#7 궁굼해

213 21 39
                                    

"Sol-Ah, kau sungguh tidur? Sol-Ah, kau seharusnya mandi dulu." Rini mengguncang tubuh Sol-Ah namun tetap saja gadis itu tak terbangun. Ia lalu menatap jam dinding, memastikan jika ia tak terlalu lama di kamar mandi. "Ck, kau sepertinya terlalu kelelahan. Sol-Ah!"

Sol-Ah terperanjat begitu Rini berteriak. Ia lantas menutup telinganya tanpa membuka mata. "Ish, bangunkan dengan baik, Rin. Jangan seperti itu."

"Cepat mandi. Kau harus mandi dulu sebelum tidur."

Sol-Ah turun dari ranjang, berjalan kesal menuju kamar mandi hingga Rini tak bisa lagi menahan tawanya. Sol-Ah memang selalu sukses membuatnya tak bisa menahan tawanya. Apalagi jika ia mulai merasa kesal.

Rini menatap ponselnya lalu meraihnya. Ia duduk sambil meyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang lalu membiarkan kakinya terjulur ke depan.

NCT

Itulah hal yang pertama ia ketik di kolom search yang ada di ponselnya. Ia cukup penasaran akan seluar biasa apakah grup tersebut? Hingga saat platform pencarian itu menampilkan beberapa foto, ia sungguh terkejut. Bagaimana tidak? di sana tertulis jika NCT memiliki 21 anggota. Namun kemudian di sana juga tertulis jika mereka dibagi menjadi beberapa kelompok.

"Ini gak kebanyakan? gimana kalo mereka tampil barengan?" Rini menatap lengan atasnya kemudian bergidik, membayangkan akan sepegal apa tangannya nanti. "Kayaknya gak bakal deh."

Jarinya mengklik salah satu berita yang muncul paling atas. Berita yang mengatakan jika leader dari grup tersebut terlibat tuduhan Bullying.

"Mana mungkin."

Dari tatapan pria itu saat di bandara, Rini sama sekali tak melihat tatapan kasar ataupun tatapan-tatapan orang yang sering melakukan penindasan. Bahkan tatapannya terlihat teduh.

"Apa yang di bandara bukan Taeyong?"

"Ada apa? kau membingungkan sesuatu?" tanya Sol-Ah sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. "Kau terlihat sangat bingung."

"Apa dia sungguh--"

"Aaah, itu? dia hanya dituduh saja. Memang orang yang baik selalu saja mendapat masalah," ujar Sol-Ah yang kemudian duduk di depan meja rias. Ia lalu menoleh saat Rini hanya diam saja. "Taeyong tidak seperti itu, percaya padaku."

"Buktinya?"

"Kau tidak melihatnya? Lagipula wajah sepertinya mana mungkin berbuat kasar sampai menindas orang lain. Ini memang isu sejak dia debut."

Rini terdiam. Ia tak bisa bayangkan bagaimana kehidupan Taeyong. Apa mungkin pria itu bersikap masa bodoh dengan berita-berita buruk tentangnya? atau justru setiap malam pria itu selalu murung bahkan menangis saat tak ada orang yang mengetahuinya?

"Sol-Ah, apa seberat itu?"

Sol-Ah mengangguk. "Aku yakin sekuat apapun dia, dia pasti merasa sangat marah, kesal, dan tak suka saat banyak orang menuduhnya. Tapi sayangnya, dia tak bisa meluapkan kekesalannya seperti yang biasa kita lakukan. Dia mungkin akan memendamnya sendiri?"

"Aku merasa sedih mendengarnya."

"Tenang saja, agensi sudah bertindak. Jadi tak perlu ada yang dikhawatirkan," ujar Sol-Ah.
















Tak ada malam tanpa tidur nyenyak. Bagi pria Lee itu, tidur hanya akan membuatnya kembali bermimpi buruk. Ia benar-benar tak pernah membayangkan jika hidupnya akan dilingkupi mimpi-mimpi buruk.

Ia mengusap air matanya, mencoba untuk menarik selimutnya lebih atas. Ia sungguh lelah. Benar-benar lelah. Tapi matanya seolah menolak untuk terpejam.

"Hyung?" Taeyong dengan cepat menghapus air matanya lalu berbalik. "Kau baik-baik saja?"

"Tentu saja." Taeyong tersenyum, membuat Doyoung semakin yakin jika Taeyong sedang dalam keadaan yang kurang baik. Ia lalu menyalakan lampu, membuatnya bisa melihat dengan jelas jejak air mata di pipi leadernya.

