Kulepaskan diri dari hingar bingar kota.
Masa lalu yang pergi terlalu lama, kutinggalkan.
Luka-luka dalam masa lalu, kulupakan.
Bintang-bintang di malam tak kuhiraukan.Semoga jasad-jasad yang telah pergi bisa lepas dengan tenang.
Hati yang patah akan sembuh dengan sendirinya.
Air mata yang tak kunjung berhenti, semoga lekas menemukan muaranya....
Gadis itu terbangun dari tidurnya. Perlahan, langkahnya membawa dirinya mendekat pada jendela. Bibirnya mulai terangkat saat angin dan sinar matahari pagi menyambut senyumnya. Rasanya senang karena masih diberikan umur untuk menikmati matahari pagi.
Lantas, langkahnya kembali membawa gadis itu keluar dari kamar. Bintang menuruni tangga dengan senyuman yang masih melekat di bibirnya.
"Selamat pagi, Atlas, Julian!" sapanya dengan sumringah.
Empat tahun waktu merenggut Angkasa, satu tahun yang lalu Maria-mama tiri Bintang juga meninggalkan mereka selama-lamanya. Julian yang masih sangat kecil harus bisa menerima semua keadaan.
Bersyukur karena mama Bintang sudah kembali. Julian jadi masih bisa merasakan figur seorang ibu walaupun bukan ibu kandungnya.
Bintang duduk di samping Atlas yang masih terlihat kosong. Gadis itu lantas membuka piring dan mengambil nasi.
"Sumringah banget. Abis ditembak sama Kak Leo?" tanya Atlas.
Sejujurnya Bintang bingung dengan Atlas. Adiknya barusan sedang bertanya atau menyindir? Sudah tahu Bintang belum bisa melupakan Angkasa.
"Cie, Kak Bintang ditembak sama Kak Leo," ledek Julian dengan gemas.
Atlas dan Julian melakukan tos. Sedangkan Bintang masih terlihat bingung.
"Hei, Atlas. Julian kamu ajarin ya. Jangan ajarin Julian kayak gitu, dia masih kecil," sahut Viona.
"Iya nih, Ma. Atlas pasti yang ajarin Julian," rengek Bintang.
"Kak Bintang cocok tahu sama Kak Leo," ujar Julian.
"JULIAN!" pekik Bintang.
Lagi-lagi Atlas dan Julian tertawa dan mengejek Bintang. Astaga, untung saja Julian ini masih kecil. Coba kalau sudah besar, pasti sudah Bintang marahi habis-habisan.
"Lagian juga ngapain sih masih inget Angkasa. Toh dia juga udah lupa lagi sama Kak Bintang," gumam Atlas.
Benar kata Atlas. Untuk apa Bintang masih mengingat semua janji Angkasa jika laki-laki itu saja sudah melupakan Bintang dan janjinya.
"Gini ya, Kak. Aku ini juga cowok. Cowok itu gampang lupa. Apalagi kalo soal janji, pasti gampang lupanya," lanjut Atlas.
"Hmm, berarti kamu juga kayak gitu?" sahut Viona dengan bertanya.
"Kalo aku sih sedikit. Banyaknya gombal," jawab Atlas dengan cengengesan.
"Julian juga sama kayak Kak Atlas. Tapi kata mama Julian, gak boleh kayak gitu. Kalo udah janji ya harus ditepati," kata Julian.
Mereka tidak tahu bagaimana perasaan Bintang sekarang. Benar-benar sangat hancur. Empat tahun dia menunggu sebuah kabar.
Sebelum laki-laki itu pergi, dia berjanji akan memberi kabar pada Bintang. Memang dia memberi kabar pada Bintang, tapi hanya sekali. Itu pun waktu awal dia pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa 2 : Remember You
RomanceSEQUEL ANGKASA "Sebuah kenangan manis yang harus dilupakan." ... Setelah tahun-tahun berlalu, perasaan Bintang masih sama seperti sejak 4 tahun yang lalu. Dia masih tetap menunggu Angkasa tanpa diminta. Tapi ketika Angkasa kembali, semuanya...