Pagi ini aku memilih untuk mencari tahu soal agensi yang menerimaku itu. Ah tidak-tidak. Sebenarnya masih ada tahapan seleksi lagi di sini dan itu akan menentukan apakah aku tetap lolos atau justru tidak. Ah, ini sudah seperti audisi saja.
Satu poin yang menarik perhatianku adalah setiap staf agensi tersebut harus sudah memiliki pasangan, entah itu kekasih atau suami. Ah, aku baru ingat jika aku tak punya pasangan sama sekali. Akan sangat menyebalkan, bukan? aku tak jadi bekerja di sana hanya karena tak punya kekasih?
Nama Aksa tiba-tiba saja muncul di pikiranku. Aku tak peduli meski aku harus memaksanya agar mau menjadi kekasihku meskipun hanya pura-pura.
Aku keluar dari kamarku, mencari keberadaan pria itu dan aku berharap jika dia tak sedang pergi atau aku akan terkena masalah besar nantinya.
Aku menemukannya. Sepertinya ini memang keberuntunganku.
"Sa, pura-pura jadi pacar aku ya," ujarku, membuat pria itu tersedak dengan air mineral yang saat ini tengah ia minum.
"APA?" tanyanya yang mungkin memastikan jika telinganya tak salah dengar. Ck, apa telinganya bermasalah?
"Jadi pacar pura-pura, plis," bujukku namun hal itu justru membuat Aksa menolak. Aku jadi heran apakah dia memang temanku atau bukan? menyebalkan.
"Kamu 'kan temenku."
"Enggak, pokoknya enggak," tolaknya sambil berjalan menjauh dariku. Sepertinya pagi ini akan sangat melelahkan karen aku harus membujuk pria ini demi pekerjaanku.
"Sa, pura-pura jadi pacar aku ya? plis." Bujukku lagi, namun sama sekali tak membuat pikiran Aksa berubah. Padahal aku hanya memintanya untuk pura-pura menjadi kekasihku. Apa itu salah? "Ish, kalo enggak entar gak diterima."
"Bukannya udah keterima?" tanya Aksa yang membuatku menggeleng.
"Syaratnya itu harus punya pacar atau udah nikah. Ayolah, cuma pinjem nama doang pelit amat."
"Bodo," singkat Aksa, membuatku terus mengikuti kemana Aksa pergi agar pria itu mau meminjamkan namanya. Pokoknya aku harus berhasil membujuknya.
"Plis ya. Cuman pinjem nama doang. Jadi pacar mah ogah, mau ngejar oppa-oppa."
Aku bisa mendengar kekehan dari Bela dan Aera. Ya, sebenarnya ini agak memalukan. Tapi demi diriku sendiri, aku rela melakukan apapun.
Dulu aku juga sering meminta bantuannya untuk pura-pura menjadi kekasihku. Tapi kali ini kenapa sangat sulit? dia sungguh menyebalkan karena membuang-buang tenagaku untuk bicara dan mengikutinya.
"Udah ya, deal." Aku menjabat tangannya yang terulur secara tak sadar olehnya, membuatnya kembali menarik tangannya sebagai ketidak setujuan.
"Traktir tiap bulan," ujar Aksa yang membuatku memutar malas kedua bola matanya. Dia mengincar uang ternyata.
"Kebalik gak tuh?"
"Anggap aja bayar copyright. Kenapa coba harus ngelamar jadi staf agensi? yang ribetnya malah aku," kesal Aksa yang membuatku juga ikut kesal. Pasalnya aku belum tahu berapa uang yang akan ku dapatkan tapi Aksa sudah meminta agar aku mentraktirnya tiap bulan.
"Katanya temen, suruh bantu aja gak ikhlas. Emangnya kenapa kalo jadi staf agensi? gak boleh?"
"Jadi apa kek yang gak perlu syarat ribet."
"Masa iya jualan gudeg di Korea, gak lucu kali. Jadi aku ngelamarnya jadi staf agensi," ujarku yang membuat Aksa hanya mencibir dan membuatku semakin kesal hingga aku memukulnya.
"Ish, udah minjem nama malah mukul."
"Lagian nyebelin sih dari tadi. Udah gemes aku tuh," gemasku. Untung saja aku bisa mengendalikan diriku. Jika tidak aku sungguh akan memukulnya lagi.
*
*
*Aksa hanya terdiam selama perjalanan, membuat jiwa usilku bangkit dengan sendirinya. Aku memukul helm yang dia gunakan, membuat pria itu dengan cepat menghentikan motornya. Lagipula dia membosankan dengan terus diam saja.
"Ish, bahaya tau, Rin!" desisnya namun detik berikutnya dia kembali melajukan motor kesayangannya. Sebenarnya apa alasan utamanya terus marah padaku? karena aku meminta bantuannya?
Saat ini Aksa mengantarku menuju gedung SM entertainment meskipun dengan sangat terpaksa. Tapi tenang saja, dia tak akan marah berkelanjutan padaku dan sudah bisa dipastikan jika dia akan kembali menyapaku nantinya.
"Tunggu di sini, ya," pesanku yang hanya membuat Aksa mengangguk dengan wajah kesalnya.
Kakiku membawaku masuk ke dalam gedung besar bertuliskan SM entertainment itu. Entah kenapa tapi hatiku membuncah bahagia, membuatku ingin masuk lebih dalam ke gedung megah tersebut.
Langkahku terhenti begitu saja menatap sebuah poster berukuran besar berdiri tak jauh dari pintu masuk. Mataku terus memperhatikan potret tampan seseorang yang terpampang di sana, membuatku mengingat suatu hal namun aku tak terlalu yakin jika aku pernah melihat tatapan itu.
Taeyong Day. Hatiku secara tak sadar menggumamkan apa yang tertangkap oleh manikku, membuatku terus bertanya-tanya kapan aku melihat tatapan mata itu.
"Permisi, apa anda yang melamar?" Suara seorang wanita membuatku dengan segera menoleh. Aku tersenyum kemudian sedikit membungkukan tubuhku untuk menyapa. "Silahkan ikuti saya."
Dengan sangat senang hati aku mengikutinya, berjalan lebih memasuki gedung yang nantinya akan jadi tempat bekerjaku. Aku sungguh takjub dengan keindahan gedung itu dan pastinya wajah tampan dan juga cantik yang sejak tadi ku temui.
Wanita itu membawaku masuk ke dalam lift untuk kemudian menuju ruangan yang dikhususkan untuk interview para pelamar seperti diriku.
"Annyeonghaseyo." Aku langsung membungkukan tubuhku begitu pria tampan itu masuk ke dalam lift dan menyapa. Aku tidak berbohong. Dia sungguh tampan. Tapi sayang, aku harus keluar lebih dulu dari lift itu dan harus mengakhiri cuci mataku.
"Anda penggemarnya?"
"Penggemar?" Wanita itu hanya tersenyum. Mungkin karena pertanyaanku terdengar konyol tapi aku sungguh tak tahu soal pria tampan tadi.
"Dia Sehun, salah satu member Exo. Apa anda tidak tahu?"
Inilah yang seharusnya ku hapal sepertinya. Selama ini aku selalu menikmati karya-karya mereka tanpa mengetahui nama mereka. Andai tadi aku tahu namanya, aku sungguh akan meminta untuk berfoto.
Aku sangat terkejut sebab ruangan itu kini sudah dipenuhi dengan puluhan orang yang juga melamar. Jika seperti ini, aku sungguh merasa kurang percaya diri. Terlebih karena mereka memiliki visual yang tak main-main dan yang ku dengar, bukan hanya artis yang berada di bawah naungan SM saja yang memiliki visual luar biasa. Tapi juga staf-staf mereka.
"Annyeong." Sapa seorang gadis yang diiringi senyumannya, membuatku membalas senyuman itu. "Aku Sol-Ah, senang bertemu denganmu."
"Aku Rini," jawabku dengan sangat ramah. Aku tak tahu jika aku akan mendapat teman secepat ini.
"Kau bukan orang Korea? namamu sangat asing," ujarnya yang membuatku dengan segera mengangguk. "Tapi aku senang bisa mengenalmu."
"Sol-ah, jangan banyak bicara," peringat pria yang berdiri tak jauh dari kami berdua, membuat gadis itu mencebikan bibirnya.
"Dia Wooseok, pria dingin yang menjadi temanku selama 2 tahun terakhir."
"Kalian tidak berkencan?" Aku tahu ini pertanyaan bodoh yang seharusnya tak ku ajukan di pertemuan pertama. Aku jadi merutuki bibirku sendiri karena ini. "Maaf."
"Tidak apa-apa, aku sama sekali tak masalah dengan pertanyaanmu itu. Jawabannya adalah tidak akan pernah karena dia jauh lebih menyebalkan dibanding dari yang kau lihat."
TBC🖤
5 Sep 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Best part
Fanfiction"Terimakasih karena sudah menjadi bagian terbaik dalam kisah hidupku." Kisah seorang gadis yang sebelumnya bukanlah seorang K-popers yang menjelma sebagai make-up artist di salah satu agensi ternama di Korea Selatan. Awalnya dia tak begitu menyukai...