6. BERBICARA

213 34 31
                                    

Orang lain pernah berkata, "Suatu saat mimpi-mimpimu itu akan terwujud."

Tapi aku bilang, mereka hanya lupa tentang beberapa mimpi buruk, yang selalu hadir dalam setiap malam.

Mencekam, menjerat, atau mungkin mengurung beberapa orang agar berada di dalam mimpi buruk itu.

...

Bintang berjalan seorang diri di dalam toko pernak-pernik. Dia mengambil beberapa benda kecil berbentuk bulan sabit. Empat tahun berlalu, tapi kebiasaannya itu masih sama seperti dulu. Mengumpulkan dan mengoleksi pernak-pernik yang berkaitan dengan bulan dan bintang.

"Masih sama."

Bintang menghentikan aktifitasnya mengambil sebuah benda berukuran kecil berwarna biru yang berbentuk bintang itu. Dia mendongakkan kepalanya melihat ke arah sumber suara. Di sana, matanya menangkap seorang Angkasa sedang berdiri bersandar di dekat dinding dengan tangan yang melipat di depan dada.

Angkasa tersenyum kecil lalu berjalan mendekati Bintang yang masih terdiam di tempat. Guncangan di dalam dada Bintang itu kembali lagi. Setelah empat tahun berlalu, kini dia kembali merasakannya. Begitu pula juga dengan Angkasa yang merasakan perasaan yang sama seperti Bintang.

"Aku pikir kamu lupa sama hal-hal kecil kayak gini," kata Angkasa.

"Tapi ternyata kamu masih ingat," lanjutnya dengan menyeringai.

Bintang berharap Leo datang sekarang juga. Tapi itu tidak mungkin.

"Aku boleh tanya sesuatu?" tanya Angkasa.

Bintang mengangguk kecil.

"Ada hubungan apa kamu sama Leo?" tanya Angkasa.

"Kenapa?" tanya Bintang balik.

Angkasa mendekatkan wajahnya pada gadis itu lalu berkata, "Aku gak suka."

...

Di lain tempat, sekarang Leo sedang sibuk menelpon Bintang. Sejak tadi, gadis itu tidak mengangkat telponnya. Leo sedikit khawatir dengan keadaan Bintang sekarang. Dia takut jika sesuatu terjadi pada gadis itu. Bahkan Arjun dan Fano bisa melihat kekhawatiran yang ditunjukkan Leo sekarang.

"Kenapa tuh si Leo?" tanya Fano pada Arjun.

"Berantem kali sama Bintang," jawab Arjun.

"Ah, mana ada? Gak mungkin mereka berantem. Kan cuma Leo yang bisa nenangin Bintang," balas Fano.

Arjun menghentikan pekerjaannya dan mulai melihat ke arah Fano dengan sedikit kesal.

"Kalo lo udah tahu jawabannya, ngapain masih tanya gue?" tanya Arjun.

Fano tertawa geli. Lalu dia mengajak temannya itu untuk menghampiri Leo yang sedang terlihat sedikit murung sejak tadi. Tidak biasanya Leo seperti itu. Mungkinannya hanya ada dua. Antara Leo sedang bertengkar dengan Bintang atau mungkin ibunya sedang sakit sekarang.

"Lo kenapa Le?" tanya Fano dengan menepuk pundak cowok itu.

Leo menoleh lalu menggeleng.

"Mending kalo lo lagi ada masalah, cerita sama kita. Jangan dipendem, nanti makin sakit," kata Arjun.

"Enggak, gue cuma lagi khawatir aja. Dari tadi Bintang gak jawab chat gue. Gak biasanya dia kayak gini," ungkap Leo.

Fano dan Arjun sama-sama ber-oh.

"Lo kalo kangen sama Bintang, langsung aja samperin ke rumahnya," usul Arjun.

"Dia tadi bilang ke gue mau ke sini. Tapi gak dateng-dateng," jawab Leo.

Angkasa 2 : Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang