Kamu tak perlu khawatir.
Tugasku sekarang hanya perlu sembuh dari luka-luka yang telah kamu berikan.Sudah tugasku untuk bangun dari keterpurukan dan mencoba menjalani hal baru yang mungkin akan membuatku bahagia.
Tanpa kamu.
...
Setelah menemui Bintang, Angkasa pergi menuju rumah sakit. Dia berjalan dengan cepat menuju ruang tempatnya bekerja. Dia bahkan tidak memperdulikan orang lain yang menyapanya. Puncak amarahnya masih terlalu tinggi mengingat kejadian tadi.
Dia menutup pintu dengan sangat keras. Dia menghempaskan buku-buku yang tersusun rapi di samping meja hingga terjatuh di atas lantai. Bahkan Belinda yang baru saja masuk terkejut melihat keadaan Angkasa sekarang. Tak biasanya cowok itu terlihat sangat marah hingga seperti ini.
"Angkasa!" panggil Belinda.
Angkasa tak peduli, dia masih tetap menghempaskan buku-bukunya itu tanpa berhenti sama sekali. Belinda semakin menjauh dari Angkasa. Dia hanya takut jika pria itu juga akan menyakitinya. Tapi meskipun begitu, dia harus tetap menenangkannya bukan?
"Angkasa tenang ..." Belinda mencoba menenangkan pria itu dengan berjalan pelan mendekati Angkasa. Dia memegang punggungnya dengan pelan.
"Kamu kenapa?" tanya Belinda.
Angkasa memejamkan matanya mencoba untuk menetralkan perasaan amarah yang sekarang sedang menggemuruh di dalam dadanya. Dia tidak bisa menunjukkan amarahnya di depan Belinda. Dia takut jika dia sampai mengungkapkan bahwa dia seperti ini karena Bintang.
"Kamu kenapa marah?" tanya Belinda lagi.
Angkasa menggeleng lalu berbalik menatap kedua mata sayu Belinda. Dia beralih memeluk gadis itu dengan sangat erat. Mungkin untuk sekarang hanya Belinda yang bisa menenangkannya. Dia masih harus beruntung karena Belinda masih ada di sampingnya.
"Aku gak papa. Cuma emang lagi ada sedikit pikiran aja," jawab Angkasa.
Belinda melepaskan pelukannya dan tangannya itu mulai memegang pipi Angkasa lembut. "Kan aku udah bilang sama kamu. Kalo udah capek, jangan diterusin. Nanti malah kamu sendiri yang kepikiran."
Angkasa benar-benar tidak mengerti apa yang Belinda maksud. Tapi dia benar-benar tidak ingin memikirkannya sekarang. Dia hanya ingin menenangkan diri agar tidak lagi mengingat kejadian tadi. Bagaimanapun juga Angkasa harus mendapatkan Bintang lagi.
"Ayo duduk!" suruh Belinda.
Gadis itu membantu Angkasa duduk di kursi kerjanya. Dia juga mengambilkan air putih dan meminta agar Angkasa cepat meminumnya.
"Sekarang kamu ceritain apa yang lagi kamu rasakan. Jangan dipendem sendiri, Sa, gak baik. Kamu kan dokter, pasti kamu juga tahu," ujar Belinda.
Angkasa memegang tangan Belinda. "Aku beneran gak papa. Emang akhir-akhir ini banyak banget pikiran yang bikin aku stress. Oh ya, nanti kamu bisa pulang cepat?"
Gadis itu mengangguk.
"Kalo gitu nanti aku mau ajakin kamu jalan. Kamu mau kan?" tanya Angkasa lagi.
"Kenapa mesti nanya? Aku kan selalu mau. Asal, jalannya sama kamu," jawab Belinda.
...
Sekarang, Leo dan Bintang sedang berada di sebuah taman. Malam hari ini cukup ramai yang mengunjungi tempat itu. Karena memang di taman itu pula semua orang bisa menikmati bintang jatuh tanpa harus ke tempat yang jauh.
Leo datang dengan membawakan teh hangat untuk Bintang. Dia tahu jika sekarang gadis itu sangat membutuhkannya. Tadi sebelum mereka memutuskan untuk ke sana, Bintang sudah menceritakan semuanya yang telah terjadi tadi siang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa 2 : Remember You
RomantikSEQUEL ANGKASA "Sebuah kenangan manis yang harus dilupakan." ... Setelah tahun-tahun berlalu, perasaan Bintang masih sama seperti sejak 4 tahun yang lalu. Dia masih tetap menunggu Angkasa tanpa diminta. Tapi ketika Angkasa kembali, semuanya...