Warning : Sexual tensions
____
Banryu menatap laki-laki berpakaian kumal di hadapannya dengan tatapan bingung, lalu beralih pada Seokjin yang berdiri di sebelahnya.
"Namanya Park Jimin. Dia akan menjadi pelayan di mansion ini. Kuserahkan dia padamu, ya?"
Banryu mengangkat sebelah alisnya, "Sebelumnya dia bekerja di mansion siapa, Tuan Seokjin?" tanya Banryu—meskipun sebenarnya ia tidak yakin laki-laki itu pernah bekerja di mansion bangsawan dengan pakaian sekumal itu.
Jimin melirik Seokjin yang terdiam. "Di kapal."
"Kalau sebelum-sebelumnya, dia pernah bekerja di mansion siapa saja?"
Kali ini, Seokjin yang melirik Jimin. Mereka berpandangan untuk beberapa saat kemudian Jimin menggeleng kecil. Walau Banryu tidak tahu asal usul laki-laki itu, tapi ia yakin sekali kalau Jimin pastilah tidak punya riwayat melayani mansion atau bahkan rumah biasa—bagaimanapun pelayan haruslah berpakaian rapi. Dan raut wajah Seokjin menjelaskan semuanya.
Menarik napas, Banryu mencoba menjelaskan, "Begini, Tuan Seokjin. Seseorang tidak bisa langsung menjadi pelayan tanpa masuk lebih dulu ke akademi khusus. Bahkan pelayan junior harus menghabiskan waktunya di sana selama setahun baru bisa bekerja di rumah sederhana. Nah untuk bisa masuk sebagai pelayan di mansion keluarga bangsawan, ia haruslah mempunyai rekomendasi dari rumah sebelumnya, begitu juga ke mansion ini, mansion Duke Kim. Kita tidak bisa menerima sembarang orang hanya karena dia adalah orang yang Anda kenal, Tuan. Sikap pelayan mencerminkan sikap pemilik mansion."
Mendengar penjabaran Banryu, Seokjin tersenyum kikuk. Ia benar-benar tidak tahu apapun tentang pelayan karena di rumah orang tuanya dulu, para pelayan adalah rakyat jelata yang dipekerjakan oleh orang tuanya. Pun karena mereka bukanlah keluarga kaya raya, tidak perlu mendapatkan pelayan dari akademi yang upahnya lima kali lipat dari pelayan dari rakyat jelata—itu baru untuk pelayan junior, belum lagi tingkat pelayan yang lebih tinggi.
Banryu bisa melihat kilat sedih di mata Jimin, dan ia kembali berujar pada Seokjin, "Dan apakah Tuan sudah membicarakan hal ini lebih dulu pada Tuan Namjoon?"
Seokjin menggeleng kecil sebagai jawaban. Banryu menghela napas, berusaha sabar. "Baiklah. Sementara Anda mendapatkankan izin dari Tuan Duke, saya akan membawa dia dan mengajarkannya dasar-dasar untuk menjadi pelayan. Tapi kalau Tuan Namjoon menolak, terpaksa dia harus pergi dari mansion ini. Bagaimana?"
"Ah, terima kasih, Banryu." Seokjin terlihat sangat senang, matanya sampai berbinar-binar dan ia kelihatan sangat lega. Ia menoleh pada Jimin, "Kalau begitu, aku pergi dulu."
Jimin membungkukkan tubuhnya pada Seokjin yang berlalu. Setelah Seokjin berbelok di ujung koridor, barulah ia mengangkat tubuhnya dan menatap Banryu takut-takut.
"Ikuti saya."
___
Seokjin bahagia. Benar-benar sangat bahagia karena ia dicintai begitu besar oleh Namjoon. Walau pertemuan pertama mereka tidak begitu menyenangkan, tapi Seokjin benar-benar yakin kalau pasangannya itu sangat tulus. Apapun yang Seokjin inginkan, Namjoon berikan semuanya. Karena itu ia yakin Namjoon akan mengizinkan Jimin untuk menjadi pelayan di mansion ini dengan sedikit rayuan malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED TATTOO | NamJin
أدب الهواة[TAMAT] "Kita memang bangsawan miskin yang hampir hancur. Tapi jangan membuat harga diri kita terinjak dengan menjodohkanku dengan keluarga mereka, Ibu."