Rini kesulitan untuk mencari barang miliknya di dalam loker. Ia sangat yakin jika ia meletakan obatnya di dalam loker tadi. Namun, saat ini ia tak bisa menemukannya.
"Kau mencari ini?" tanya Jaehyun sambil menunjukan kotak obat pada Rini. "Kau sepertinya meletakan ini di dalam lokerku. Kau sangat ceroboh."
"Benarkah? Aku yakin sudah memasukannya ke dalam lokerku."
Jaehyun menghembuskan napas lalu menutup loker miliknya. Selanjutnya ia mengunci loker tersebut lalu memberikan kotak itu pada Rini. "Lokerku memang tidak pernah kukunci. Aku rasa itulah sebabnya kau keliru."
"Ah, kau menyelamatkanku dari kesengsaraan. Terimakasih." Rini membungkukan sedikit tubuhnya lalu berlari, membuat Jaehyun tersenyum. Ia mengangkat tangannya, berniat untuk melambaikan tangan. Namun, Rini sudah tak terlihat lagi karena ia masuk ke dalam lift. Hingga akhirnya Jaehyun hanya terkekeh.
"Kwiyeopta." Jaehyun menutup lokernya lalu menguncinya. Biasanya ia malas melakukannya. Namun, karena insiden ini, ia tak akan mungkin membiarkan Rini salah meletakan barangnya lagi.
Dari kejauhan, Taeyong tentunya melihat hal ini. Ia berniat untuk meletakan bukunya ke dalam loker. Namun, ulah Jaehyun membuatnya memilih untuk memutar badan. Ia cukup kesal hingga malas menemui Jaehyun meski ia sangat dekat dengannya.
Langkahnya sangat cepat, dengan perasaan kesal tentu saja Taeyong akan melakukan hal ini agar kekesalannya bisa mereda. Namun, ia justru menabrak seseorang yang ternyata Sol-ah.
"Oh? Taeyong-ssi?"
Taeyong tak menjawab Sol-ah. Ia segera berlari setelah meminta maaf pada Sol-ah.
"Aneh, ada apa dengannya?" Sol-ah memilih tak terlalu peduli. Ia pikir, mungkin Taeyong sedang dalam masalah hingga bertingkah seperti itu. Namun, Sol-ah dikejutkan dengan Taeyong yang justru kembali ke hadapannya.
"Sol-ah ...."
Sol-ah bingung saat tiba-tiba saja Taeyong menangis. Bahkan sampai memeluknya juga. Hal ini tentu membuat Sol-ah panik dan mendorong pelan Taeyong.
"Apa yang kau lakukan?" Sol-ah menepuk hoodie yang ia gunakan, menyingkirkan debu-debu yang mungkin menempel di sana. "Kau mau aku dalam masalah besar? Jangan seperti ini jika di agensi."
Taeyong menarik tangan Sol-ah, pergi menuju tangga darurat agar tak tersorot CCTV. "Apa yang harus kulakukan sekarang?"
"Maksudmu? Kau membuat kesalahan?"
Taeyong berdecak lalu menghentakan kakinya--benar-benar jauh dari image-nya di depan kamera selama ini. "Jaehyun dan juga Rin. Bukankah menyebalkan sekali melihat mereka berdua?"
Sol-ah menahan tawanya setelah mendengar apa yang Taeyong katakan. "Oh ... Jadi kau benar-benar menyukai Rin? Kau sungguh menyukainya?"
"Aniyo. Ma-maksudku bukan itu." Taeyong sebisa mungkin menyembunyikan fakta itu. Mana mungkin ia jujur soal hal seperti itu pada orang sembarangan 'kan? "Aku leader-nya. Memastikan memberku tidak dapat masalah adalah tugasku."
"Ah ... Begitu? Lagipula tidak masalah jika berkencan secara diam-diam. Aku permisi, ada urusan penting yang harus kukerjakan."
Taeyong menatap Sol-ah yang akhirnya menghilang setelah pintu itu kembali tertutup. Ia kemudian menghela napasnya frustrasi sebelum mengacak rambut pirangnya. "Oh ya ampun, ini cukup menyebalkan."
*
*
*Rini baru saja selesai dari pekerjaannya. Ia menawarkan makanan yang ia makan pada yang lainnya. Hingga Jisung menghampirinya lalu membuka mulutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Best part
Fiksi Penggemar"Terimakasih karena sudah menjadi bagian terbaik dalam kisah hidupku." Kisah seorang gadis yang sebelumnya bukanlah seorang K-popers yang menjelma sebagai make-up artist di salah satu agensi ternama di Korea Selatan. Awalnya dia tak begitu menyukai...