Seminggu berlalu, aku dan Mas Arya masih tak ada komunikasi sama sekali. Dan selama seminggu itu, aku menggalau. Ingin sekali menghubunginya seperti biasa, tapi entah kenapa, egoku selalu menahannya.
Selama lost contact dengan Mas Arya, aku jadi berpikir macam-macam. Apakah Mas Arya benar-benar mencintaiku? Apakah Mas Arya merindukanku? Atau dia malah senang tak berbagi kabar denganku? Atau, dia.. selingkuh?
Mas Arya memang berwatak keras. Tapi masa iya, dia sama sekali tak tergugah untuk menghubungiku?
"Bel, Mas Arya masih gak hubungi kamu?" Tanya Lili saat melihat raut wajahku yang semakin kusut.
Aku hanya menggeleng.
"Coba bicarakan baik-baik deh, Bel. Dari pada kayak begini. Semakin lama, nanti yang ada malah kalian semakin renggang." Sang Manager pun ikut memberikan wejangan.
Kini mereka tahu permasalahanku dengan Mas Arya. Kalau bukan karena Lili yang cerewet menanyakan batang hidung lelaki yang tak pernah muncul itu, mungkin tak akan ada yang tahu masalah rumah tangga yang sedang ku hadapai. Lho, rumah tangga? Mimpi kamu, Ra!
Ku hembuskan nafas kasarku berkali-kali. Kini ucapan Mbak Ciki sukses membuatku bimbang.
Tiba-tiba Lili menyumpal telingaku dengan earphone miliknya. Terdengar suara Ivan - Seventeen yang membuatku tertegun.
Jelaskan padaku isi hatimu
Seberapa besar kau yakin padaku
Untuk tetap bisa bertahan denganku
Menjaga cinta iniPertengkaran yang terjadi
Seperti semua salahkuMengapa selalu aku yang mengalah
Tak pernahkah kau berpikir
Sedikit tentang hatiku
Mengapa ku yang harus selalu mengalah
Pantaskah hatiku
Masih bisa bersamamu?Kok rasanya, lagu itu mewakili isi hatiku. Kok rasanya lagu itu memang pas diciptakan untukku.
"Nangis sana!" Ketus Lili padaku.
Kampret memang Lili, tuh! Bisanya ngomporin doang.
"Kenapa sih, Li?" Tanya Managerku.
"Ada yang galau Mbak, gara-gara dengerin lagu."
"Yang bikin gara-gara siapa!" Sungutku. Memang itu bocah sepertinya keki padaku kalau menyangkut Mas Arya.
"You have to talk, Bel. Dari pada uring-uringan gak jelas gitu. Udah, turunkan egomu. Bukan berarti kamu kalah, lho, Bel."
Aku terdiam mencerna ucapan Mbak Ciki. Rasanya memang benar juga. Pantas saja, dia diangkat menjadi Manager. Memang pemikirannya serasional itu. Beruntungnya aku, menjadi anak buahnya Mbak Ciki. Selain orangnya asik, dia juga bisa memberi masukan padaku. Dia tak pernah memposisikan dirinya sebagai manager.
Ku coba hitung jadwal kerja Mas Arya. Kebetulan aku tahu, pola shiftingnya seperti apa.
Ah, pas sekali, dia hari ini shift pagi.
Biar ku sambangi apartemennya selepas ngantor nanti. Untungnya, hari ini juga hari jumat, jadi sekalipun nanti pulang malam, besok aku bisa tidur sampai siang.
Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik link dibawah :
https://kbmapp.com/book/read/810a237d-2879-b711-1c19-cd109ebf19fa/fe1510b5-3fe2-acfb-f24a-a50414354757?af=b8c0cede-55ed-f077-0193-baa76010bd1d
KAMU SEDANG MEMBACA
Do You Remember?
RomanceKalau ada yang bilang, pertemanan dua orang yang berbeda jenis kelamin tanpa ada "rasa" sedikitpun diantara mereka, itu bohong. Contohnya, aku. Arabella Putri, yang masih terjebak dengan perasaan masa lalu. Dan dia, lelaki berwajah menggemaskan itu...