29. UJUNG MENCINTAI

55 0 0
                                    

HAPPY READING!💛

“Berlin tenang semenjak kamu di sini”

— Angkasa

•••

"Udah sih, Ra, cowok kayak gitu aja digalauim terus dari kemarin," sindir Ervan.

"Apaan sih! Lo tuh suka banget gituin gue dari dulu, Van. Lo tahu kan kalau gue juga punya hati?" tanya Elara.

Ya, saat ini hanya ada mereka berdua di dalam ruangan tempat Ervan dirawat. Bintang meminta Elara untuk menemani Ervan terlebih dahulu karena gadis itu harus mengambil beberapa barang di apartemen Ervan yang mungkin dibutuhkan nantinya.

"Hah? Lo nanyain gue? Lo mau jawaban kayak gimana? Lo sendiri pasti tahu lah bukan hati lo aja yang ada dalam permainan ini," jawab Ervan, "Tuh cewek juga pasti cinta banget sama Gema sampai mau jadi orang ketiga diantara kalian," lanjut Ervan.

"Kalau lo emang sayang sama Gema, lepasin dia. Karena kata orang, ujung dari mencintai adalah melepaskan. Kalau Gema bahagia sama orang lain, ya, lo harus siap sakit hati. Cinta itu gak egois, Ra, jangan paksain kehendak yang pada akhirnya hanya akan nyakitin hati lo sendiri," tutur Ervan.

Katakan berapa kali? Berapa kali Ervan berada di posisi pihak yang selalu memberikan kata-kata untuk menyemangati orang patah hati karena cinta? Ini seperti sudah menjadi kebiasaan bagi Ervan.

Ervan memperhatikan raut wajah Elara yang tetap terlihat tidak menghiraukan apa yang dia katakan tadi. Ervan menghela napasnya panjang. Bagi Ervan, perempuan itu makhluk paling bodoh jika perihal cinta. Ervan sudah mengatakannya berulang kali, jangan jatuh cinta pakai hati, karena laki-laki tidak pernah menggunakan hati untuk mereka jatuh cinta.

Ya, meskipun kemungkinannya sedikit, tapi kebanyakan seperti itu. Mereka hanya berjuang di awal, namun tidak jika mereka sudah mendapatkan yang mereka inginkan.

"Mending lo pergi deh, Ra. Jangan malah bikin beban," kesal Ervan.

"Lo mah gitu banget, Van. Kalau Bintang aja didengerin sampai selesai, lo pilih kasih banget sama gue." Elara menjotos lengan tangan Ervan sedikit kuat hingga membuat cowok itu meringis kecil.

"Apa sih? Sini deketan sama gue, cerita apapun tentang rasa sakit lo. Tapi, setelah lo sembuh jangan buang gue kayak sampah yang udah gak lo butuhin lagi," balas Ervan.

"Kapan gue nyampakin lo? Gak pernah, kan," sanggah Elara.

Ervan tersenyum kecil. Lucu sekali melihat Elara kesal seperti ini. Seperti ada desiran halus yang terasa di hatinya. Aneh, tapi Ervan menyukai raut kesal Elara. Entah sejak kapan, tapi selama dia mengenal Elara, Ervan memang sangat menyukai saat-saat seperti ini.

"Sini." Ervan menarik tangan Elara membuat gadis itu mendekatkan kursi yang dia duduki mendekat ke arah Ervan. Cowok itu mengulurkan tangan, lalu memeluk Elara. Ervan sangat tahu jika saat-saat seperi ini yang mereka butuhkan bukan kata-kata bijak, tapi hanya cukup dengan pelukan hangat dan tulus.

Elara menghapus air matanya yang hampir terjatuh. Membayangkan bagaimana pernikahannya dengan Gema hancur begitu saja karena ulah Gema. Padahal Elara sudah membayangkan bagaimana menjadi istri dari seseorang yang sangat dia cintai.

"Gue emang bukan Kak Angkasa yang sangat sempurna, Ra, tapi gue akan selalu berusaha ada di saat lo butuh," bisik Ervan.

Elara mendorong tubuh Ervan sesaat setelah cowok itu mengatakannya. "Apaan sih lo? Berapa kali lo ngomong kayak gitu ke Bintang?"

Ervan terlihat berpikir. "Berulang kali sih tapi gak pernah ditanggapin sama dia."

Elara tertawa pelan. Senang rasanya melihat Ervan kembali tertawa seperti ini sekarang. "Bintang beruntung banget ya punya temen kayak lo," ucap Elara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Angkasa 2 : Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang