[TAMAT]
"Kita memang bangsawan miskin yang hampir hancur. Tapi jangan membuat harga diri kita terinjak dengan menjodohkanku dengan keluarga mereka, Ibu."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi hari yang biasa di mansion Duke Kim, dengan berbagai makanan lezat di atas meja—yang terdengar adalah dentingan pelan antara sendok dan piring yang digunakan, berikut para pelayan yang berbaris di dekat dinding, menanti perintah dari Tuannya. Sebelum meraih segelas air di atas meja, tangan Seokjin terhenti di udara. Ia menarik kembali tangan untuk berpangku di atas paha, lalu menoleh menatap Namjoon yang sedang menatapnya.
Untuk sesaat, ada rasa malu yang menyergap karena Seokjin sadar sejak Namjoon menyelesaikan makannya, laki-laki itu tidak berhenti menatap Seokjin tanpa suara.
Seokjin berdeham, berusaha mengurangi kadar malu pada barisan pelayan di belakang—meski mereka menunduk. Memutar otak, Seokjin mulai mencari-cari bahan pembicaraan karena Namjoon tidak terlihat tertarik untuk membuka mulut lebih dulu.
Ah, muncul satu pertanyaan di dalam kepala.
"Belum ada kabar dari Taehyung ya?"
Namjoon mengerjap, dalam detik yang singkat Seokjin dapat menangkap raut resah yang muncul, tentu saja langsung ditutupi dengan senyum lebar, berikut lubang samar yang timbul di kedua pipi Namjoon.
"Minum dulu, Seokjin."
Bukannya menjawab, Namjoon malah melirik ke arah gelas yang tadi gagal diraih Seokjin, seolah-olah berusaha untuk tidak menjawab lebih cepat. Seokjin tentu saja menurut—meraih gelas dan menenggak isinya masih dengan ujung mata yang memicing ke arah Namjoon.
"Sudah," ucap Seokjin sambil menelungkupkan gelas—memberitahu bahwa ia menandaskan semua isinya.
"Sekarang," Seokjin bersedekap, "Ceritakan semua tentang Taehyung."
Lagi-lagi, Namjoon tersenyum. "Bagaimana kalau setelah sarapan, kita berjalan di taman belakang?"
Awalnya Seokjin hendak protes karena Namjoon terlihat sangat berusaha untuk menghindari topik tentang Putra Mahkota kerajaan. Tapi kemudian melihat Namjoon mengangkat sebelah alisnya, Seokjin paham makna yang berusaha Namjoon sampaikan.
Terlalu banyak mata yang memperhatikan dan terlalu banyak telinga yang mendengar di ruang makan, karena itu Namjoon mengajaknya berjalan-jalan di taman belakang untuk menghindari orang lain mendengar pembicaraan mereka. Tentu saja, pasti ini informasi penting yang tidak Namjoon katakan sembarangan.
Seokjin mengangguk setuju, "Baiklah kalau begitu. Aku juga sudah lama tidak ke taman belakang."
___
Berjalan-jalan di taman belakang saat pagi sungguh adalah pilihan yang sangat tepat. Selain menghindari beberapa pasang telinga, mereka juga bisa melihat saat-saat segar bunga sedang terbaluri embun pagi. Sangat menyejukkan mata. Lihat saja Seokjin, dia bahkan sudah melupakan tujuan mereka ke taman, dan malah sibuk mendekati satu per satu kuntum bunga untuk ia hirup aroma yang menguar.
Tak sadarkah Seokjin, di mata Namjoon, bebungaan itu kalah indah oleh parasnya.
"Sudah?"
Seokjin yang sedang membungkuk membuka mata, menoleh ke samping dengan raut bingung.