"Kenapa kau menangis?"

"Aku hanya lelah saja, bukan apa-apa. Tidak perlu khawatir."

"Kau selalu seperti ini. Kenapa tidak mau menceritakan apapun? Tidak percaya padaku?" tanya Doyoung, membuat Taeyong menggeleng. Ia sungguh tak ingin jika orang lain ikut terbebani dengan masalah yang menumpuk dalam pikirannya. Ia ingin jika orang di sekitarnya hanya tahu jika ia bahagia.

"Lebih baik kau tidur lagi. Aku juga harus tidur."

*
*
*

Sinar matahari menelusup melalui sela jendela yang terbuka, membuat Rini berbalik menghindari cahaya itu. Ia sungguh butuh istirahat lebih panjang hari ini. Apalagi setelah padatnya kegiatan kemarin.

"Rin, bangun!" Rini menutup wajahnya dengan selimut. Ia sungguh malas untuk membuka matanya. "Rin, ayo cepat bangun."

"Aku masih lelah Sol-Ah. Semalam kau membuatku terus terbangun dengan curhatanmu," gumam Rini tanpa membuka matanya. Yap, semalam mereka mungkin tidur jam 3 pagi karena Sol-Ah terus bicara. Tak ada pilihan lain selain mendengarkan sahabat barunya itu. Jadi ia memutuskan untuk tetap terbangun dan mendengar curhatan dari Sol-Ah.

Namun tetap saja pada akhirnya Rini mau membuka matanya.

"Tara!!!!"

Mata Rini membulat sempurna mendapati beberapa hidangan di atas meja. "Kau yang memesannya?"

"Bukan, ini room service. Ah tidak tidak, Wooseok yang mengirimnya," ujar Sol-Ah yang dengan segera turun dari ranjang untuk menyantap sarapan.

Tak ada yang aneh. Hanya 2 mangkuk nasi, kimchi, dan bulgogi. Namun hal ini sepertinya cukup menggiurkan jika hanya untuk sarapan saja.

"Dia bilang padaku untuk tak memakan ramyeon saat sarapan." Sol-Ah mulai menyantap sarapannya.

"Aku harus cuci muka dulu."

Rini masih memikirkan soal berita miring itu. Rasanya ia ingin secepatnya bekerja bersama NCT lalu mencari tahu kebenaran soal itu. Ia tahu jika bertanya langsung akan sangat tidak sopan. Tapi ia akan berusaha untuk lebih dekag dengan mereka. Apalagi setelah mengetahui soal Taeyong yang selalu menyembunyikan masalahnya sendiri.

"Kau harus mencoba ini," ujar Sol-Ah sambil memberikan sepasang sumpit saat Rini kembali. "Apa yang biasanya kau makan untuk sarapan? roti?"

"Tidak, aku selalu makan nasi."

"Rin, apa kau bisa memasak makanan Indonesia untukku?" tanya Sol-Ah, membuat Rini menggeleng. "Waeyo? apa salahnya?"

"Bahannya mungkin akan berbeda."

"Tenang saja, kita bisa berbelanja. Kau tahu? belanja bersama adalah hal paling menyenangkan." Sol-Ah kembali memenuhi mulutnya dengan makanan, membuat Rini hanya tersenyum lalu mulai memakan sarapannya.

"Sepertinya akan lebih seru jika kita bisa double date." Pernyataan Sol-Ah seketika membuat Rini tersedak makanannya. Sol-Ah dengan segera membuka salah satu botol air mineral lalu memberikannya pada Rini. "Hey, kenapa kau jadi tersedak? apa yang ku ucapkan salah?"

"Kau membuatku terkejut, Sol-Ah," ujar Rini setelah air mineral itu melewati tenggorokannya.

"Terkejut? memangnya kenapa? ada yang salah soal double date? Tenang saja, aku tak akan menyukai kekasihmu."

Masalahnya gak mungkin banget ngajak Aksa. Ck, kayaknya bohong itu emang cuman munculin masalah. Kalo gini caranya harus terus bohong kalo Aksa pacarku.

"Ya? please," pinta Sol-Ah dengan puply eyesnya. Tentu saja hal ini membuat Rini berat untuk menolaknya.

"Baiklah. Kita bisa melakukannya."

TBC🖤

19 Sep 2020

Best partTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang