28. BANGUN

135 18 4
                                    

Happy reading!💛

“Apa yang lo harapin dari perselingkuhan?”

— Ervan

•••

Perlahan, kedua mata Bintang terbuka. Tangannya merasakan kulit kasar yang berada di dalam genggamannya. Pandangannya masih sedikit blur karena kebanyakan menangis tadi malam. Dia memejamkan matanya berulang kali agar dapat melihat dengan jelas.

Bintang takut saat dia mengetahui bahwa dia sedang berada di samping Ervan yang sedang tertidur dengan tenang di atas kasur rumah sakit. Bulu-bulu mata kecil-kecil, juga rambut kasarnya yang terlihat tebal, membuat Ervan terlihat sangat manis saat tertidur seperti ini.

Tapi Bintang tidak menyukai Ervan seperti saat ini. Menutup matanya dari pagi hingga petang, hanya dia saja di atas kasur rumah sakit, terlihat sangat lemah, meskipun sebenarnya dia sangat kuat.

Tangan Bintang terulur memegang jari-jemari Ervan. "Van, bangun, kamu pernah bilangkan sama aku kalau kamu gak akan pernah ninggalin aku sendiri?"

"Kamu memang gak ninggalin aku, tapi aku diemin aku sekarang. Apa kata maaf dari aku gak cukup buat kamu bangkit lagi?" tanya Bintang pada Ervan.

"Kamu kenapa sih, Van, gak kasih tahu aku tentang penyakitmu? Dengan alasan gak mau bikin aku kepikiran, dengan kamu seperti ini itu udah sangat menyakitkan, Van," ucap Bintang.

"Banyak hal yang kamu lewati. Pernikahan Elara dan Gema dibatalkan. Aku gak tahu alasan pastinya apa, tapi mereka bilang, mereka belum menemukan tempat yang cocok untuk foto pernikahan mereka. Jadi, dengan kamu sakit, mereka menggunakan itu sebagai alasan. Meskipun Elara temanku, aku tetap gak suka itu, Van. Padahalkan mereka bisa tetap menikah," lanjut Bintang.

"Mereka masih ragu, Bin," balas Angkasa yang baru saja tiba di sana.

Bintang melihat ke arah cowok yang sedang berjalan menuju kearahnya dengan jas putih selayaknya dokter dengan kedua tangan yang dia masukkan ke dalam saku jasnya. Yang membedakan Angkasa beberapa hari ini adalah kacamata yang dia kenakan. Entah sejak kapan Angkasa memakainya.

"Tapi Ervan sakit juga jadi salah satu alasan mereka," sanggah Bintang.

Angkasa mengangguk. "Kamu teman Elara, kamu pasti lebih kenal dia. Orang tua Gema gak pernah sepenuhnya setuju sama mereka."

"Kemarin malam, Elara bilang kalau Alin pernah lihat Gema jalan sama perempuan lain. Mungkin beberapa waktu ke depan Elara akan lebih fokus mencari tahu tentang itu. Elara adik perempuanku satu-satunya, kalau aku gak bisa jadi kakak yang baik buat dia, seenggaknya aku bisa kasih seseorang yang baik buat dia," tutur Angkasa.

Bintang terdiam. Setelah Angkasa berkata seperti itu, Bintang melihat salah satu jari Ervan bergerak dan kemudian kedua mata Ervan membuka secara perlahan. Angkasa yang juga mengetahuinya langsung memeriksa keadaan Ervan.

"Van, kamu bisa lihat Bintang?" tanya Angkasa.

Ervan mengangguk.

"Ervan kamu baik-baik aja kan?" tanya Bintang mendekati Ervan.

Dengan suara terbata-bata, Ervan menjawab, "Aku gak papa, Bin, jangan khawatir."

Bintang menatap kedua mata Ervan yang terlihat sayup. Dia memegang jari jemari Ervan dengan lembut.

"Gimana aku gak khawatir, kamu tiba-tiba aja drop dan gak kasih tahu aku kalau kamu punya riwayat sakit. Van, kita udah temenan dari kecil, kan? Susah ya buat kamu percaya sama aku?" tanya Bintang.

Angkasa 2 : Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang