[4]

8.5K 1.1K 182
                                    

"Omong kosong macam apa yang sedang kau katakan, Namjoon-ssi?"

Seokjin mengepalkan tangannya kuat, tampak sangat murka.

"Tunggu, tenanglah." Namjoon mengangkat kedua tangannya, memberi gestur agar Seokjin tidak maju dan membenamkan tinju di wajahnya. Sebelum Seokjin sempat mengoceh lagi, Namjoon memotong cepat, "Aku serius kali ini, Seokjin-ssi. Aku akan menjelaskan semuanya. Jadi tolong, dengarkan aku."

Suara tegas namun tersirat permohonan itu menahan Seokjin untuk tidak kembali berteriak. Ia menatap mata Namjoon dan laki-laki itu terlihat serius.

"Baiklah. Kesempatan terakhir."

"Terima kasih. Aku berharap kau mempertimbangkan semuanya, sungguh."

Namjoon bergerak untuk duduk di tepi ranjang—Seokjin tampak sedikit keberatan, tapi ia akan lebih keberatan kalau Namjoon berjalan mendekat. Jadi yah... Seokjin membiarkannya.

"Kau pasti tahu tentang perseteruan antara dua kubu bangsawan 'kan?"

Seokjin mengangguk, mulai meraba-raba kemana pembicaraan ini akan bermuara. Tentu saja semua orang tahu perseteruan antar keluarga bangsawan Tua dan bangsawan Muda—meski keluarga Seokjin tidak termasuk ke kubu manapun karena mereka hanya bangsawan tanpa harta dan kedudukan. Kelompok bangsawan Tua adalah keluarga-keluarga bangsawan yang sudah berdiri sejak kerajaan ini terbentuk.

Sedangkan kelompok bangsawan Muda adalah keluarga bangsawan yang berasal dari rakyat biasa namun bisa mendapat gelar dengan berbagai cara, misalnya berperang atau jalan yang paling mudah adalah dengan cara membelinya—yang tentu saja tidak murah.

"Duke Kim saat ini sedang sekarat."

Mata Seokjin membulat terkejut. Duke Kim—ayah Namjoon adalah—pemimpin bangsawan di Ibukota. Orang yang paling berpengaruh setelah Raja, tentu saja. Ia adalah tangan kanan raja—orang yang paling dekat dan yang paling dipercayai.

"Ada pelayan yang selalu memasukkan racun ke dalam teh berdosis rendah selama bertahun-tahun, tanpa gejala apapun. Lama kelamaan racun itu mengendap di tubuh dan sekarang sudah telat untuk mengobatinya. Pelayan yang kami tangkap sama sekali tidak mau membuka mulut siapa yang telah menyuapnya dan berakhir bunuh diri dengan menggigit lidah."

Seokjin mengerutkan dahi, mengetahui informasi serahasia ini dari mulut Kim Namjoon langsung, rasanya sangat aneh. Jangankan mengikuti informasi yang berkembang di antara keluarga bangsawan, ikut bergaul saja Seokjin sangat jarang melakukannya.

"Semua orang tahu kalau Pangeran Taehyung adalah cetakan sempurna untuk calon Raja berikutnya, tapi kubu bangsawan Muda tidak berpikir seperti itu. Aku yakin mereka sedang merencanakan sesuatu, tapi aku belum punya bukti. Aku juga mencurigai seseorang dari kubu mereka-lah yang memasukkan racun itu."

Namjoon mengusap wajahnya dengan telapak tangan, mengembuskan napas kuat-kuat. Namjoon terlihat sangat frustrasi, berbeda dengan Namjoon yang Seokjin temui beberapa kali yang tampak sangat angkuh dan sombong.

"Jadi, apa maksudmu menceritakan ini semua padaku?"

Namjoon menurunkan tangan dan meletakkannya di atas paha, "Yang aku tahu, ayahku tak akan bertahan lama. Aku harus menjadi pemimpin keluarga bangsawan selanjutnya untuk mengamankan kedudukan pangeran Taehyung."

"Aku membutuhkanmu untuk menjadi pendampingku, Seokjin-ssi. Semua keluarga bangsawan menyodorkan anak gadis mereka padaku. Aku bahkan tidak tahu siapa musuhku yang sebenarnya. Bagaimana kalau aku salah memilih?"

Namjoon berdiri, melangkah mendekat ke arah Seokjin hingga mereka hanya terpisah oleh jarak dua langkah.

"Aku menyukaimu, Seokjin-ssi. Jauh sebelum pertemuan pertama kita, aku sudah menyukaimu. Tolong maafkan sikap aroganku tempo hari. Itu aku lakukan hanya untuk membuktikan bahwa kau berbeda dari orang-orang yang menjilatku. Sungguh, maafkan aku."

RED TATTOO | NamJinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang