11. JADIAN & TEMPAT PULANG

208 30 15
                                    

Kejar semua yang kamu mau.
Siapapun itu.

Jika kamu tidak bahagia, maka berbaliklah. Aku masih tetap menjadi tempat pulang sekaligus tempat istirahatmu.

Tapi jika dia mau, aku akan melepaskanmu walau berat bagiku.

...

"Papa sama Elara tuh kenapa sih? Kenapa kalian gak pernah suka sama Belinda? Padahal Belinda itu baik banget sama kita. Dia yang udah bantuin kuliahnya sampai Nanta bisa jadi dokter kaya sekarang," geram Vanya.

Setelah tadi Elara dan Vano berhasil menyinggung Belinda dengan mengatakan bahwa mereka tidak setuju dengan hubungan Belinda dan Angkasa, sekarang Vanya mulai mengeluarkan asumsi yang menurutnya benar. Elara dan Vano tetap diam. Mereka tahu jika Belinda memang seorang perempuan yang sangat baik. Bahkan mungkin jika bersanding dengan Angkasa memang sangat cocok. Tapi yang menjadi masalah bagi mereka adalah keyakinan yang berbeda.

Ditambah lagi Elara hanya mau jika Bintang yang menjadi iparnya. Sebenarnya tidak masalah jika Belinda orangnya, tapi Elara tahu jika secerca perasaan di dalam hati Angkasa masih ada untuk Bintang, begitupula sebaliknya.

"Mama tahu kalau Belinda sama Angkasa itu beda agama. Tapi ini sudah menjadi pilihan mereka kan," ucap Vanya.

"Papa gak bisa kalau harus lepasin Nanta buat hidup sama Belinda hanya karena rasa balas budi. Gak akan ada kebahagiaan di dalam hubungan mereka nantinya. Karena semuanya cuma dilakukan karena balas budi," balas Vano.

"Lagian Kak Angkasa itu cuma cinta sama satu perempuan dan itu cuma Bintang," tambah Elara.

Emosi Vanya kian memuncak karena mendengar nama perempuan itu disebut. Mendengar nama Bintang, membuatnya kembali mengingat rasa sakitnya. Karena Angkasa pernah menolak perintah suaminya hingga membuat Vano terkena serangan jantung ringan.

"Bintang lagi Bintang lagi. Perempuan itu cuma masa lalu bagi Nanta. Dia hanya akan membawa pengaruh buruk bagi Kakak kamu Elara," ujar Vanya.

"Kalian ingat kan, waktu Nanta menolak perintah Papa dan berakhir Papa terkena serangan jantung," tambah Vanya.

Vano tersenyum jika mengingat kejadian itu. Bukan karena dia menertawakan tentang penyakitnya, tetapi ada sesuatu yang sedang dia sembunyi kepada semua orang.

"Bintang gak ngelakuin apapun. Menurut Papa, itu adalah pilihan Nanta. Anak kita itu terlalu menyayangi Bintang karena memang gadis itu adalah cinta pertamanya," tutur Vano.

"Ya terus kalau Bintang cinta pertama Nanta, memangnya Belinda gak boleh deket sama dia?" tanya Vanya.

Elara dan Vano menghembuskan napasnya pelan. Berdebat dengan Vanya tidak akan menemukan titik akhir. Jadi lebih baik sekarang mereka melanjutkan aktivitas mereka masing-masing.

"Aku ada janji sama Gema. Debat sama Mama itu cuma buat aku pusing," kata Elara, "Aku pamit, Ma, Pa," pamit Elara.

Setelah Elara berpamitan, kini tinggal lah Vano dan Vanya. Laki-laki berumur sekitar 50 tahun itu melihat istrinya lalu mengangkat kedua pundaknya tidak tahu.

Vano mendekati istrinya lalu memeluknya dari belakang. "Makanya, Ma, anak kita itu sudah semakin dewasa. Masalah cinta, biar mereka yang memutuskan. Kita gak akan bisa ikut campur karena yang akan menjalani itu semua urusan masa depan itu mereka sendiri."

"Tugas kita hanya akan sampai membesarkan mereka dan membantu acara pernikahan mereka. Setelah itu semuanya akan selesai. Kita gak bisa ikut campur rumah tangga mereka nantinya," lanjut Vano.

Angkasa 2 : Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang