PROLOG

954 48 9
                                    

Tadi aku keluar rumah.
Ku tatap sang langit.
Banyak bintang ternyata.
Pikirku, "Bisa tidak ya dia dengar rinduku?"

Sepertinya bintang menertawakanku.
Menertawakan betapa bodohnya aku.
Bagaimana bisa aku merindukan orang lain?
Yang hatinya saja aku tahu bukan untukku.

Tadi juga sudah ku selipkan namamu di atas sana.
Tapi lagi-lagi,
Bintang menertawakanku.
Katanya, "Bagaimana bisa aku mengirimkan rindumu jika tuan mu saja sudah pergi dari dulu."

...

Gadis itu menutup buku bersampul pink yang di dalamnya sudah dia tulis beberapa bait puisi. Mata sedunya menatap bintang-bintang yang sekarang menemani bulan malam ini. Beberapa kali air matanya jatuh dari sudut matanya.

Entah apa yang membuatnya sedih. Empat tahun berlanjut, namun rasa yang dia miliki selalu sama seperti terakhir kali dia menatap bola mata berwarna coklat itu. Mungkin bibirnya bisa tersenyum, tapi tidak dengan hatinya.

"Bintang!"

Gadis itu menoleh setelah selesai menyeka air matanya yang hampir saja turun.

"Leo!" sapanya Bintang balik.

Leo. Pria dengan tubuh tinggi dan bola mata biru itu duduk di samping Bintang. Leo adalah laki-laki yang Bintang temui dua tahun setelah seseorang yang dia sayangi pergi meninggalkannya.

Leo bukan hanya sahabat. Tapi dia jauh dari kata itu. Leo selalu ada ketika Bintang ingin sekali bercerita tentang seberat apapun masalah yang dihadapinya.

Leo tersenyum lalu bertanya, "Kamu ngapain di sini?"

"Kamu tahu lah pasti," jawab Bintang dengan suara sedikit serak.

Leo mengangguk. "Kangen sama dia?"

"Bukan orangnya, tapi kenangannya," kata Bintang dengan tersenyum.

Bintang kembali menatap langitnya. Dia tahu. Sangat tahu. Apapun yang sekarang dia rindukan tak akan kembali seperti dulu. Tapi, berharap sedikit tak masalah kan?

"Bin, boleh gak aku gantiin dia? Aku ingin mengganti semua kenangan yang dia lukis di hidup kamu terganti dengan semua kenanganku."

...

Angkasa 2 : Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang