13. Perenungan

195 26 22
                                    

Perenungan adalah satu cara ampuh agar kamu menyadari kesalahanmu. Tapi jika dengan merenungkannya kamu semakin membuat semuanya hancur, itu artinya kamu tidak layak dimaafkan.

Seorang perempuan tidak untuk dijadikan tempat pelampiasan. Karena sejatinya mereka memiliki hati yang lembut. Mereka tidak pantas untuk disakiti oleh kamu pria.

...

Pesawat yang mengantar penumpang dari Jerman-Indonesia mendarat dengan sempurna di Bandara Soekarno-Hatta tepat jam 8 pagi ini. Seorang laki-laki yang baru saja mengambil koper besar miliknya itu berjalan dengan santai sambil berulang kali mencoba menelpon seseorang yang tidak diangkat sejak tadi.

"Kopernya mau dimasukin bagasi sekarang, Den Ervan?" tanya seorang laki-laki yang berumur setengah abad itu kepada Ervan yang baru saja keluar dari bandara.

"Iya, Pak. Oh ya, nanti anterin ke universitas saya dulu ya, Pak," ucap Ervan.

Sopir pribadinya yang bernama Pak Malik itu mengangguk. Pak Malik lantas memasukan koper milik Ervan dan mempersilakan laki-laki itu untuk masuk ke dalam mobil.

Masih sama. Sejak tadi Ervan sibuk menelpon. Entah siapa yang sedang dia telpon tapi perasaannya sangat khawatir. Padahal dia sudah meminta orang itu untuk menjemputnya saat dia berlibur ke Indonesia. Tapi lihat sekarang, bahkan orang itu tidak menjawab telponnya sama sekali.

"Oh ya, Pak, selama saya di Jerman, Bintang suka main ke rumah gak?" tanya Ervan.

"Oh, Mbak Bintang ya, Den. Setelah Den Ervan ke Jerman, saya jarang ngelihat dia main ke rumah. Tapi kemarin waktu saya ke rumah sakit jengukin isteri saya, saya lihat Mbak Bintang nangis," jawab Pak Malik.

Nangis? Ervan bingung kenapa Bintang sampai menangis. Padahal dia sudah menitipkannya kepada Bintang. Seharusnya dia senang karena masih ada Leo yang di samping. Apa keputusan Ervan untuk meninggalkan Bintang itu salah?

"Kita gak jadi ke universitas. Anterin saya ke rumahnya Bintang," ujar Ervan.

Setelah Pak Malik mengiyakan permintaan Ervan, sepanjang jalan hanya dihabiskan dengan merenungkan apa yang sebenarnya terjadi pada Bintang. Ervan kembali membuka ponselnya dan mulai menelpon Leo tapi nomor laki-laki itu tidak aktif. Pikiran Ervan menjadi makin kalang kabut.

Sampai akhirnya dia sampai di rumah Bintang. Ervan berjalan dengan langkah cepat. Dia ingin sekali bertemu dengan Bintang sekarang juga. Dia mengetuk pintu dan bersyukur Bintang yang membukakan pintunya.

Dengan mata yang sedikit bengkak seperti telah menangis dia melihat Ervan berada di depannya. Entah mengapa air mata Bintang kembali turun. Dia memeluk Ervan dengan sangat erat. Bisa Ervan rasakan jika Bintang sedang sangat merasa kecewa.

"It,s okay, Bin. Sekarang aku ada di sini. Kamu bisa ceritain semuanya sama aku," gumam Ervan menenangkan Bintang.

"Jangan tinggalin aku lagi, Van," balas Bintang dalam pelukan Ervan.

Ervan mengangguk. Sebenarnya dia juga tidak bisa berjanji tidak akan meninggalkan Bintang lagi. Dia ke Indonesia hanya karena dia ingin berliburan di sini dan menemui Bintang. Setelah selesai dia akan kembali ke Jerman. Tapi setelah melihat keadaan Bintang yang sangat kacau seperti ini dia semakin bimbang.

Ervan melepaskan pelukannya. Dia menghapus air mata Bintang yang keluar dari matanya. "Cerita sama aku, kamu kenapa? Kak Angkasa nyakitin kamu lagi? Mau aku bales perbuatan dia?"

Bintang menggeleng. Bahkan Angkasa kemarin juga menenangkannya. "Bukan."

"Terus siapa? Siapa yang berani bikin gadisku nangis?" tanya Ervan.

Angkasa 2 : Remember YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang