“Jangan bicara seolah-olah kamu gak akan pernah ninggalin aku sendirian.” — Bintang
...
Setelah 16 jam perjalanan, akhirnya mereka berdua telah sampai di Bandar Udara Berlin Schönefeld tepat jam 10 pagi waktu setempat. Hampir 30 menit Bintang dan Ervan mengambil barang-barang mereka yang tersimpan di bagasi.
Setelah mengambil barang-barang bawaan mereka, Bintang dan Ervan menunggu Angkasa dan Belinda yang masih berada di belakang. Raut wajah Bintang terlihat sangat senang berada di negara itu. Ah, sudah sejak lama dia menunggu saat-saat seperti ini.
Tiba-tiba sebuah tangan kekar melingkar di pundak Bintang. "Gimana suka gak di sini?" tanya Ervan dengan sedikit berbisik.
Bintang mengangguk pelan. "Suka. Kayaknya aku bakalan betah di sini. Gimana kalo aku tinggal di sini aja selamanya?"
Ervan menatap Bintang tidak suka. "Gak boleh. Janjinya kan cuma 5 bulan aja. Lagian kalo kamu di sini lama-lama, nanti Tante Viona marah sama aku karena gak balikin anak ceweknya," ucap Ervan.
Bintang terkekeh pelan. Lalu tak beberapa lama kemudian Bintang dan Belinda menghampiri mereka. Pandangan mata Bintang selalu sama. Selalu jatuh digenggaman tangan Belinda dan Angkasa.
Dulu, dia pernah menggenggam seerat dia menggenggam bunga. Tapi ternyata dia hanya angin yang pergi dengan begitu mudah.
Angkasa merapikan rambut Belinda yang sedikit berantakan. Kelihatannya Angkasa sudah tidak sungkan lagi menunjukkan keromantisannya dengan Belinda di depan umum bahkan di depan Bintang sekalipun.
Ervan yang melihat kejadian itu langsung berdeham membuat Angkasa maupun Belinda melihat ke arahnya kaget.
"Sollen wir also gleich zum Gasthaus gehen?" tanya Ervan yang membuat Bintang kebingungan dengan kata-kata Ervan barusan.
(Jadi, haruskah kita langsung ke penginapan?)"Ih, jangan pakai bahasa Jerman, aku gak ngerti artinya." Bintang memukul lengan tangan Ervan kesal.
Sedangkan Ervan hanya dibuat gemas melihat tingkah Bintang sekarang. Bukan, bukan hanya Ervan yang gemas melihatnya. Tapi di mata Angkasa Bintang terlihat menggemaskan saat ini. Belinda yang berada di samping Angkasa melihat ke arah Bintang dan Angkasa secara bergantian.
"Kan kemarin udah aku suruh balajar masa masih belum ngerti juga sih?" tanya Ervan sedikit meledek.
"Ya mau gimana kan aku mikirnya aku di sini cuma mau main aja sama kamu," jawab Bintang.
"Udah udah nanti Bintang juga akan terbiasa kok sama bahasa di sini," timpal Belinda, "Oh iya nanti jalan-jalan sama aku ya. Aku mau nunjukin tempat-tempat yang banyak pengunjung datangi di Berlin," lanjut Belinda.
Bintang sedikit terkekeh. Dalam hatinya berkata bahwa sebenarnya dia hanya ingin jalan-jalan bersama Ervan. Jika dia bersama Belinda, nanti malah dia kesulitan untuk melupakan Angkasa sekaligus masalah yang menghampirinya beberapa waktu yang lalu.
"Natürlich," sahut Ervan sambil melemparkan senyuman manisnya.
(Tentu saja)Setelah mengatakannya, Ervan mengajak Bintang untuk pergi ketempat penginapan terlebih dahulu karena Belinda dan Angkasa sedang ada urusan di universitas mereka. Beberapa langkah meninggalkan Belinda dan Angkasa, Bintang menggandeng tangan Ervan dengan erat.
Dia mendekat ke arah Ervan dan berbisik, "Kamu tadi bilang apa ke Kak Belinda? Gak bilang apa-apa kan?" tanya Bintang.
Ervan tersenyum kecil. Sedangkan Bintang langsung menyikut perut Ervan yang membuat cowok itu terlihat kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa 2 : Remember You
Любовные романыSEQUEL ANGKASA "Sebuah kenangan manis yang harus dilupakan." ... Setelah tahun-tahun berlalu, perasaan Bintang masih sama seperti sejak 4 tahun yang lalu. Dia masih tetap menunggu Angkasa tanpa diminta. Tapi ketika Angkasa kembali, semuanya...