Sebuah hubungan tidak akan hancur jika tuan rumah tidak pernah mempersilakan tamu masuk.
...
Setelah selesai mengacau di kamar Bintang dan memaksanya untuk pergi, sekarang Bintang harus terpaksa keluar rumah bersama dengan Elara dan Alin. Mereka meminta Bintang untuk membantu mencari perlengkapan reuni yang akan diadakan seminggu lagi. Sebenarnya jika diberi kesempatan lupa ingatan, Bintang ingin sekali merasakan.
Akhir-akhir ini kepalanya terasa sangat berat dengan masalah-masalah yang silir berganti mendatanginya. Bintang juga tidak tahu, kenapa semesta sepertinya ingin sekali melihat Bintang menyelesaikan permasalahan di muka bumi ini.
Padahal semua orang juga tahu jika Bintang itu cuma seorang gadis biasa yang lemah dalam segala hal. Tapi dengan tuntutan masalah yang selalu mendekatinya, sejak kecil dia sudah harus bersikap dewasa meskipun umurnya jauh lebih kecil.
"Oh ya, kira-kira kalian mau beli apa?" tanya Bintang meminta penjelasan agar tidak salah beli.
"Apa ya? Booking tempat udah selesai. Makanan juga. Yang kurang tuh apa ya?" tanya Elara balik.
"Yang kurang tuh Bintang latihan nyanyi sama Kak Angkasa. Kan itu udah kesepakatan. Lo udah latihan belum, Bin?" tanya Alin.
Bintang meruntuki mulut kecil Alin dan otaknya itu. Kenapa Alin harus mengingat semuanya? Tidak bisa kah dia berpura-pura lupa untuk menyelamatkannya dari kenangan-kenangan masa lalu itu. Bintang ingin melupakannya.
"Nah bener! Eh tapi sekarang Kak Angkasa lagi di mana?" tanya Elara.
Elara merogoh tasnya dan mengambil benda pipih yang sedikit panjang itu. "Bentar gue telpon dulu orangnya."
"Ra, gak usah. Kan gue sama Kak Angkasa bisa...." ucapan Bintang terpotong saat sambungan telpon itu terhubung.
"Kakak lagi di mana? Sibuk gak?" tanya Elara.
"Ngapain nanya-nanya? Gak biasanya nanya," jawab Angkasa.
Elara berdecak, "Tinggal bilang apa susahnya sih? Aku lagi ada urusan nih sama Kakak."
Pria yang di ujung sana terdengar terkekeh, "Gak ada. Gak sibuk juga. Tapi jam 4 sore nanti ada operasi."
"Mau ngapain kamu? Mau ke sini?" tanya Angkasa.
Kedua mata Elara berbinar mendengar jawaban itu. Tepat sekali. Ini waktunya dia mencoba mendekatkan Angkasa dan Bintang lagi. Setelah sekian lama dia tidak melihat ini semua, sebentar lagi kenangan beberapa tahun yang lalu akan segera terulang lagi.
"Sip. Kak Angkasa sekarang temuin aku di cafe deket rumah sakit tempat Kak Angkasa kerja. Siapin diri dan hatinya, oke!" seru Elara.
"Eh tapi ad...."
Elara memutuskan sambungan telponnya sepihak. Lagi pula dia juga malas jika mendengar Angkasa bertanya banyak hal kepadanya. Elara memasukkan kembali hapenya ke dalam tas.
"Udah gue bilangin Kak Angkasa. Sekarang kita mending pergi ke cafe deket rumah sakit. Gue udah ajak dia janjian sih," kata Elara.
"Ih apaansih, Ra? Kenapa mesti buru-buru? Lo kan belum tanya gue udah siapa apa belum? Emang lo yang nyanyi?" tanya Bintang berturut-turut.
Elara memegang telinganya seakan dia merasakan panas karena suara Bintang yang terus mengacau seperti burung berkicau di pagi hari.
"Lo bisa gak sih Bin sehari aja nurut sama gue? Kita tahu ya lo udah jadian sama Leo. Tapi kan lo sendiri yang bilang kalau belum bisa lupain Kak Angkasa," sanggah Elara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa 2 : Remember You
RomanceSEQUEL ANGKASA "Sebuah kenangan manis yang harus dilupakan." ... Setelah tahun-tahun berlalu, perasaan Bintang masih sama seperti sejak 4 tahun yang lalu. Dia masih tetap menunggu Angkasa tanpa diminta. Tapi ketika Angkasa kembali, semuanya...