[7]

8.2K 1K 162
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Seejin menutup mulut dengan kedua telapak tangan, mata membelalak dan kemudian memekik senang.

"Akhir bulan ini?! Itu berarti... seminggu lagi, Seokjin-ah!"

Seokjin menggaruk belakang telinga yang sebenarnya tidak gatal. Ia sudah menduga reaksi kedua orang tuanya akan seheboh ini, tapi tetap saja merasa malu. Saat Namjoon mengatakan kalau ia akan menikahi Seokjin di akhir bulan ini, Seokjin hampir-hampir menjatuhkan rahangnya—laki-laki kaku itu kenapa seolah sedang dikejar hantu?

"Bagaimana persiapannya?" tanya Seohan penasaran. Seorang anak tunggal dari keluarga kalangan atas yang akan menikah pastinya akan menyelenggarakan pesta yang mungkin tidak akan dilupakan oleh orang-orang untuk kurun waktu tertentu. Tapi seminggu menjelang pernikahan? Rasanya cukup mustahil.

"Kami memutuskan untuk tidak menggelar pesta. Hanya pernikahan sederhana saja dengan kerabat dekat."

Seejin mengatup bibirnya, kemudian tersenyum senang. "Bagus. Itu bagus sekali. Ibu mendukungmu," alih-alih sedih karena pernikahan anaknya tidak diselenggarakan pesta, Seejin justru terlihat bangga.

"Punya harta yang berlimpah bukan berarti harus menggelar pesta tujuh hari tujuh malam. Ibu setuju. Waah, menantuku sangat dewasa ternyata. Pasti tiga bulan hubungan kalian amat menyiksa, karena itu ia ingin secepatnya menikahi anakku."

Walau bagian tiga bulan itu bohong, tetap saja ada rasa menggelitik di perut Seokjin membayangkan kalau ucapan ibunya itu benar.

"Dan lagi... selama seminggu menjelang pernikahan, a-aku harus tinggal di mansion untuk persiap—"

"—Oh! Tentu saja ibu sudah menyiapkannya." Seejin menepukkan tangannya dua kali. Tak lama, seorang pelayan laki-laki bertubuh ceking membawa dua buah koper berwarna coklat tua dan meletakkannya dekat kaki Seokjin. Pelayan itu membungkuk sekali kemudian menghilang di balik pintu.

Seokjin melongo, Baron Kim menahan tawa, sementara Seejin tersenyum sangat lebar—dari telinga ke telinga.

"Yasudah, pergilah. Ibu tidak akan melarangmu."

Seokjin melempar pandangannya antara Seejin dan koper di dekat kaki, baru kemudian memekik, "Ibu bercanda!?"

Ini namanya pengusiran sepihak!

___

"Wah..."

Namjoon melepaskan kacamatanya saat melihat Seokjin berjalan di belakang pelayan mansion Duke Kim yang membawa dua buah koper coklat tua di kedua tangannya. Melihat bibir Seokjin yang terlipat ke dalam dan kening yang mengerut lucu, Namjoon jadi ingin mengerjainya—lagi.

"Padahal aku akan mengirim kereta kuda besok. Apa kau segitunya rindu padaku?"

Seokjin mendongak, dengan bibir menga-nga lucu. "Bukan begitu," kilahnya, bingung harus mengatakan apa. Diusir dari rumah? Atau bagaimana caranya ia harus menjelaskan?

RED TATTOO | NamJinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang