14. NEGARA IMPIAN

183 27 7
                                    

Tentang Leo, tentang Angkasa, tentang masa lalu dan sakit hati kamu. Jerman negara impianku. Aku mau bawa semua kebahagiaanku ke sana. Aku gak mau bawa orang yang cuma bisa aku lihat dari kejauhan tapi gak bisa aku genggam selamanya

...

Setelah selesai makan bersama sekarang sudah waktunya untuk Angkasa, Bintang, dan Ervan pulang. Mereka berjalan keluar dari tempat itu bersama karena arah pulang mereka juga sama. Tapi Angkasa dan Bintang harus menunggu Ervan yang masih mengangkat telponnya. Kata Ervan tadi yang menelponnya adalah orang penting. Tidak tahu siapa. Entah itu pacar atau dosennya juga bukan urusan Bintang dan Angkasa.

"Kak Belinda udah ada kabar, Kak? Kok lama gak pulang?" tanya Bintang tiba-tiba.

Angkasa mengangguk pelan. "Orang tuanya gak bolehin dia ke sini kalau dia masih ngotot pindah agama. Aku sebenarnya juga gak mau bikin dia ninggalin kepercayaannya demi aku. Tapi kamu tahu Belinda kan? Dia cewek yang tetap memegang teguh pendiriannya."

"Kayaknya Kak Belinda sayang banget ya sama Kak Angkasa?" tanya Bintang lagi.

Entah mengapa pertanyaan Bintang barusan kembali memicu keheningan diantara keduanya. Angkasa tidak tahu harus menjawab apa. Dia merasa sangat bersalah karena dulu dia meninggalkan Bintang tanpa kabar apa pun. Tak beberapa lama kemudian Ervan kembali.

"Udah?" tanya Bintang pada Ervan.

"Udah. Tadi itu temen aku di Jerman. Dia nanyain tugas. Soalnya dia harus ngerjain lagi dari ulang karena kemarin tugasnya sempet salah. Anak lainnya gak ada yang mau ngasih tahu, jadi aku kasih tahu dia." Ervan menjelaskan semuanya tanpa diminta oleh Bintang.

Angkasa dan Bintang terkekeh melihat Ervan yang berbicara tanpa henti. Angkasa tahu Ervan melakukannya karena dia tidak ingin melihat Bintang berpikir yang macam-macam.

"Van, kamu tuh kenapa? Aku kan gak tanya penjelasan dari kamu," ujar Bintang.

Ervan tersentak. Dia mendadak menjadi linglung. Dia merasa sangat bodoh. Dia juga tidak sadar saat mengatakannya.

"Takut banget ya Van, Bintang salah paham?" tanya Angkasa tiba-tiba namun diakhiri dengan tawa renyah khasnya.

Bintang pun juga ikut menertawakan ekspresi wajah Ervan yang berubah menjadi warna merah seperti kepiting rebus. Ervan merasa sangat malu. Bisa-bisanya dia menjelaskan dengan detail seperti itu. Sekarang dia harus menjawab apa kepada mereka?

"Bintang!" Mereka menoleh ke arah Leo yang baru saja datang di tengah-tengah mereka. Tidak, Leo tidak sendiri. Dia berdua. Ya, dia berdua dengan Maudy yang notabene adalah mantan pacarnya.

Siapa yang tidak sedih ketika melihat kekasihnya sedang berjalan berdua bersama mantan pacarnya? Meskipun perasaan Bintang pada Leo tak seperti perasaannya dulu kepada Angkasa, tapi dia tetap sedih saat melihat Leo memeluk gadis lain di belakangnya.

Leo ingin mendekati Bintang namun dengan cepat Angkasa dan Ervan menghadangnya. Mereka maju menutupi Bintang.

"Mau apa? Nyakitin Bintang lagi?" tanya Ervan tanpa basa-basi.

"Van, gue cuma mau ngomong aja sama Bintang. Dia pacar gue, apa salah gue ketemu sama pacar gue sendiri?" tanya Leo seakan tidak tahu salahnya di mana.

Angkasa menggeleng. "Enggak salah. Mau lo ketemu Bintang kapan pun itu juga gak masalah."

"Tapi lo gak usah bawa cewek itu buat ketemu sama Bintang!" seru Ervan dengan menunjuk ke arah Maudy.

Leo terdiam. Dia melirik sebentar ke arah Maudy yang berada di belakangnya lalu kembali melihat ke arah Angkasa dan Bintang. Di sini Angkasa lupa jika dia juga pernah menyakiti Bintang. Tapi tidak ada yang salah jika dia ingin memperbaiki kesalahannya di masa lalu.

Angkasa 2 : Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang