Warn : Mature part!
18+
Sora sengaja apdet ini malam. Jadi kalau ada yang baca lagi puasa, di close aja dulu ya. Pas udah buka puasa baru boleh balik lagi :')
.
.
.
Serius lo, part ini tidak aman.
.
.
.
Setelah kejadian dimana Namjoon melihat hal-yang-belum-waktunya dan juga melakukan sesuatu seperti membuat Seokjin-melongo-sepanjang-malam, hubungan mereka berdua menjadi canggung. Lebih tepatnya, Seokjin seperti sedang bermain kucing-kucingan. Kalau tidak sengaja berpas-pasan di koridor mansion, ia pasti akan segera berbalik badan dan lari entah kemana. Saat di meja makan, yang terdengar hanyalah suara dentingan sendok beradu dengan piring, tidak ada pembicaraan basa-basi seperti sebelumnya. Bahkan kalau Namjoon bertanya, Seokjin akan menjawab seadanya dan tanpa menatap mata Namjoon.
Beberapa hari berlalu seperti itu dan sekarang ini, Seokjin berdiri di depan cermin raksasa, mematut dirinya yang memakai pakaian yang telah Chou Bora sesuaikan tempo hari. Rambut yang biasa dibiarkan tanpa tatanan, hari ini dirapihkan oleh pelayan—memamerkan pesona dahinya yang sering tersembunyi. Sepatu pantofel yang ia kenakan bahkan lebih mahal dari barang yang ia jual di tokonya sendiri.
Sempurna.
Seokjin akan menjadi pasangan orang lain, hari ini.
Kalimat barusan membuat perut Seokjin mendadak mulas—gugup. Ia kembali mengingat pertemuan pertamanya dengan Namjoon yang penuh drama. Oh, jangan lupakan kalimat sakti yang Seokjin keluarkan saat itu.
"Apa ini pertama kalinya seseorang menyirammu dengan minuman di hari pertama bertemu? Kalau begitu aku merasa tersanjung, Kim Namjoon-ssi."
Sepucuk surat, penculikan sepihak, keributan-keributan kecil, dan sampailah ia ke titik ini. Menikahi seorang putra Duke Kim yang terhormat itu. Dan Seokjin semakin gugup di buatnya. Ketukan di pintu membuat atensi Seokjin teralihkan. Saat ia bergumam mempersilahkan masuk, Banryu-lah yang ada di balik pintu.
"Kereta kuda untuk Tuan Seokjin sudah tiba. Ayo, Tuan."
Seokjin mengangkat sebelah alis, bertanya dengan nada penasaran, "Kereta kudanya dipisah?"
Banryu mengangguk singkat, "Setelah upacara pernikahan, baru Anda berdua pulang dari gereja dengan kereta yang sama."
Sejujurnya yang Banryu katakan barusan adalah formalitas yang dilakukan oleh orang-orang dari keluarga bangsawan. Rakyat biasa yang menikah biasanya akan menyewa satu kereta kuda untuk digunakan sebagai arak-arakan saat pulang dari gereja.
"Mari, Tuan."
____
Saat turun dari kereta kuda, yang pertama kali Seokjin lihat adalah sebuah gereja kecil yang bersih dan terawat. Kendati ia tidak semewah katedral di ibukota, Seokjin langsung menyukainya karena suasana nyaman di sekitar yang tak terlalu ramai. Tidak ada banyak orang di dalam gereja. Semuanya adalah orang yang Seokjin kenal.
Kedua orang tua Seokjin dan sepasang suami istri tetangga Seokjin yang kerap membantu Baron Kim tersenyum haru saat melihat Seokjin masuk ke dalam. Seokjin membelalakkan matanya tak percaya saat melihat ada Raja Tae Ryu di barisan bangku. Apa mungkin karena ini adalah pernikahan keponakannya, sang Raja bersedia hadir? Seokjin yakin seperti itu. Sedangkan Duke Kim, tentu saja tak bisa berhadir karena untuk berjalan menuruni ranjang saja ia tidak mampu.

KAMU SEDANG MEMBACA
RED TATTOO | NamJin
Fanfiction[TAMAT] "Kita memang bangsawan miskin yang hampir hancur. Tapi jangan membuat harga diri kita terinjak dengan menjodohkanku dengan keluarga mereka, Ibu."