DYR 1

3.5K 233 47
                                    

Kalau ada yang bilang, pertemanan dua orang yang berbeda jenis kelamin tanpa ada "rasa" sedikitpun diantara mereka, itu bohong.

Kalau ada dua orang lawan jenis, kesana-kemari berdua, melakukan hal apapun berdua bahkan terlihat mesra dan hanya berstatus teman, itu..

Aku.

Mungkin bukan cuma aku, diluar sana pasti banyak juga yang seperti aku.

Orang bilang, teman tapi mesra. Dan, itu memang benar. Empat tahun berada di kelas yang sama selama kuliah di jurusan Manajemen Informatika, selama itu juga aku dan dia selalu bersama. Namun, kita mulai semakin dekat saat semester tiga perkuliahan.

Dimana ada aku, disitu pasti ada dia. Kami seperti es kopi kekinian dengan bola-bola kenyal yang saling melengkapi.

Dia, lelaki jangkung dengan hidung mancung bak prosotan anak dengan kulit putih, terlihat cute dan menggemaskan. Rambutnya bergaya polem alias poni lempar yang menjadi trand pada saat itu. Sedangkan aku? Wanita dengan kulit sawo matang dengan hidung pas-pasan dan rambut panjang, sangat berbanding terbalik dengan dirinya. Namun, warna kulit kami saling melengkapi bukan?

"Ssstt.. Gula jawa."

"Gula jawa."

Aku menoleh ke sumber suara. Tatapanku mengarah pada lelaki yang sedang merebahkan kepalanya diatas meja. Dia tersenyum padaku.

Ku lirik sekitarku, memastikan pada siapa lelaki itu memanggil.

Melihat kebingunganku, dia terkekeh sambil mengangkat kepalanya. Dia melirik ke arah dosen yang sedang menjelaskan di depan kelas, kemudian merobek kertas dan menuliskan sesuatu disana.

Lemparan kertas membuatku kembali menoleh ke arahnya. Dia mengangkat alis memberi kode agar aku membuka gulungan kertas itu.

Habis ini temani aku makan di warung Bu Deti. Jangan ajak yang lain, ok?

Aku meliriknya kembali sambil menggedikan dagu dan alisku bersamaan.

Ada angin apa, lelaki ini tiba-tiba saja memintaku menemaninya makan?Pasti mau salin tugas jarkom. Hmm.. sudah kuduga!

Kelasku didominasi oleh para lelaki malas. Sudah biasa tugas-tugas yang ku kerjakan di lempar sana-sini sebagai contekan mereka.

Lelaki itu kembali menggerakan tangannya memberi kode agar aku membalas tulisannya.

Sogokannya elit dikit, kek! Masa warung Bu Deti banget.

Dia hanya memperlihatkan senyum lebarnya setelah membaca balasan dariku.

Dasar lelaki aneh. Apa susahnya kirim sms sih? Malah main lempar-lemparan kertas.

"Kalian mau kemana?" Tanya Angga, teman dekatnya.

"Fotokopi." Dia menjawab asal kemudian melirikku, "ayo, buruan."

Sepanjang jalan menuju tempat parkir, banyak gadis yang menyapa dirinya. Sudah gak aneh lagi, dia memang salah satu most wanted di kampus kami.

Banyak gadis yang terjerat oleh pesonanya. Tentu saja, hal itu dimanfaatkannya dengan baik. Dengan mudahnya dia berpindah dari satu gadis ke gadis yang lain.

Dasar playboy! Dia bilang sudah insyaf, tapi masih saja tebar pesona sana-sini.

Lelaki itu mulai menunggangi motor kesayangannya. Dengan gerakan mata, dia menyuruhku naik ke atas motor.

Do You Remember?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang