[17]

5.8K 837 133
                                    

Hari-hari Seokjin setelahnya disibukkan oleh Lustre

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hari Seokjin setelahnya disibukkan oleh Lustre. Sepanjang hari ia berada di Lustre, dan saat siang beristirahat dengan kudapan yang dibelikan oleh karyawannya—tentu saja mereka juga mendapat bagian. Barulah sore hari setelah memastikan semua rekap penjualan harian sudah berpindah ke dokumen yang akan diperiksa di mansion, Seokjin bergegas pulang.

"Kim Seokjin-ssi?"

Ujung jemari Seokjin sudah menyentuh kosen pintu kereta kuda saat sebuah suara menyapanya. Praktis ia menoleh ke kiri dan menemukan seseorang berjalan mendekatinya dengan kedua tangan berada di saku celana. Sebelah alis Seokjin terangkat, dan kemudian mengenali laki-laki itu sebagai teman Namjoon yang tempo hari dikenalkan padanya.

Seokjin menurunkan tangannya dari kosen pintu kereta kuda, memutar tubuh agar berhadapan dengan laki-laki itu.

"Hoseok-ssi, benar?"

Laki-laki itu tertawa sambil mengangguk. "Maaf mencegatmu tiba-tiba, Seokjin-ssi. Um, begini... apa kau benar-benar tak ingat aku?" Hoseok menunjuk dadanya sendiri. Mendapati raut bingung Seokjin, Hoseok menghela napas.

"Ah, ternyata kau benar-benar tidak ingat, ya."

"Maaf..."

Hoseok tersenyum tipis. "Tapi walaupun begitu, apa kau keberatan kalau kita minum kopi? Lagi pula langit belum terlalu gelap. Bagaimana?"

Seokjin terdiam beberapa saat, kemudian mengangguk kecil. Mereka memutuskan untuk masih ke sebuah kedai kopi terkenal di alun-alun kota. Seokjin bahkan mengintari seluruh ruangan dengan matanya, terpukau pada desain interiornya yang cukup unik dan menarik.

Seorang pelayan datang kemudian, membawa dua cangkir kopi dan satu piring kecil bonus kudapan. Setelahnya barulah Seokjin melirik pada Hoseok yang duduk di seberang.

"Bagaimana kalau... Seok? Apa kau ingat dengan panggilan itu?"

Seok... Seok!

Seokjin terbelalak, kini mengerti kenapa ia tidak merasa asing dengan nama itu sebelumnya. Jemari Seokjin bergerak menyentuh bibirnya, bergumam pelan. Matanya tampak gelisah saat ia menatap Hoseok.

"Kau... Seok yang itu?"

"Hai, teman lama," ucap Hoseok sambil mengangguk. Senyumnya mengembang lebih lebar. Senang akhirnya Seokjin mengingatnya.

Seokjin nyaris berteriak, menahan suara yang nyaris keluar sambil mengepalkan tangan kuat-kuat.

"Seok! Ya tuhan, maafkan aku karena tidak mengenalimu, sungguh."

Hoseok mengibaskan tangan di udara. Tentu saja awalnya ia merasa bingung karena Seokjin sama sekali tak mengenalinya, sementara ia langsung mengenali Seokjin saat itu juga. Tapi tidak mungkin ia bertanya langsung di saat itu, terlebih orang yang sedang bersama Seokjin adalah Namjoon, Duke Kim—bukan sembarang orang.

RED TATTOO | NamJinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang