[26]

4.9K 667 164
                                    

WARNING!

(kekerasan dan penyiksaan)

____

Seokjin ingat ia sedang menikmati camilan sore hari di halaman belakang kastil saat tiba-tiba Hoseok dan rombongan pasukan istana datang dan memberitahukan bahwa Seokjin harus segera menghadap ke istana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seokjin ingat ia sedang menikmati camilan sore hari di halaman belakang kastil saat tiba-tiba Hoseok dan rombongan pasukan istana datang dan memberitahukan bahwa Seokjin harus segera menghadap ke istana. Pengawal yang Namjoon tugaskan untuk menjaganya menentang rombongan tersebut karena mereka semua telah disumpah untuk menjaga Seokjin sampai Namjoon kembali.

Namun Hoseok menyerahkan sebuah surat resmi dari kerajaan yang membuat pengawal Namjoon tak bisa berbuat apa-apa. Hoseok bahkan dengan tegas menolak satu orang pun pengawal untuk ikut dengan Seokjin, karena mereka hanya menginginkan Seokjin untuk masuk ke dalam kereta kuda. Seokjin kira ia akan baik-baik saja karena di dalam sudut hatinya, ia masih mempercayai Hoseok.

Namun saat mereka tiba di sebuah bangunan yang jelas bukan istana, Seokjin mulai dirayapi rasa cemas. Bangunan itu terlihat seperti kastil tua yang tidak terawat, dan disekelilingnya tidak ada bangunan lain. Seokjin semakin panik terlebih ia tidak melihat Hoseok di manapun saat turun dari kereta kuda. Bertanya pada pengawal yang memegangi tangannya seperti ia seorang penjahat pun percuma, mereka memasang wajah datar dan menariknya masuk ke dalam ruangan. Langkah pertama memasuki bangunan itu, belakang kepala Seokjin dipukul dengan sebuah benda keras hingga ia terjerembab, kehilangan kesadarannya.

Dan di sinilah ia berada. Di sebuah tempat asing dengan mata tertutup kain yang diikat kuat di belakang kepala. Kedua tangan diborgol di belakang tubuh, terikat dengan kursi yang diduduki sehingga ia tidak akan bisa berdiri dengan mudah. Indra penciumannya menangkap bau pengap bercampur tanah basah, dan indra pendengarnya mendengar suara gema setiap pergerakan apapun yang terjadi di sekitarnya.

Dalam ketakutan yang amat sangat, Seokjin menahan diri untuk tidak melakukan pergerakan apapun. Meronta pun akan sia-sia karena borgol yang melingkupi tangannya hanya akan menyuarakan gemerincing tanpa melonggar barang sedikit pun.

Barulah saat seseorang membuka penutup matanya dengan kasar, Seokjin sadar kemungkinan saat ini ia berada di bawah tanah bangunan yang tadi mereka masuki. Ruangan itu temaram hanya dengan sebuah lentera yang menggantung tinggi di atas pintu besi tebal yang hanya ada sepetak lubang di bagian atas pintu untuk mengintip. Ruangan itu kecil dan rendah. Kalau Seokjin berdiri dan mengangkat tangannya, maka ia bisa menyentuh langit-langit ruangan dengan mudah. Selain kursi yang ia duduki, tak ada benda lain di sana.

Seokjin melirik pada pengawal berwajah tanpa ekspresi yang berjalan menjauhinya setelah membuka penutup mata tadi. Pengawal itu mendorong pintu besi berat yang berderit menggema di bawah tanah, lalu muncullah Hoseok, dengan senyum lebar namun sama sekali tidak terlihat ramah.

"Hoseok," lirik Seokjin pelan. Hoseok berdiri di depannya, tampak angkuh dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku, dan menundukkan tubuh agar kepalanya sejajar dengan Seokjin.

RED TATTOO | NamJinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang