir polos ke arahmu.
"Kau belum juga tidur?" tanyanya polos. Kau berdecak katika memerhatikan salah satu kakinya kembali diseret. Kau tau ia pasti kembali terjatuh atau membuat tulang kakinya itu terputar.
"Duduk" ujarmu setelah memandanginya sinis beberapa saat. Hoshi hanya menurut, ia tidak berkomentar apa apa. Kau memilih untuk mengambil air hangat untuk mengobati kakinya yang sudah kesekian kali bulan ini.
"Kamu abis ngapain lagi? Jatuh? Kepleset? Keplintir?" tanyamu judes. Hoshi hanya menyengir tanpa berniat menjawab. Ia membiarkan dirimu membuka kaus kakinya, dan menemukan kakinya yang membengkak. Kau menghela napas pelan.
"Gak parah kok, chagi" ujarnya pelan, membuatmu menekan kakinya sedikit. Dan mampu membuat dirinya menahan teriakannya. Kau menatapnya datar, dengan wajah 'ini yang kau bilang gak parah?'. Hoshi kembali hanya menunduk.
"Jangan marah" gumamnya pelan, sambil menoel noel lenganmu pelan. Namun kau bahkan tidak menoleh, sibuk membalut kakinya dengan handuk yang sudah direndam air hangat.
"Chagiii" panggilnya manja, kau berdecak pelan, menatap sinis kekasihmu. Namun lihat, pria bertubuh besar satu ini, hanya bisa memainkan ujung piyamamu, saat ia tau ia salah dan tidak lagi bisa mengelak.
"Apa pesanku padamu?" tanyamu pelan berusaha bersabar akan tingkahnya.
"Harus hati hati, gak boleh luka lagi" ujarnya pelan, tanpa menatapmu. Kau menghela napas, bisa bisanya ia ingat pesan yang selalu kau katakana sebelum ia berangkat kerja, namun selalu kembali dengan kondisi yang sama.
"Dilakuin, bukan cuma diinget" ujarmu sambil menyentil dahinya. Hoshi meringis pelan, ia menggenggam tangan mungilmu dan memainkannya, layaknya anak kecil sehabis dimarahi ibunya.
"Iya, besok gak lagi" ucapnya menurut. Kau menghela napas pelan, meraih rambut halusnya dan mengelusnya lembut. Bukan tanpa alasan kau mengomelinya seperti itu, rasanya kau bisa jantungan jika kakinya benar benar tidak bisa kembali karena terlalu sering ia putar putar.
"Aku khawatir" gumammu pelan. Hoshi tersenyum tipis, meraihmu ke dalam dekapannya. Mengelus punggungmu dengan lembut.
"Mian" lirihnya dan memberi kecupan ringan di puncak kepalamu. Setelah berdiam diri dalam dekapan hangatnya, kau memilih kembali melepaskan pelukan hangat kalian, dan kembali menatapnya tajam.
"Jadi ini bengkak gara-gara apa?" tanyamu kembali ke mode sidak. Hoshi kembali menyengir gugup.
"Aku jatuh..
Jatuh cinta padamu, hehe"
- END
maapkeun pendek, sebenernya pengen nyiptain yang panjang, tapi gegara bentar lagi ujian, gak bisa maksa otak nulis yang panjang akhir-akhir ini. jadi sampe minggu depan, aku bakal kebanyakan nulis yang short stories uwuw gini, tapi kalau dapet beberapa panjang bakal aku post kok. thankyouu~
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine
Fanfiction- seventeen imagine one shot para member dengan mbak yeen untuk memperlancar halu para carat deul.