[13]

7.7K 890 260
                                    

Sudah beberapa hari ini Seokjin disibukkan dengan segala persiapan pembukaan Lustre—toko pakaiannya—di ibukota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah beberapa hari ini Seokjin disibukkan dengan segala persiapan pembukaan Lustre—toko pakaiannya—di ibukota. Sepanjang hari yang ia lakukan adalah bolak balik dari mansion ke Lustre, memastikan semua persiapan pembukaan akan berjalan dengan baik. Ada kebahagiaan tersendiri yang menyusup ke dalam hati Seokjin setiap kali ini berjibaku dengan dokumen-dokumen di atas meja. Dalam sekejap, kehidupan makan-tidur-termenung-seperti-kuda tergantikan dengan kesibukan Lustre.

"Bagaimana persiapan pembukaan Lustre?"

Seokjin mengalihkan pandangannya dari lembaran kertas berisikan katalog pakaian, menemukan Namjoon sudah berdiri di depan meja kerjanya. Ya, sejak Seokjin bilang akan membangun Lustre, Namjoon memberikan satu ruang khusus untuk Seokjin agar bisa bekerja dengan nyaman di mansion—dan Seokjin berterima kasih untuk itu.

"Bagus, tidak ada kendala. Pembukaannya akan dilakukan minggu depan. Kau bisa datang 'kan?"

Namjoon mengangguk, mendudukkan bokongnya di atas meja kerja Seokjin—yang langsung dihadiahi pelototan oleh Seokjin.

"Tuan Duke Kim, sofa ada di sana kalau Anda butuh tempat duduk yang nyaman."

Seokjin menyindir sambil menunjuk sofa merah marun yang ada di tengah ruangan. Bukannya turun dari meja, Namjoon malah menunduk untuk mendekatkan wajahnya pada Seokjin. Beberapa hari yang lalu Namjoon resmi menyandang gelar Duke dan telah bersumpah setia di bawah kekuasaan kerajaan—meski itu hanya formalitas. Setelahnya, mereka menjalani hari-hari lebih sibuk daripada biasanya dan kian jarang bertemu kalau bukan di meja makan dan ranjang—ehem.

"Kalau aku duduk di sofa, aku tidak bisa melihat wajahmu sejelas ini."

Seokjin mendengus. Namjoon dan segala bibir manisnya selalu berhasil membuat Seokjin tersipu, tapi ia tentu saja tidak semudah itu untuk terlihat tersanjung atas puja-puji Namjoon. Biarpun wajahnya datar, Namjoon paling tahu kalau telinga Seokjin tak akan bisa berbohong.

"Ada undangan pesta di kediaman Count Huening tiga hari lagi. Kau mau pergi?"

Seokjin menyadarkan punggungnya di sandaran kursi, tampak sedang menimang-nimang tawaran Namjoon. Sejak menikah dengan Namjoon, ia belum pernah muncul di hadapan publik sebagai pasangan resmi Namjoon. Bagi kalangan bangsawan kelas atas, kehadiran di setiap kegiatan apapun adalah hal yang terpenting untuk menjaga kedudukan di dalam pergaulan.

"Sebenarnya ada seseorang yang ingin aku kenalkan padamu. Ini menyangkut Lustre."

Mendengar Lustre disebut, Seokjin tampak tertarik. Maka ia menunggu sampai Namjoon menjelaskan apa maksud di balik kalimatnya itu.

"Kau tahu? Hal yang terpenting di dalam bisnis adalah citra. Semakin baik citra bisnismu, maka bisnis akan selalu berjalan lancar. Aku percaya kau bisa membangun Lustre dengan baik, tapi ini hanya saranku. Mau mendengarnya?"

Seokjin mengangguk kecil, merasa kesal karena Namjoon berbicara berputar-putar dan tidak langsung mengatakan maksud dari sarannya itu.

"Count Huening mempunyai sepasang anak kembar yang popularitas mereka di dalam pergaulan sangat besar. Lea dan Kai. Kalau kau berhasil mengajak mereka menjadi bagian dari Lustre, aku yakin bisnismu akan berkembang dengan cepat, Seokjin-ah. Kau tahu, anak muda belakangan ini suka mengikuti konsep pakaian dari orang-orang yang terkenal."

RED TATTOO | NamJinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang