[11]

8.8K 971 194
                                    

Suasana ruang makan sunyi dan senyap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana ruang makan sunyi dan senyap. Hanya terdengar suara dentingan samar antara sendok piring yang tertera di atas meja. Seokjin sedari tadi tak berani mengangkat kepala untuk menatap Namjoon yang ada di seberang meja—terlihat sangat menikmati makanannya.

Saat pagi Seokjin terbangun sisi ranjangnya sudah kosong, tak ada Namjoon dimanapun. Lalu tak lama suara ketukan pintu dan juga suara Banryu terdengar. Seokjin hanya bisa menahan malu sekuat tenaga saat para pelayan menariknya ke kamar mandi dan melucuti pakaiannya.

Mereka tak mengatakan apapun, sungguh. Tapi bekas-bekas merah yang membiru di sekujur kulit tubuh Seokjin tentu saja membuat mereka menahan napas dan diam-diam menaikkan sudut bibirnya, menahan senyum.

Seokjin rasanya mau mati saja.

Sepanjang ia berjalan dari kamar ke ruang makan, semua pelayan yang berpas-pasan dengannya akan menyapa dengan sangat sumringah. Saat Seokjin sudah melewati tubuh mereka, mereka akan berbisik-bisik heboh. Apalagi kalau bukan gosip tentang ruam merah itu sudah menyebar cepat seperti virus ganas. Terlebih saat tiba di ruang makan, Namjoon sudah lebih dulu ada di sana. Kalau mendengar apa yang pelayan katakan, Namjoon terbiasa bangun pagi dan berlari-lari di sekitar mansion baru kemudian mandi. Seokjin mulai bertanya-tanya apa Namjoon melihatnya saat tidur? Itu adalah wajah paling tidak manusiawi bagi Seokjin, tentu saja ia malu.

Tapi mau malu sampai kapan? Toh untuk ke depannya Namjoon pasti akan selalu terbangun di samping Seokjin, melihat bagaimana lelapnya sang kekasih tidur di pagi hari. Hal yang sama akan berlaku bagi Seokjin, kalau saja ia bangun lebih dulu dari Namjoon.

Setelah menyeruput tehnya, Namjoon meletakkan kedua sendok di sisi piring, tanda kalau ia sudah selesai menyantap sarapannya. Seokjin juga demikian, tak terlalu bernafsu makan karena pikirannya melayang-layang entah kemana.

Berakhirnya sesi makan artinya Namjoon akan meletakkan pandangannya pada Seokjin, dan itu bukan berita bagus. Para pelayan yang sedari tadi berdiri di dekat dinding mendekati Namjoon dari samping, menuangkan air mineral ke dalam gelas yang telah kosong—gelas Seokjin pun demikian.

"Tidurmu nyenyak?"

Pertanyaan bagus, sampai-sampai Seokjin bingung menjawabnya. Alhasil ia hanya mengangguk kecil sambil melipat bibirnya ke dalam. Jemari yang terpilin ia sembunyikan di balik meja, jadi Namjoon mungkin tidak tahu betapa gugupnya Seokjin akibat pertanyaan 'sederhana' itu.

"Baguslah. Hari ini aku—"

Belum selesai Namjoon berucap, Banryu muncul dari arah kanan dengan derap langkah kaki yang terdengar terburu-buru. Seokjin baru pertama kali melihat Banryu berjalan tergesa seperti itu, pun raut wajahnya yang selalu tenang kini lenyap sudah.

Namjoon terlihat agak tidak suka dengan kemunculan Banryu yang tiba-tiba, tapi Banryu lebih dulu menunduk dalam dan langsung berujar, "Tuan Duke Kim—"

Hanya dengan sepenggal kalimat yang belum selesai itu, Namjoon bangkit dan kursi dan berjalan cepat melewati tubuh Banryu yang kemudian mengikuti di belakangnya. Seokjin juga demikian, berjalan agak jauh dari Namjoon yang terlihat amat tergesa-gesa. Urung bertanya, "Ada apa?" pada Banryu karena sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat.

RED TATTOO | NamJinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang