[19]

6.2K 792 119
                                    

"Apa?" Namjoon mengerutkan dahinya, menatap Taehyung tak percaya akan apa yang barusan ia dengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa?" Namjoon mengerutkan dahinya, menatap Taehyung tak percaya akan apa yang barusan ia dengar. Sementara laki-laki yang barusan membuka mulut itu mengangkat bahu.

"Aku juga tidak percaya, laki-laki yang mereka tetapkan untuk menjadi sainganmu adalah Hoseok. Teman akademi kita."

Namjoon dan Taehyung tentu saja tahu kedua kelompok—bangsawan Tua dan bangsawan Muda—akhir-akhir ini mempunyai ketegangan yang tak terlihat, sejak Marquess Min ditangkap dan mendekam di dalam penjara. Marquess Min berada di dalam kelompok bangsawan Muda, dan mereka percaya kalau dalang di balik kejatuhannya Marquess Min adalah kelompok bangsawan Tua—dan itu memang benar.

Yang paling tidak Namjoon sangka adalah sosok laki-laki yang sudah lama digadang-gadang akan menjadi pemimpin bangsawan selanjutnya—dari kelompok mereka—adalah Hoseok, teman akademinya.

"Teman, ya..." Namjoon bergumam pelan, mengingat-ingat laporan dari pengawal Seokjin yang mengatakan bahwa Seokjin sempat beberapa kali bertemu dengan Hoseok.

Taehyung menjentikkan jarinya, "Bukankah Hoseok itu adalah si nomor dua? Yang selalu mati-matian mengejar nilai sempurnamu itu, dan sama sekali tidak pernah berhasil?"

Perkataan Taehyung barusan membawa Namjoon pada ingatan di akademinya dulu. Apa yang Taehyung katakan adalah benar. Hoseok selalu menatapnya tajam saat melihat papan pengumuman nilai dengan nama Namjoon berada di atas, sementara namanya berada di urutan ke dua. Namjoon selalu abai akan hal itu karena ia tidak merasa merebut apapun dari Hoseok.

Setelah ia lulus dari akademi, Namjoon sama sekali tidak pernah bertemu lagi dengan Hoseok, dan juga tak pernah mendengar kabar tentangnya. Karena itu Namjoon sebenarnya cukup terkejut saat Hoseok menyapanya begitu hangat bak teman yang sudah lama tak bertemu—dan Namjoon mengikuti permainannya dengan ikut bersikap sama, terlebih ada Seokjin disana.

"Kenapa? Apa kau mencurigainya?" tanya Taehyung saat melihat raut wajah serius Namjoon—lihat, keningnya sampai berkerut. Kalau sudah melihat Namjoon dengan ekspresi seperti itu, Taehyung tahu Namjoon benar-benar sedang sangat serius.

"Aneh," gumam Namjoon menyentuh rahangnya. "Aku tahu Seokjin baru pindah ke ibukota beberapa tahun belakangan, tapi kenapa Hoseok bisa mengenal Seokjin?"

Taehyung mendengus begitu tahu yang Namjoon pikirkan dengan wajah seserius itu adalah Seokjin.

"Apa kau pikir kau tahu siapa saja yang berteman dengan Seokjin? Kau bahkan baru mengenalnya tak lebih dari setahun, setelah pertemuan pertama kalian di pasar kalau kau lupa."

Namjoon mengulum bibirnya. "Benar. Aku memang tak mengenal teman-teman Seokjin, tapi aku tahu Hoseok. Dia tidak akan berteman dengan orang-orang yang tidak berguna untuknya. Dia adalah orang yang menggunakan cara apapun untuk mendapatkan apa yang dia inginkan."

Taehyung tidak masuk ke akademi seperti Namjoon. Sebagai seorang putra mahkota, tentu saja ia mempunyai banyak sekali kelas dan pelajaran umum sejak kecil dan guru-guru yang didatangkan adalah orang-orang terbaik. Hal-hal mengenai apa yang terjadi di akademi pun ia tahu dari mulut Namjoon, atau dari anak-anak bangsawan lain yang dengan sukarela bercerita tentang akademi.

RED TATTOO | NamJinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang