22. CANGGUNG

142 19 3
                                    

“Karena bagaimanapun juga, semua orang tahu bagaimana akhirnya.”

— Ervan

...

Angkasa menutup pintu apartemennya. Dengan membawa koper yang ada di samping. Dia harus segera pergi dari sana dan menghilang dari pandangan mata Belinda. Angkasa tidak mau membuat gadis itu semakin tersiksa karena pilihannya untuk mengakhiri hubungan asmara mereka.

"Kak Angkasa." Cowok itu berbalik badan. Di belakangnya sudah ada Bintang dan Ervan yang baru saja keluar dari flat mereka.

"Hai, kalian mau ke mana?" tanya Angkasa.

"Bintang mau jalan-jalan katanya. Kak Angkasa juga mau ke mana? Ngapain bawa-bawa koper segala?" tanya Ervan yang sedari tadi memperhatikan koper yang ada di sebelah Angkasa.

Angkasa tersenyum kecil. "Mau cari hotel. Alasannya karena aku sama Belinda sekarang udah gak ada hubungan apa-apa lagi. Aku juga gak mungkinkan masih tinggal di tempat dia lagi," jelas Angkasa.

Mendengar itu Bintang dan Ervan sedikit terkejut. Pasalnya selama ini mereka tidak pernah melihat jika Angkasa dan Belinda ada masalah atau bertengkar. Semuanya baik-baik saja namun berakhir dengan perpisahan sama seperti Bintang dan Angkasa dahulu.

"Kak Angkasa udah tahu mau tinggal di hotel mana?" tanya Bintang.

Cowok bertubuh tinggi yang ada di depannya itu terlihat sedikit berpikir. "Aku belum tahu sih. Tapi secepatnya aku bakalan nemuin. Palingan juga aku cari hotel yang deket sama kampus biar gak habisin uang transportasi nantinya," jawab Angkasa.

"Tinggal sama kita aja, Kak. Di flat aku masih ada satu kamar yang kosong. Kalau mau Kak Angkasa bisa tempatin itu," sahut Ervan.

Bintang mengerutkan dahinya sambil melihat ke arah Ervan yang sama sekali tidak memperdulikannya. Angkasa melihat ke arah Bintang sejenak. Dia tahu pasti akan canggung jika mereka sering bertemu nantinya.

"Enggak, gak usah. Biar cari hotel aja. Gak enakan kan kalau ngerepotin terus," sanggah Angkasa.

"Gak ngerepotin. Itu kan flat aku jadi terserah aku mau bolehin siapa aja yang mau tinggal di sana," ucap Ervan.

Kali ini Bintang benar-benar sangat kesal. Entah apa yang sedang Ervan pikirkan sekarang. Seharusnya dia tidak melakukan ini. Seharusnya dia ingat jika Angkasa adalah masa lalu Bintang. Dan Bintang ingin melupakan cowok itu. Seharusnya dia menjauhkan Bintang dari Angkasa, bukan malah memberi kesempatan mereka untuk sering bertemu seperti ini.

Ervan merogoh kantong sakunya dan mengeluarkan sebuah kartu yang biasa digunakan mengakses agar bisa memasuki apartemen.

"Masuk aja, Kak, gak papa. Nanti kamarnya ada di sebelah kanan," ujar Ervan.

Mau tak mau Angkasa menerimanya. Lagi pula ini juga sudah malam. Besok dia akan memikirkan kembali harus tinggal di mana nantinya.

"Makasih ya, tenang aja cuma buat sehari aja kok. Besok gue bakalan cari hotel," ucap Angkasa.

"Udah gak papa. Kayak sama siapa aja sih, Kak? Yang penting kita saling bantu satu sama lain. Iya gak, Bin?" Kali ini Ervan meminta persetujuan dari gadis cantik yang ada di sampingnya yang sejak tadi hanya terdiam.

"Terserah deh. Udah yuk, Van, kalo kamu ngobrol terus nanti kita gak jadi dong jalan-jalannya," rengek Bintang.

Ervan tersenyum lalu mengangguk. Setelah berpamitan dengan Angkasa, mereka pergi meninggalkan Angkasa.
Sedangkan Belinda, gadis itu memeluk erat fotonya bersama dengan Angkasa. Hanya itu yang dia punya sekarang.

Angkasa 2 : Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang