21. BERPISAH

180 19 4
                                    

Happy reading!❤️

“Hubungan akan semakin terasa kacau saat di dalamnya terdapat sebuah perbedaan.”

— Angkasa

...

Setelah makan siang, Bintang dan Ervan kembali ke apartemen untuk beristirahat karena nanti malam Bintang meminta Ervan untuk menemaninya jalan-jalan. Ketika melihat Bintang masuk ke dalam kamarnya, Ervan juga masuk ke dalam kamarnya. Cowok itu duduk di atas kasurnya.

Perlahan tangannya memegangi perut bagian kiri. Dia menggigiti bibir bagian bawahnya. Perlahan dia merasakan udara yang dihirup menghilang. Sesak sekali. Ervan tidak bisa bernapas sekarang. Ervan mengidap penyakit gagal ginjal kronis stadium akhir dan itu semakin membuat Ervan merasakan kesakitan yang berlebih. Seringkali Ervan juga cepat merasakan kelelahan karenanya.

"Ervan." Bintang membuka pintu kamarnya. Gadis itu melihat Ervan yang merintih. Dia langsung berlari mendekati Ervan, memegang lengan tangan cowok itu. Bintang ikutan panik melihat kondisi Ervan.

"Van, kamu kenapa? Kamu sakit?" tanya Bintang.

Mengetahui keberadaan Bintang, perlahan dia melepaskan tangannya dari perut. Dia mengambil udara untuk dihirup sedikit demi sedikit. Wajahnya pucat dia tidak bisa menyembunyikannya dari Bintang.

"Aku gak papa kok, Bin, jangan khawatir ya," jawab Ervan.

"Jangan khawatir gimana? Kamu aja sampai pucat gitu. Mau aku anterin ke rumah sakit sekarang?" tanya Bintang.

Dengan cepat Ervan menggelengkan kepalanya tanda penolakan. "Gak perlu. Ini aku cuma karena kecapekan aja kok, nanti juga baikan. Kamu tenang aja, ya."

"Ya udah kalo kamu gak mau ke rumah sakit, sekarang tunjukin di mana obat yang biasa kamu minum? Biar aku ambilin," balas Bintang.

Jika Bintang melakukannya, pasti Bintang akan tahu sebenarnya dia sakit apa. Ervan tidak mau Bintang ikut panik karena penyakitnya itu. Ervan hanya mau Bintang menikmati liburannya di Berlin dengan tenang.

"Aku udah minum tadi, Bin. Kamu gak perlu cemas. Lagian sekarang udah gak sakit kok." Kali ini Ervan berbohong. Rasa sakitnya masih terus menjalar.

Bintang menghela napasnya. Dia sangat cemas dengan keadaan Ervan. Dia takut kehilangan Ervan bahkan sebelum dia merasa bahagia.

"Nanti gak perlu keluar malam deh, Van. Aku gak mau kamu tambah sakit," kata Bintang.

"Loh kenapa? Aku benaran gak papa. Bin, aku cuma mau kamu senang di sini. Jangan pikirin aku," ucap Ervan.

"Ya tapi aku gak seegois yang kamu kira. Aku juga mikirin kesehatan kamu," ujar Bintang.

Setelah mengatakannya, Bintang berjalan keluar dari kamar Ervan. Cowok itu hanya bisa melihat punggung Bintang pergi. Dalam hatinya, Ervan terus menyalahkan dirinya karena tidak bisa menjaga kesehatan. Seharusnya sekarang dia bersenang-senang dengan Bintang, tapi lihat sekarang yang terjadi.

Di luar kamar, Bintang menelpon Angkasa. Dia ingin tahu sebenarnya Ervan sakit apa sampai cowok itu tidak mau memberitahunya tentang keadaannya.

"Hallo, Bintang," ucap Angkasa.

"Kak aku mau nanya Kak Angkasa tahu gak Ervan sakit apa?" tanya Bintang.

Cukup lama Angkasa tidak menjawab pertanyaan Bintang.

"Kok diem sih? Kak Angkasa gak mau ngasih tahu aku?" tanya Bintang lagi.

"Bukan gitu. Emangnya kamu lihat Ervan kenapa tadi?" tanya Angkasa.

Angkasa 2 : Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang