Extra Part!

5.9K 426 40
                                    

Holla!

Sora datang membawa cuplikan Extra part yang ada di fanbook.

Jangan lupa PO ditutup tanggal 24 ya <3

____

"Lihat? Dia mekar dengan begitu indah, Namjoon."

Namjoon mengangguk kecil, menoleh ke samping dan memandangi wajah Seokjin dari jarak yang begitu dekat. "Benar. Sangat indah."

Alih-alih menatap kelopak bunga yang mulai menguarkan aroma manis, Namjoon justru memandangi wajah Seokjin yang menurutnya jauh lebih menarik. Sadar akan apa yang sedang Namjoon lakukan, Seokjin menjauhkan kepalanya dari bahu Namjoon, memajukan bibir merengut.

"Lihat bunganya, Namjoon. Bukan wajahku."

Namjoon terkekeh, merangkulkan tangannya di sekeliling tubuh Seokjin agar mereka kembali bersentuhan.

"Bagiku, wajahmu jauh lebih menarik dari bunga mana pun, Kim Seokjin."

Seokjin memalingkan wajah, merasa kesal karena sebentar lagi pipi dan telinganya akan memerah—pendeteksi yang paling ampuh untuk melihat reaksi saat ia tersipu, dan Seokjin benci bagaimana Namjoon akan menggodanya setelah itu.

"Lihat, telingamu memerah."

Seokjin memutar bola matanya kesal.

"Kau senang saat aku puji, bukan?"

Seokjin tak menjawab, sibuk menenangkan detak jantung yang mulai menggila hanya karena ucapan singkat penuh godaan. Sebagai gantinya, ia mencubit pelan pinggang Namjoon sampai suaminya itu tertawa menghindari tangannya.

(cut)

"Kau mau aku mendongengkan kisah pertemuan pertama kita di sini? Dengan keadaan dan pakaian seperti ini?"

Yang Namjoon maksud adalah di dalam taman, di pagi hari yang masih dingin, dengan pakaian tidur seadanya dan alas kaki yang tipis. Namun tampaknya Seokjin sama sekali tidak terlihat terganggu dengan keadaan itu. Ia malah mengangguk senang, menunggu sebuah alkisah.

Namjoon mengalah. Ia edarkan pandangan ke sekitar taman dan menemukan gazebo kecil yang selalu dirawat oleh pelayannya tak jauh dari tempat mereka berpijak. Ia kendikkan dagu ke arah gazebo itu, "Ayo kita duduk di sana."

(cut)

Mata Seokjin yang memperhatikan kumpulan anak kecil itu membuatnya tak sadar telah menabrak seseorang dengan begitu keras menggunakan bahu kanannya. Otomatis kantung persik yang ia pegang terlepas, jatuh ke tanah dengan isi berhamburan keluar—sebagian menggelinding entah kemana.

Seokjin otomatis panik. Ia segera berjongkok, meletakkan pot lily di atas tanah dan memunguti buah persik yang menggelinding satu per satu. Beberapa berhasil ia selamatkan. Beberapa yang lainnya menggelinding ke jalanan dan dilindas oleh roda kereta kuda yang lewat. Seokjin menatap sedih pada beberapa buah persik yang tak selamat itu.

Alih-alih sebuah hardikan keras atau amarah, Seokjin justru mendapati tangan seseorang itu terulur dengan dua buah persik di telapak tangannya.

"Ini. Aku bantu mengutipnya tadi."

Kepala Seokjin yang tertunduk perlahan ia tegakkan dengan ragu-ragu. Saat garis matanya berhasil menangkap netra orang yang ia tabrak, Seokjin terkesima untuk beberapa saat. Seseorang itu tersenyum lebar, memunculkan lesung di kedua pipi yang terlihat dalam. Tatapan matanya tampak dingin dan angkuh, namun mungkin karena bentuknya saja yang seperti itu—lihat, ia tersenyum begitu tulus dan membantu memunguti buah persik yang berjatuhan.

RED TATTOO | NamJinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang