[VN] Stormy night

1.1K 135 2
                                    

"I'm back" pria yang sudah tinggal bersamamu sejak beberapa hari yang lalu itu tampak memasuki rumah. Sedangkan dirimu bahkan tidak berniat untuk membuka suara. 

Namanya Vernon, pria blesteran yang ikut student exchange denganmu, yang sialnya karena hanya ada kalian berdua, mau tidak mau kau dan dirinya harus berbagi kamar. Vernon sendiri pria yang tidak banyak berbicara, ia hanya membuka suara ketika penting. Sangat menguntungkan untukmu yang malas bersosialisasi dengan orang baru. 

"Diperkirakan akan terjadi badai malam ini" suara berita dari televisi yang biasa memberantas hening di kamar hotel ini. Kau tidak begitu memerhatikan, sibuk menghitung angka angka yang ada di bukumu. 

Setelah pekerjaanmu berakhir kau menuju tempat tidur, ternyata Vernon sudah terlelap lebih dulu di kasur seberang. Mematikan lampu, kau memasuki selimut dan bersiap tertidur setelah hari yang panjang. Sedangkan di luar awan awan gelap mulai menutupi bulan yang bersinar sangat terang. 

Di tengah keheningan dunia karena hari semakin larut, hujan akhirnya turun secara perlahan. Rintik-rintik air yang turun satu persatu kini semakin menderas. Membawa hawa dingin yang membuat orang orang merapatkan selimut mereka. 

Awan-awan gelap itu juga mulai terlihat kilatan cahaya, dengan gemuruh yang terdengar. Bersiap membuang muatan negatif yang dibawa gumpalan putih itu ke bumi. Hingga dalam hitungan detik, kilatan cahaya besar dan gemuruh yang memekakkan terdengar. Petir menyambar. 

Ketika gemuruh memekakkan itu terdengar, secara reflek kau terbangun. Matamu yang masih mengantuk, menyipit memandangi jendela besar yang ada di kamar hotel ini, memerhatikan kilatan cahaya yang menyambar, menerangi kamar hotel yang gelap. Kau mengerut tak suka, merasa kantuk namun juga tak bisa terlelap karena petir dengan gemuruhnya yang mengusikmu.

Untuk beberapa saat, kau mulai gelisah sendiri. Merasa sama sekali tidak nyaman dan aman dengan suara hujan dan petir yang kian berisik. Dirimu juga mulai mengkhawatirkan performamu untuk kelas dikeesokan hari. Sehingga kau hanya bisa mendengus pelan, sambil terus merubah posisi tidur. 

Tanpa kau sadari, penghuni kasur diseberangmu sudah terbangun. Pria itu menyipit memerhatikan dirimu yang bergerak gelisah, sebelum menyadari kilatan-kilatan cahaya dengan gemuruh yang mengganggu. 

Dengan mata yang masih setengah terpejam, ia bangkit dari kasurnya yang nyaman nan hangat. Dan mendekat pada kasurmu, dimana dirimu yang meringkuk, berusaha terlelap nyenyak seperti sebelumnya. 

Tangan besarnya mengelus tanganmu, yang membuat matamu langsung menyala. Terlebih ketika Vernon memutuskan untuk ikut berbaring di kasurmu. Berbaring miring cukup dekat hingga punggungmu menempel di dada bidangnya. Ia mengelus lenganmu pelan. 

"Sshhh" bisiknya, berusaha menenangkan. Namun anehnya malam itu, kau tidak bereaksi atau terpikirkan untuk menendang pria asing yang bahkan bisa dihitung jari interaksi di antara kalian, tapi kau membiarkannya setengah memelukku. 

Bahkan dengan gilanya kau mendekatkan badanmu padanya, yang tanpa protes, ia melilitkan tangan besarnya pada perutmu. Ikut bergabung dibawah selimut hangatmu. 

Untuk sejenak dunia seakan menghening, kau yang masih terpejam seakan tidak berpikir tentang hal yang sedang terjadi saat ini. Tidak ada satupun dari kalian yang membuka suara akan kondisi saat ini. 

Ketika petir kembali menyambar, kau kembali bergerak gelisah. Namun dengan gilanya kau malah memutar posisi tubuhmu, menghadap pria yang tengah memelukmu. Tetapi Vernon tidak bereaksi, ia membiarkan dirimu berbalik, dan merapat padanya. Ia merengkuh pinggangmu dan mengelus punggungmu secara perlahan. Bisa kau rasakan deru nafasnya di puncak kepalamu.

"Butuh penutup telinga?" suara serak mengantuknya terdengar, namun kau memilih menggeleng. Telingamu cukup dekat untuk menangkap detak jantung pria yang mendekapmu ini, dan ternyata itu cukup membuat dirimu melupakan gemuruh memekakkan di luar. 

Dan malam itu tanpa disangka kalian terlelap dengan nyenyak dikasur single yang cukup sempit untuk dua orang. Pelukan malam itu juga cukup erat, terlalu erat tapi nyaman untuk masing-masing dari kalian. Namun apa peduli, itu urusan esok hari. 

- END

Seventeen ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang