Kau menatap was was bangunan tua itu, lalu dengan perlahan kau melangkah mendekati bangunan itu. Peganganmu pada pistol di tanganmu mengerat, berjaga jaga akan kedatangan musuh.
"Pintu masuk clear, kau bisa masuk Yn" ujar anggota timmu di earpiece. Dengan hati hati kau memasuki bangunan tua itu, langkahmu yang perlahan masih terdengar menggema. Matamu berbinar saat melihat tumpukan uang dan berkas penting. Naik pangkat, Yn datang!
Belum sempat kau mengumpulkan semua bukti korupsi itu, terdengar suara benda jatuh, membuatmu dengan sigap memutar tubuhmu dengan pistol mengacung siap menembak siapapun itu.
"Santai, Kang Yn" suara yang tidak asing sekaligus sangat kau benci itu terdengar. Kau menurunkan pistolmu yang mengacung dari pria berwajah tampan itu. Lee Chan, panggilannya diantara para agen khusus adalah Dino.
"Kau juga ikut misi ini?" Tanyamu dengan suara tinggi yang tertahan. Jika ia berada di dalam misi ini, kau akan gagal naik pangkat. Walaupun kau cukup hebat dalam bidangmu ini, masih sering kau dikalahkan oleh manusia dihadapanmu ini.
"Bukan hanya kau yang ingin naik pangkat" ujarnya menyebalkan dengan bibir yang tersenyum miring. Ia mengipas ngipas dokumen yang ada di tangannya. Dan menurutmu itu adalah bukti yang lebih kuat. Kau mengerang kesal.
"Dan kau tau aku tidak akan dengan mudah menyerah" desismu geram dan dengan cepat melayangkan tendangan tinggimu ke arah pria itu. Dino dengan mudah menghindar, kau terus mengejarnya dengan serangan seranganmu. Namun lagi lagi ia tidak pernah membalas seranganmu. Dasar, dia sedang meremehkanmu ya?
"Kau sedang meremehkanku, hm?" Kau melayangkan tendangan tinggimu sekali lagi, Dino hanya tersenyum tipis. Alisnya mengangkat dengan sombong.
"Tidak ada untungnya bagiku untuk membalasmu" kau semakin brutal untuk menghajar pria satu ini. Dasar, dia memang benar benar ingin melihat amukanmu ya.
"Yn, bangkotan itu ada di luar, cepat keluar" suara di earpiecemu membuat dirimu tersadar. Kau mengepalkan tanganmu kesal. Lihat, gara gara pria ini, seluruh rencanamu hancur berantakan. Kau memilih untuk menyelamatkan berkas bukti yang tersisa di atas meja.
Namun suara langkah kaki lainnya terdengar, membuat Dino menarik lenganmu dengan paksa. Ia menarikmu menuju sisi lemari yang dapat menyembunyikan kami berdua. Belum sempat kau berteriak, Dino membekap mulutmu. Matanya menatap was was apa yang ada dibalik lemari.
Dengan perlahan ia melepas bekapannya, dan menaruh jari telunjuknya di depan bibirnya. Kau menarik napas dalam, dan menghembuskannya secara perlahan, jika kami berdua ketahuan, habis sudah.
Terdengar suara para koruptor itu. Mereka tampak berbincang bincang. Kau memerhatikan pria tinggi dihadapanmu, sebenarnya posisi kalian saat ini sangatlah dekat. Pria itu berdiri beberapa senti dihadapanmu, kau bisa merasakan hembusan nafasnya di puncak kepalamu.
"Kau menatapku terlalu lama" maniknya yang sedari tadi memerhatikan gerak gerik para koruptor itu, kini menatap dalam manikmu. Kau dengan segera menunduk, mengalihkan pandanganmu darinya.
"Geer" sinismu. Ia hanya mendengus pelan, tidak membalas perkataanmu. Namun ia tetap tidak mengalihkan pandangannya. Rasanya matanya itu seperti membolongi kepalamu.
"Kau juga ikut ikutan memandangiku tuh" kau mendongak. Dino tidak mengalihkan pandangannya sepertimu, ia tetap dengan santai memandangi dirimu. Ia tersenyum tipis.
"Memangnya salah aku memandangi gebetanku sendiri?" Gumamnya santai. Matamu membulat, berusaha meyakinkan dirimu apa yang baru saja kau dengar itu bukan salah ucap. Namun Dino sudah lebih dulu mengalihkan pandangannya.
"Yn, kau masih di dalam?" terdengar suara timmu. Kau mengalihkan pandanganmu dari Dino, berusaha mengabaikan apapun yang pria ini ucapkan.
"Hm, tolong alihkan perhatian mereka" ujarmu pelan.
Tak lama terdengar kerusuhan di luar bangunan ini. Para bangkotan itu dengan terburu buru keluar. Kalian berdua bernapas lega. Lalu tiba tiba Dino berjongkok. Ia menepuk bahunya.
"Cepat naik, kita bisa kabur dari ventilasi disitu" kau mendongak mengikuti pandangannya. Benar ada ventilasi besar di atas lemari yang bisa kami gunakan untuk kabur. Namun kau ragu untuk benar benar memanjat bahunya. Mengapa ia jadi tiba tiba baik sih?
"Kau sungguh?" Tanyamu ragu ragu. Dino berdecak tak sabaran.
"Cepatlah, Yn pabbo!" Ujarnya gregetan. Akhirnya kau benar benar menggunakan bahu pria satu ini untuk memanjat ke atas lemari besar ini sebelum akhirnya keluar dari ventilasi itu. Diikuti dengan Dino dibelakangmu.
Kau menghembuskan napas dalam setelah berhasil keluar dari tempat itu. Walaupun kau tak yakin bisa naik pangkat dengan bukti yang kau dapatkan, setidaknya kau keluar dari sana hidup hidup.
"Ya" Dino memecah lamunanmu. Ia menarik tanganmu dan memberikan berkas penting di tangannya. Kau menatapnya bingung, kenapa dia menyerahkan bukti bukti ini secara suka rela? Padahal dia bisa naik pangkat dengan cepat dengan ini.
"Ini, bawa sebagai barang buktimu. Jika kau berjalan keujung sana ada pintu kecil yang membawa ke jalan raya, kau bisa menghubungi timmu dari situ" Dino memberikan arahan dengan detail. Namun kau tetap mengerti, apa tujuannya memberikan seluruh instruksi itu. Mengerti dengan kebingunganmu, Dino tersenyum. Bukan senyum songong seperti biasanya, kini ia tersenyum hangat.
"Aku mengundurkan diri dari profesi ini. Aku disini hanya ingin mengawasimu dan membantumu, aku kira kau akan dengan bodoh tertangkap karena tidak hati hati" matamu langsung membulat ketika mendengar itu. Dino hanya terkekeh melihat reaksimu itu. Ia mengacak rambutmu yang sudah berantakan itu dengan gemas.
"Jadi berhentilah melihatku sebagai rival, dan lihat aku sebagai pria yang sedang berjuang mendekatimu, oke?"
— END
... author gak tau mau ngasih note apa^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagine
Fanfiction- seventeen imagine one shot para member dengan mbak yeen untuk memperlancar halu para carat deul.