"Kamu gak tidur?" setelah menyelesaikan tugasmu, kau bergerak menuju ruang tengah. Dimana pada sofa, kekasihmu duduk dengan nyaman bersama stik gamenya. Pria berkacamata itu menoleh, menghentikan gamenya untuk sejenak. Senyum manis terlihat di wajah tampannya.
"Udah? Mau tidur sekarang?" tanyanya sambil merentangkan tangannya, memberi isyarat untuk dirimu naik ke pangkuannya, yang tentu saja kau tidak menolak.
Kau menaiki pangkuannya, duduk dengan nyaman sambil bersandar pada dada bidangnya. Selagi kekasihmu melilit tangannya di pinggangmu, menyandarkan dagunya pada puncak kepalamu.
"Mau ke kamar sekarang?" tanya kekasihmu lagi. Yang kau jawab dengan gelengan pelan.
"Lanjutin aja, tanggung" jawabmu, yang membuat kekasihmu tersenyum. Ia menekan dagunya di kepalamu sambil menggesekkannya, membuat rambutmu berantakan. Tawa gelimu terdengar memecah hening apartemenmu.
"Kamu yang tim itu?" dengan penasaran tinggi, kau menunjuk salah satu tim yang ditampilkan di pojok kanan tv, dirimu ikut terhanyut oleh permainan yang ditayangkan. Dengan posisi nyaman di pangkuan kekasihmu, ditambah bantal kecil yang sudah ada di dekapanmu.
"Bukan, aku yang itu, yang orangnya masih lengkap" dan dengan sabar pula kekasihmu menjawab pertanyaanmu.
"Berarti kamu lebih unggul donk? Bisa menang gak?" kau kembali bertanya, begitu penasaran dengan game yang selalu dimainkan oleh kekasihmu, walaupun Wonwoo sering memainkannya saat bersamamu, kau tidak begitu penasaran dengan permainan tembak-tembakan itu.
"Bisa donk, kalau tim aku bisa ngabisin tim sebelah" jawab Wonwoo tanpa kehilangan fokusnya pada gamenya.
"Cara menangnya itu, kita bisa ngambilin barang yang ada di jalan, siapa tau kita dapet senjata atau P3K. P3K itu buat ngobatin kalau kita ditembak, jadi kita gak cepet mati gitu" kekasihmu dengan sabar menjabarkan jalan permainan game yang sedang ia mainkan.
"Kalau dapet senjata gede gini, kita bisa nembaknya dari jauh, jadi kayak sniper sniper di film action kamu" pria itu bahkan menjelaskan dengan sebutan yang lebih mudah dimengerti oleh dirimu.
"Tuh sayang, kan ada musuh tuh di bawah, karena senjatanya bisa jarak jauh, kita dari sini aja bisa nembak, dor! Mati! Woohoo!" Wonwoo bahkan masih sempat untuk memberi sorakan kecil setelah mengeliminasi musuhnya sambil menjelaskan padamu.
"Nah, kalau sudah hadap-hadapan gini, kita harus hati-hati. Kalau musuh sudah tau posisi kita, bisa-bisa kita ditembak juga" jemari lelaki itu tampak sibuk menggerakkan konsol game di tangannya.
"Tapi kalau kita tembak dari sini-" ucapan pria itu menggantung. "Mati!" Dengan reflek Wonwoo mengangkat tangannya, dengan hembusan nafas lega telah menyelesaikan game kali ini dengan sukses.
Namun ketika hanya hening menyambut, ia memiringkan kepalanya, melihat keadaanmu. Senyum gemas terpatri di wajah tampannya ketika menyadari kau sudah terlelap dengan nyenyak sambil memeluk erat bantal kecil di pangkuanmu.
"Pasti udah ngantuk banget, padahal kalau di pause juga gapapa" ujar Wonwoo pada angin yang berlalu. Menaruh konsol game yang dipegang, tangan besarnya mengelus kepalamu dengan lembut.
Sebelum akhirnya ia menggendong dirimu dan melangkah menuju kamar kalian. Menyingkap selimut dengan kaki, ia dengan hati-hati menaruh dirimu di kasur. Merapikan selimut untuk menjagamu tetap hangat. Wonwoo menyempatkan untuk mengecek keadaan di luar kamar sekali lagi—kompor, lampu, pintu. Hingga akhirnya ia menyusulmu untuk masuk ke dalam selimut.
"Good night, darling"
- END
Aku kurang tau gimana jalannya game yang bener, ini sepengetahuan aku aja yaaa hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine
Fanfiction- seventeen imagine one shot para member dengan mbak yeen untuk memperlancar halu para carat deul.