27. MENUNDA

94 15 6
                                    

HAPPY READING!💛

“Emang susah ya jadi orang gak enakan. Mau seneng aja harus mikirin kebahagiaan orang lain.”

•••

"Jadi, kita gak jadi ke Jerman?" tanya Alin.

Gadis itu mengerutkan dahinya hingga membentuk beberapa kerutan di sana. Dia menatap punggung sahabatnya dengan pikiran yang sangat bingung. Tidak ada keputusan yang diberikan oleh Elara, padahal dia sudah menyiapkan banyak sekali peralatan yang digunakan untuk prewedding Elara.

Alin menaruh ipad miliknya di atas meja yang ada di kamar Elara. Dia menghela napasnya karena harus bolak-balik untuk mengurus persiapan pernikahan Elara sejak kemarin. Tapi sekarang, Elara malah membatalkannya secara sepihak.

"Ra, lo tahu gue ini teman lo. Kalau gue bukan teman lo, gue pasti bakalan marah-marah sama lo. Lo pikir gue gak capek apa ngurusin pernikahan lo dari kemarin," gerutu Alin.

Elara berdecak, "Lin, kan gue udah bilang kalau Gema bakalan ganti semua uang vendor -nya."

"Terus pernikahan lo ditunda?" tanya Alin.

Elara berjalan menuju tempat duduk dan mulai menompangkan bokongnya di atas sana. Sebenarnya Elara tidak ingin membatalkan pernikahannya, namun setelah mendapatkan informasi dari Angkasa jika Ervan sedang dalam kondisi mengkhawatirkan, rasanya Elara sangat jahat jika terus melanjutkan pernikahannya.

Semua persiapan sudah hampir seratus persen selesai. Gema juga sudah mem-booking tempat untuk pernikahan mereka. Kedua belah pihak juga sudah sepakat untuk memilih tanggal hari pernikahan mereka tapi masalah kian datang di saat hari pernikahan mereka tiba.

"Ra, gak papa, Ervan juga pasti akan senang kalau lo nikah sama Gema," ucap Alin.

"Gue gak bisa, Lin, kalau gue tetap melakukan pernikahan itu, sama aja gue bahagia di atas penderitaan Ervan, dan gue gak mau hal itu terjadi," balas Elara.

"Emang susah ya, Ra, jadi orang gak enakan. Mau seneng aja harus mikirin kebahagiaan orang lain," kata Alin.

Elara tersenyum kecil mendengar perkataan Alin. Ya, begitulah jika menjadi orang yang merasa tidak enakan kepada orang lain. Ini memang menyusahkan, tapi setidaknya dia masih bisa memikirkan perasaan orang lain sebelum dia melakukan sesuatu.

"Tapi ya, Lin, semakin ke sini, semakin gue ngerasa ada yang gak beres sama hubungan gue sama Gema. Entah apa itu, tapi ini udah bikin gue gak bisa tidur hampir seminggu. Dan setelah kejadian Ervan kritis dan pernikahan kita diundur, gue semakin yakin kalau sebenarnya Tuhan mau gue nemastikan diri dulu apakah gue udah siap nikah sama Gema atau belum," ujar Elara.

"Jadi, maksud lo, lo ragu sama Gema?" tanya Alin memperjelas.

Elara menganggukkan kepalanya. "Akhir-akhir ini sikapnya Gema sedikit berbeda sama gue, seperti ada yang dia sembunyikan dan gue gak boleh tahu tentang itu."

Alin menggigit bibir bagian bawahnya. Ada sedikit sesuatu yang dia tahan, namun dia ingin mengatakannya kepada Elara. Alin memejamkan matanya, lalu dia membukanya kembali. Tangannya terulur dan memegang tangan sahabatnya.

"Ra, kalau gue ngomong ini, lo bakalan percaya gak?" tanya Alin sedikit takut.

Elara mengerutkan dahinya. "Ngomong aja lagi, Lin, kayak sama siapa aja sih lo? Tenang aja, gue bakalan percaya kok sama lo."

"Jadi gini, Lin, kemarin gue sama teman-teman gue nyari tempat yang pas buat urusin pernikahan orang. Terus waktu gue mau nyewa hotel, gue kayak ngelihat cowok yang mirip sama Gema lagi jalan berdua sama cewek lain keluar dari lift hotel. Tapi gue gak tahu apakah itu Gema atau bukan," ungkap Alin.

Angkasa 2 : Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang