#11 Another Side

175 16 16
                                    

"Kau melamun?" tanya Sol-Ah, membuat Rini tak sengaja menjatuhkan kuas yang ada di tangannya.

"Sol-Ah, seharusnya kau tak mengangetkanku."

"Masih memikirkan soal Aksa?"

Rini menatap Sol-Ah kemudian mengangguk. Ia lantas menyandarkan tubuhnya pada meja rias dan menghela napasnya. "Aku salah karena menanyakan soal Yuna."

"Apa dia masih menyukai Yuna? Ck, menyebalkan sekali padahal dia sudah bersamamu sekarang."

Obrolan mereka harus terhenti saat manager NCT sudah tiba di sana. Namun mereka sama sekali tak melihat keberadaan member NCT yang kemarin mereka temui.

"Pastikan jangan buat suasana hati mereka buruk. Satu hal lagi, karena kalian adalah tim yang baru, aku harap jangan ada yang membahas perihal skandal Taeyong," jelasnya, membuat beberapa orang yang berada di sana mengangguk.

"Syuting lagi, bolehkah aku mengeluh?" Johnny yang saat ini fokus pada ponselnya, membanting tubuh ke sofa yang ada di sana.

"Kau seperti baru semalam menjadi idol, Hyung," sahut Haechan yang kini baru memasuki ruangan itu sambil menyampirkan jaket di tangan kanannya.

Rini mencoba mempelajari setiap member yang mungkin nantinya akan terus bersamanya. Dari video-video yang ia tonton, pekerjaan MUA memang terlihat mudah. Apalagi ini merupakan pekerjaan impian setiap fangirl di muka bumi ini. Namun pada kenyataannya tidak sama sekali. Bahkan saat ini pekerjaan Rini sungguh menumpuk.

Pekerjaan pertama mereka saat ini selesai. Satu fakta yang baru Rini ketahui adalah sikap tak bisa diam yang mereka lakukan. Mereka tak bisa duduk diam selagi menunggu giliran syuting mereka.

"Aku baru sadar mereka kekanakan," ujar Sol-Ah, membuat Rini tersenyum. "Aku benar-benar penasaran bagaimana Taeyong-ssi mengurus 21 orang sekaligus. Bahkan hanya satu unit ini saja sudah membuatku pusing, Oh Tuhan."

Jika dilihat-lihat, Taeyong memang yang paling diam tadi. Wajar saja karena ia merupakan seorang leader. Berbeda dengan yang lainnya terutama Jaehyun. Pria itu sejak tadi sibuk mondar-mandir dengan ponsel di tangan kanannya.

"Pekerjaan kita akan bertambah saat break nanti. Terlebih karena mereka tidak bisa diam sekarang," ujar Sol-Ah sambil meregangkan otot-ototnya.

"Bukankah bagus? Kita jadi bisa menyentuh wajah tampan mereka."

"Ingat Aksa, Rin."

"Kau juga seharusnya mengingat Wooseok."

Mereka berdua bergurau, sekedar untuk mengusir rasa bosan selama menunggu syuting itu berlangsung. Sebenarnya mereka bisa saja bergabung dengan tim mereka yang lainnya. Hanya saja mereka lebih nyaman berdua. Terlebih karena beberapa orang yang berada satu tim dengan mereka lebih sering memberikan tatapan tajam mereka.

Syuting akhirnya dimulai. Satu persatu member mulai melakukan syuting untuk solo scene mereka. Jujur, baru kali ini lah Rini merasa takjub dengan apa yang ia lihat di depan matanya saat ini.

Ia selalu berpikir jika menjadi seorang idol merupakan hal yang menyenangkan. Apalagi dengan penggemar yang bisa dibilang tak bisa diragukan lagi kasih sayangnya. Tapi ternyata semua itu salah. Dibalik kesuksesan seorang idol terdapat banyak sekali hal melelahkan yang harus mereka lakukan.

"Ayo," ajak Sol-Ah saat Jungwoo menyelesaikan solo scenenya. Tapi menurut Rini saat ini tenaganya belum terpakai sebab saat ini masih satu persatu member yang melakukan syuting.

Rini hanya duduk. Namun satu hal yang pasti, ia sungguh gugup karena saat ini ia duduk tepat di samping Taeyong. Pria itu memang sedang fokus pada game yang ada di ponselnya. Tapi tetap saja ia merasa sangat gugup.

Tiba saat nama Taeyong dipanggil untuk melakukan syuting, Taeyong secara tak sadar meletakan ponselnya di pangkuan Rini. Ia berpikir jika Rini adalah managernya sebab sejak awal yang duduk di sebelah kirinya adalah managernya.

"Sepertinya dia terlalu terburu-buru," ujar Doyoung yang kini duduk di kursi yang tadi diduduki Taeyong.

"Aku rasa begitu." Rini memberikan ponsel Taeyong pada Doyoung karena menurutnya tidak baik jika ponsel itu ada bersamanya. Bagaimana jika seseorang menelpon atau mengirim pesan pada Taeyong?

"Terimakasih."

Rini kembali menatap ke arah syuting itu dilakukan. Ia sungguh menunggu tenaganya juga akan digunakan.

"Noona, kau punya lip balm? Aku rasa aku meninggalkannya di saku jaketku," ujar Haechan yang tentunya cukup membuat Rini terkejut. Apalagi tadi ia sedang fokus memperhatikan sibuknya semua orang yang ada di sana.

"Noona? Panggil saja aku Rin. Ah ya, masalah lip balm, coba tanyakan pada Sol-Ah. Aku tak membawanya."

*
*
*

Ruang istirahat kini dihebohkan dengan Taeyong yang mencari keberadaan ponselnya. Bahkan sampai mereka harus mencari ponsel itu di sela-sela sofa dan setiap sudut ruangannya.

"Tadi aku memberikannya pada Hyung," ujar Taeyong tanpa sadar menggunakan rengekannya.

Junki mengangkat kedua bahunya. "Kau tak memberikan ponselmu tadi."

Rini baru ingat. Tadi ia memberikan ponsel milik Taeyong pada Doyoung. Ia kemudian menatap Doyoung dan benar saja, pria itu terlihat menahan tawanya saat melihat ekspresi panik Taeyong.

"Tadi kau memberikan ponselmu padaku. Lalu aku memberikannya padanya," jelas Rini, membuat Doyoung dengan segera menggeleng.

"Aniyo, tadi itu ponselku," elak Doyoung.

"Ayolah kembalikan," pinta Taeyong, membuat Doyoung akhirnya mau menyerahkan ponsel milik Taeyong.

"Masalah selesai, jadi bisakah kita pulang? Hyung, aku sudah mengantuk," ujar Jungwoo.

Saat ini sudah hampir menunjukan pukul 10 malam dan Rini akui jika tangannya sudah benar-benar pegal. Apalagi ia bukan hanya sekali memperbaiki make-up mereka. Tapi beberapa kali. Ia sungguh tak bisa bayangkan jika seluruh member NCT tampil bersama.

"Aksa akan menjemputmu 'kan?" tanya Sol-Ah saat mereka berdua berjalan menuju lift. Sebenarnya Rini ingin menelpon Aksa untuk menjemputnya. Tapi ia merasa ragu sebab tadi pagi suasana hati Aksa benar-benar buruk. Haruskah ia menelpon Aksa?

"Jangan bilang jika kau akan pulang sendirian. Ini sudah malam, berbahaya jika kau pulang sendiri. Apa aku perlu meminta Wooseok untuk mengantarmu juga?"

"Tidak, aku rasa itu akan merepotkan," ujar Rini.

Mereka melangkah menuju pintu keluar dan Rini sungguh terkejut saat mendapati Aksa duduk di atas motornya. Padahal ia belum menelpon Aksa.

"Sa?"

"Aku udah nungguin dari tadi," ujar Aksa, membuat Sol-Ah berdeham.

"Sepertinya aku harus segera pulang. Aku tidak mau jadi nyamuk di sini." Sol-Ah berlalu, mencari tempat lain untuk menunggu Wooseok.

"Tadinya aku mau pulang sendiri."

"Mana mungkin aku biarin kamu pulang sendiri. Lagian udah malem, gak bagus."

Sa, jangan bikin bingung deh.

Rini tahu jika Aksa memang orang yang baik. Tapi semakin hari ia justru semakin bingung dengan segala perhatian yang Aksa lakukan. Bagaimana jika ia jatuh cinta secara sepihak? Tapi terlepas dari semua itu, ia benar-benar tak mau merubah status pertemanan mereka.



TBC🖤

3 Oct 2020

Best partTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang