20. Universitas Heidelberg

142 21 5
                                    

“Aku miliki kamu cuma untuk sementara. Selebihnya, takdir menginginkan aku untuk menjaga kamu sebagai sahabat bukan kekasih.”

— Angkasa
•••

Pagi hari ini cuaca terasa sangat dingin hingga membuat Bintang harus memakai jaket tebal dan tak lupa juga syal rajut yang diberikan oleh Ervan beberapa hari sebelum mereka pergi ke Berlin. Setelah bersiap-siap, Bintang menghampiri Ervan yang tengah duduk di sofa sambil menyeduh susu hangatnya.

Cowok itu terlihat biasa saja dengan cuaca dingin pagi ini. Mungkin karena dia sudah tinggal cukup lama di Berlin, membuat dia merasa terbiasa dengan kondisi seperti sekarang ini. Bintang duduk di sebelah Ervan. Sementara Ervan menatap Bintang bingung. Kemarin cewek itu sangat antusias. Tapi lihat sekarang, dia sendiri yang terlihat lesu.

"Jadi gak nih?" tanya Ervan.

Bintang mengangguk. "Jadi. Tapi nanti dulu deh. Di luar pasti dingin banget."

Ervan tersenyum kecil. "Salah sendiri ke sini pas dekat sama perayaan natal. Di sini kalau natal tuh emang turun salju," ucap Ervan.

"Ya kan maksud aku sambil merayakan tahun baru, Van. Emangnya kamu gak mau tahun baru sama aku?" tanya Bintang.

Ervan tertawa kecil. Dia mengelus rambut Bintang yang sangat lembut itu. Lalu kemudian Ervan mengambil beanie hat dan memasangkan di atas kepala Bintang. Cewek itu terdiam melihat perhatian Ervan.

"Biar gak kedinginan," lirih Ervan.

"Kamu gak pakai?" tanya Bintang.

Ervan mengangguk. Lalu kemudian dia mengambil beanie hat miliknya. Cowok itu terlihat sangat lucu memakai benda itu di atas kepalanya. Tak ingin menyia-nyiakan momen, Bintang langsung mengambil ponselnya dan memotret Ervan secara candid.

"Mau berangkat sekarang?" tanya Ervan.

"Yuk," jawab Bintang.

Setelah itu mereka bergegas untuk keluar dari apartemen Ervan. Tapi sebelum mereka pergi, Ervan mengajak Bintang ke apartemen Angkasa terlebih dahulu karena katanya ada sesuatu yang perlu diselesaikan dengan cowok itu.

Angkasa mempersilahkan Bintang duduk di dalam apartemennya. Sedangkan Ervan mengajak Angkasa untuk berbicara di ruangan lain tanpa Bintang. Sebenarnya cewek itu ingin tahu apa yang sebenarnya sedang mereka bicarakan. Tapi dia tidak mau dianggap lancang. Jadi, dia cukup menunggu Ervan kembali saja.

Sedangkan di tempat lain, Angkasa mengajak Ervan untuk pergi ke tempat ruangan kerjanya. Di sana Ervan terlihat sangat pucat. Angkasa tahu apa yang ingin Ervan katakan padanya.

"Mau berapa lama lagi kamu bohongin Bintang?" tanya Angkasa.

Ervan terdiam. Dia juga tidak tahu sampai kapan dia harus menyembunyikan ini semua kepada Bintang.

"Cepat atau lambat, Bintang harus tahu kondisi kamu, Van," lanjut Angkasa.

"Bintang gak perlu tahu tentang ini. Dia gak boleh ikut terbebani sama kondisi aku sekarang ini," kata Ervan, "Aku yakin aku pasti sembuh tanpa harus ngasih tahu Bintang yang sebenarnya," lanjut Ervan.

Angkasa menghela napasnya. Ervan ini sangat keras kepala. "Kemungkinan kamu sembuh itu hanya 10% kalau kamu emang sayang sama Bintang, kasih tahu dia sekarang," ucap Angkasa.

Ervan tertegun. Dia kembali mengingat bagaimana Bintang tersenyum padanya, bagaimana Bintang memanggil namanya dan menangis di pelukannya. Ervan tidak tahu apakah dia masih bisa selalu di samping Bintang atau tidak. Tapi Ervan hanya yakin satu hal bahwa dia akan selalu bisa menjaga Bintang.

Angkasa 2 : Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang