[23]

5.3K 683 135
                                    

"Apa kau tidak akan terlambat kalau mengantarku lebih dulu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa kau tidak akan terlambat kalau mengantarku lebih dulu?"

Namjoon tiba-tiba saja bilang kalau ia ingin mengantar Seokjin ke Lustre. Selama ini, mereka menggunakan kereta kuda yang berbeda karena tujuan mereka pun berbeda. Seokjin tidak berniat untuk menolak, tapi memastikan Namjoon tidak akan mendapat masalah karenanya.

"Aku tidak ke istana hari ini."

Namjoon berdiri tepat di depan pintu kereta kuda, meletakkan tangan kiri di belakang pinggang dan tangan kanan yang terulur ke depan. Seokjin tersenyum tipis, meraih tangan Namjoon dan masuk ke dalam kereta. Namjoon mengikuti kemudian, menutup pintu kereta dan cepat-cepat meraih tangan Seokjin untuk ia genggam.

Tak lama kemudian kereta kuda berguncang pelan, mulai berjalan dengan suara hentakan kaki kuda yang menjadi pemandu suara.

"Hari ini jadwal kunjunganku ke wilayah Duke Kim, memastikan rakyatku di sana tidak kekurangan satu apapun. Dan mungkin, aku akan pulang lebih malam dari biasanya."

Seokjin mengangguk, tersenyum lagi seraya menatap ke dalam mata sang suami. "Kau tampak lelah," ujarnya. Kantung mata yang mulai menghitam, dan juga tidur Namjoon yang kurang nyenyak, Seokjin mulai mengkhawatirkan keadaan Namjoon.

"Apa terjadi sesuatu... di istana, mungkin?"

Gelengan kecil menjadi jawaban, Namjoon masih menyimpan kekalutannya seorang diri. Tentang surat Taehyung yang sampai dua hari lalu, Namjoon membakarnya dan tidak pernah menyinggungnya barang sekali pun. Ia takut untuk bertanya. Ia takut untuk mendapat jawaban yang tidak ia inginkan.

Namjoon belum siap mengetahui dari mana Seokjin mendapatkan tato mawar merah di punggungnya itu—dan tidak ingin mengetahui kenyataan terburuk yang mungkin akan ia terima. Namjoon mengakui bahwa ia pengecut, lari dari kenyataan yang seharusnya ia hadapi.

"Aku mungkin tidak bisa menjemputmu nanti sore. Tapi aku pastikan kereta kuda tidak akan terlambat datang untukmu."

Dari balik jendela kereta kuda, Seokjin bisa melihat mereka sudah sampai di depan gedung Lustre. Namjoon turun lebih dulu, memasang posisi seperti semula, menunggu dan mengulurkan tangan pada Seokjin untuk ia pandu turun dari kereta.

Mereka bertatapan. Sekali lagi, Seokjin merasa ada yang ingin Namjoon sampaikan padanya melalui tatapan mata yang terarah, namun Namjoon tampak ragu dan urung mengatakan apa yang ada di dalam kepala. Seokjin menghormati apapun yang akan Namjoon sampaikan, namun sepertinya lelaki itu butuh waktu.

"Um... sampai jumpa?" Seokjin melirik ke belakang, pada pintu masuk Lustre yang terbuat dari kaca. Ia bisa melihat beberapa pegawainya hilir mudik mempersiapkan jam buka. Saat kembali menatap Namjoon, Seokjin temukan anggukan kecil di sana.

"Baiklah. Sampai bertemu lagi, Seokjin."

Tak ia duga, Namjoon meraih tangan Seokjin dan mengecup punggung tangannya kilat. Setelah itu, Namjoon berbalik dan kembali masuk ke dalam kereta. Dengan kaca jendela yang menghalangi, keduanya hanya bisa saling menatap saat kereta kuda perlahan-lahan pergi meninggalkan bangunan Lustre.

RED TATTOO | NamJinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang