16. MAUDY

155 22 4
                                    

Kalau kamu ingin pergi, katakan dari sekarang. Agar aku bisa bersiap untuk menyambut kemungkinan patah hati terlebih dahulu.

...

Tepat jam 8 malam Angkasa mengantarkan Bintang pulang. Tadi sore Bintang harus menunggu sangat lama karena Angkasa harus menyelesaikan operasi yang sudah dijadwalkan sejak hari lalu. Sebenarnya Bintang ingin sekali pulang terlebih dahulu, tapi dokter itu tidak membiarkannya pulang sendirian.

Kini mereka sudah ada di depan rumah Bintang. Angkasa senang dia bisa mengantarkan Bintang pulang seperti dulu lagi. Meskipun suasananya tidak sama lagi, yang penting dia bisa mengulang kembali masa-masa itu.

"Eum ... makasih ya, Kak. Oh ya, Kak Angkasa hati-hati. Jangan main hape kalau lagi nyetir," ucap Bintang seakan dia tahu bagaimana kebiasaan Angkasa saat sedang berkendara.

Angkasa terkekeh kecil. Gadis itu memang tidak pernah melupakan setiap hal yang ada dalam dirinya. Tapi Angkasa menyukainya. "Kamu jadi ke Berlin gak, Bin?"

Bintang terlihat berpikir sejenak. Namun setelah itu dia menggelengkan kepalanya lalu berkata, "Ervan pasti bakalan marah banget kalau aku ke sana. Karena dia udah bilang, kalau dia bakalan jemput aku di waktu yang tepat."

"Seperti yang kamu tahu, Bin. Ervan itu lebih milih untuk bersama masa depan daripada masa lalu," ujar Angkasa.

Bintang tersenyum kecil. "Aku tahu. Karena aku punya banyak masa lalu, kan? Ervan itu bukan cuma teman, tapi dia juga pendengar yang baik. Selama dia di Jerman, aku merasa sepi."

"Leo emang ada di sini. Tapi dia juga memiliki kehidupannya sendiri. Alin, Elara, Kak Angkasa, kalian semua juga punya kehidupan sendiri dan gak melulu tentang aku," lanjut Bintang.

Bintang menghela napasnya pelan. Dia merasa jika dia sangat merindukan Ervan. Padahal Ervan baru pergi satu hari saja. Entahlah, Bintang hanya merindukan sikap konyol laki-laki itu.

Angkasa perlahan memegang tangan Bintang. Dia menatap manik mata yang sejak lama dia lupakan. Angkasa tahu jika dia tidak bisa seperti ini lagi sekarang, ataupun nanti.

"Maafin aku, Bin. Karena ulahku, kamu jadi bingung seperti ini. Aku gak akan kacauin kamu sekarang. Aku juga mau lihat kamu bahagia seperti orang lain. Sekarang ataupun nanti, ada atau tidaknya aku dalam hidup kamu, kamu harus tetap bahagia," ucap Angkasa.

"Aku atau orang lain yang akan bersama kamu, aku harap kamu selalu bahagia," sambung Angkasa.

"Apa maksud Kak Angkasa bilang kayak gini?" tanya Bintang.

Angkasa menggeleng. "Aku pikir kisah ini akan berakhir dengan aku bisa hidup bersama kamu."

Angkasa menarik tubuh Bintang ke dalam pelukannya. Bintang terkejut atas perlakuan Angkasa. Tapi dia juga tidak memberontak. Ini adalah kedua kalinya setelah Angkasa kembali dari Jerman.

Bintang bingung. Kenapa perasaan aneh setiap dekat dengan Angkasa itu masih seperti dulu? Padahal segala cara sudah dia lakukan untuk menghilangkan perasaan itu. Tapi Bintang sadar jika dia tidak akan pernah bisa menghapus semuanya dengan bersih.

"Aku ingin kembali, Bintang!" gumam Angkasa, "Aku ingin perbaiki semuanya. Aku ingin memulai semuanya dari awal," ungkap Angkasa.

Bintang tertegun. Kakinya menjadi kaku. Dia tidak bisa menjawab satu kata pun. Dia bingung. Di sisi lain, Leo melihat kejadian itu. Melihat kekasihnya berada di dalam pelukan laki-laki lain. Jadi, seperti ini rasanya? Kemarin dia yang berada di posisi Bintang. Berpelukan dengan Maudy dan sekarang dia tahu bagaimana perasaan Bintang kemarin.

Empat batang bunga mawar yang ada di tangan Leo perlahan terjatuh ke tanah. Sekarang Leo paham bahwa; Angkasa dan Bintang masih saling mencintai meskipun mereka telah dijauhkan dengan banyak masalah.

Angkasa 2 : Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang