Rasa pegal kini ia rasakan, membuat Rini ingin sekali secepatnya pulang andai tak ada lagi yang harus ia kerjakan. Namun ternyata mereka masih tak diperbolehkan pulang setidaknya sampai acara itu selesai.
"Rin, kau sudah lihat MV mereka? Aku benar-benar kagum," ujar Sol-Ah kegirangan. Ia lantas memperlihatkan ponselnya pada Rini. Namun Rini yang terlampau lelah, memilih untuk memejamkan matanya sebentar.
"Tukang cari perhatian."
Kantuk yang awalnya datang, kini seolah pergi dengan sendirinya. Pernyataan itu tentunya membuat Rini merasa sangat kesal. Terlebih karena rekan kerjanya itu memang tak bisa bersatu dengannya.
"Jaga ucapanmu!"
Seyeon hanya merotasi bola matanya dan menatap remeh Rini serta Sol-Ah. "Itu memang faktanya 'kan? Dengan menjalin kedekatan seolah kalian adalah teman mereka? Oh ya Tuhan, bukankah itu bisa dikatakan cari perhatian? Tapi aku rasa kalian tak akan membuat mereka jatuh cinta pada kalian."
"Lalu apa salahnya berteman dengan mereka? Seharusnya memang kita semua berteman 'kan?" bela Rini. Lagipula memang benar. Berteman dengan idol bukanlah sebuah kesalahan. Dengan begitu, tak ada lagi kata canggung, bukan?
"Tapi tujuan kalian berteman dengan mereka adalah untuk menarik hati mereka. Iya 'kan?"
"Kau--"
"Bisa kalian berhenti bertengkar? Kalian satu tim. Seharusnya kalian akur," tegur staf yang lain. "Lebih baik bawa barang-barang kalian dan pergi ke backstage."
Rini melempar tatapan tajam sebelum akhirnya mulai mengambil kotak make-up itu kemudian pergi ke backstage. Menurutnya, Seyeon itu terlalu mengatur meski satu angkatan dengannya. Jika Seyeon adalah seniornya, mungkin ia akan menganggap wajar soal sindiran demi sindiran yang Seyeon katakan.
"Aku suka bekerja bersama NCT. Tapi aku tidak suka bekerja dengan Seyeon." Begitulah kalimat yang digumamkan Sol-Ah. Dengan kekesalan yang memuncak, Sol-Ah bahkan berjalan dengan langkah keras seolah tubuhnya tinggi besar.
"Sol-Ah, abaikan saja dia. Anggap dia tidak ada. Kalau perlu, jangan jawab dia jika dia bicara."
Hal paling baik adalah mendiamkannya. Mungkin lama kelamaan Seyeon akan malu karena sindirannya tak kunjung didengar.
Suasana backstage kini seolah sesak. Bagaimana tidak? Di sana sangat gelap dan ia bisa lihat beberapa orang berlaku lalang, sibuk mempersiapkan segalanya.
"Syukurlah kalian datang. Berjalanlah ke arah kanan. Kalian harus membantu tim stylish karena make-up merek terhapus oleh keringat."
Rini tak tahu, sudah berapa kali tangan kanannya digunakan hari ini. Hanya untuk sekedar memperbaiki riasan mereka yang rusak karena tak bisa diam, bahkan Rini sudah melakukannya selama beberapa kali.
"Tolong oksigen!"
Backstage itu sudah bisa disamakan dengan pasar. Kenapa? Karena orang-orang itu seolah seperti seorang pedagang yang saling berteriak untuk menjajakan dagangan mereka.
Rini mengenyit saat seseorang menyorotkan senter ke salah satu member yang saat ini berbaring di lantai sambil mengipasinya. Bisa ia tebak jika member itu memang sedang dalam kondisi tidak sepenuhnya fit.
"Jungwoo memang sedang demam tadi," bisik Sol-Ah yang kemudian menarik tangannya. "Ayo, kita harus melakukan tugas kita."
Rini tak pernah tahu jika pekerjaan seorang idol tidaklah mudah. Bahkan disaat sakitpun, Jungwoo masih memaksakan dirinya agar NCT 127 bisa tampil dengan full member.
"Tolong bantu Jungwoo," ujar Taeyong meski ia sedang diperbaiki riasannya. "Hentikan dulu ini. Lebih baik bantu Jungwoo."
"Apa tidak ada staf medis di sini?"
Satu hal yang patut menggambarkan backstage saat ini adalah...kacau.
*
*
*Sorakan itu menggema di lorong yang menjadi penghubung antara backstage dan tempat istirahat mereka. Ya, acara showcase itu berjalan lancar. Itulah kenapa mereka semua merayakannya.
"Oh Ya Tuhan!"
Rini dengan segera menoleh saat Sol-Ah tiba-tiba saja memekik. Ia kemudian memundurkan satu langkah dan ikut melihat apa yang membuat Sol-Ah terkejut. Namun ia langsung memutar malas kedua bola matanya saat mengetahui apa yang membuat Sol-Ah memekik.
"Mereka tampak berbeda," ujar Sol-Ah.
Ya, gadis itu tengah sibuk melihat MV NCT 127 yang baru saja dirilis beberapa jam lalu.
"Aku rasa mereka lebih tampan saat dilihat langsung. Aigo, aku sepertinya akan pindah fandom."
"Memangnya itu bisa?" tanya Rini, membuat Sol-Ah mengangguk.
"Tentu saja. Aku akan jadi Sijeuni," jawab Sol-Ah.
Rini hanya mengangguk. Apa ia harus ikut jejak Sol-Ah? Tentu saja. Bahkan ia sudah mengidolakan Taeyong jauh sebelum ia menjadi bagian dari SM entertainment. Hari di mana Taeyong membantunya saat pertama kali menginjakan kaki di Korea.
Sebuah tepukan di bahu, membuat Rini terperanjat. Namun sang pelaku justru hanya menampakan deretan giginya. "Apa kau betah berada di lorong? Yang lainnya sudah masuk."
Malu. Itulah yang ia rasakan saat ini. Ia juga merutuki Sol-Ah yang malah meninggalkannya sendirian di sana.
"Kau melamun?" tanya Taeyong sekali lagi.
"Tidak, hanya sedang meningat sesuatu tadi."
"Mengingat sesuatu sampai tertinggal oleh yang lainnya? Mungkin jika aku orang jahat, aku sudah menjarah hartamu."
Dengan refleks Rini mengalungkan tangannya ke bahu untuk menutupi dadanya. Hal ini tentu saja terlihat sangat lucu bagi Taeyong hingga pria Lee itu tak bisa berhenti tertawa.
"Tapi untungnya aku adalah orang baik. Apa kau mau memberikanku hadiah?"
"Hadiah?"
"Tidak perlu memberikannya sekarang. Kau bisa memberikannya lain waktu," ujar Taeyong yang kemudian mendahului Rini, masuk ke dalam ruang tunggu.
Hadiah apaan coba? Rini tak ambil pusing. Lagipula untuk apa pria sukses seperti Taeyong meminta hadiah padanya. Bukankah itu malah terkesan sangat aneh?
Rini memberikan tatapan kesalnya pada Sol-Ah yang kini sibuk mengemasi barangnya. "Sol-Ah..."
Rini berkacak pinggang, membuat Sol-Ah dengan segera tertawa. "Kau marah padaku? Seharusnya kau berterima kasih padaku."
"Untuk?"
Sol-Ah mengibas tangannya agar Rini lebih mendekat ke arahnya. Selanjutnya, ia langsung berbisik, "Aku yang membuatmu akhirnya bersama Taeyong-ssi tadi."
"Untuk apa?"
"Ya, karena aku ingin saja. Lagipula kau melamun tidak tahu tempat tadi. Makanya aku meninggalkanmu."
Sementara Rini masih kesal karena perbuatan Sol-Ah, maka lain hal dengan Taeyong. Pria itu nampak mendapat sedikit suntikan semangat setelah bicara dengan Rini tadi. Sebab kejadian Haechan sebelum showcase tadi, membuatnya ingin mengenal Rini lebih jauh lagi.
"Hyung, kau sakit?" Mark meletakan tangannya di dahi Taeyong saat ia melihat pria itu senyum-senyum sendiri dalam lamunannya. "Apa kau masih bahagia karena showcase tadi? Sijeuni yang naik panggung tadi memang sangat cantik."
"Lalu?"
Mark memutar malas kedua bola matanya. "Masa Hyung tak tahu maksudku? Dia fansite Haechan. Jika ingin nomornya, aku akan menanyakannya saat fansign nanti."
Aku tak tertarik. Desis Taeyong dalam hatinya.
TBC🖤
24 Oct 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Best part
Fanfiction"Terimakasih karena sudah menjadi bagian terbaik dalam kisah hidupku." Kisah seorang gadis yang sebelumnya bukanlah seorang K-popers yang menjelma sebagai make-up artist di salah satu agensi ternama di Korea Selatan. Awalnya dia tak begitu menyukai...