Taeyong terus menatap tangan Rini. "Kau baik-baik saja?"
Rini hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia terlalu sibuk mengerjakan tugasnya sekarang. Namun sesekali rasa sakit pada pergelangan tangannya itu mulai terasa. Membuatnya berusaha untuk menghilangkan rasa sakitnya dengan sedikit memijatnya. Namun semuanya justru sia-sia saja.
"Aku baik-baik saja. Jangan khawatir," ujar Rini saat salah satu dari hari stylish menatapnya.
Kenapa makin sakit ya? Rini memaksakan dirinya. Lagipula hanya tinggal sedikit lagi maka tugasnya akan selesai. Namun siapa sangka? Semakin ia memaksa, semakin ia merasa jika tangannya kesemutan dan pada akhirnya, kuas yang berada di tangannya harus terjatuh begitu saja.
Seluruh tatapan kini tertuju pada Rini. Apalagi saat Taeyong membantu mengambilkan kuas itu lalu melihat tangan Rini. Ia juga mengangkat tangannya agar sang manager menghampirinya.
"Hyung, aku rasa tangannya sakit," ujar Taeyong, membuat Junki mengernyit.
"Kenapa tidak istirahat saja? Ayo, aku akan mengantarmu ke ruang kesehatan. Yang lainnya, tolong jangan pergi kemanapun," ujarnya, membuat semua orang yang ada di sana mengangguk.
Rini tak bisa menolak. Lagipula rasa sakit itu semakin menjadi dan ia tak mau sesuatu yang buruk terjadi padanya.
"Kau bisa cuti 'kan?"
"Aku pikir rasa sakitnya tidak akan bertambah," jawab Rini sambil menatap pergelangan tangannya.
"Jadikan ini pelajaran, memaksakan diri bukanlah hal yang bagus."
*
*
*Rini hanya mengangguk mendengar penjelasan dari dokter. Setelah ia berada di ruang kesehatan acara musik itu, Junki memutuskan untuk membawa Rini ke rumah sakit saja.
Carpal tunnel syndrome.
Entahlah, Rini sama sekali tak mengerti soal itu. Yang ia tahu hanyalah dokter itu memintanya untuk mengurangi aktivitas berat pada tangannya.
Menyedihkan. Itulah yang saat ini terlihat dari Rini. Hanya berjalan sendirian diantara pengunjung rumah sakit lainnya yang bersama seseorang di sana. Tapi Rini harus sendirian termasuk menebus obatnya.
Rini menghela napas. Ia jadi ingat pada Ibunya. Mungkin jika ini terjadi di rumahnya, ia pasti akan sangat dimanjakan. Namun kali ini ia harus melakukan segalanya sendiri.
"Masa harus nelepon Aksa? Entar dia banyak ngomong," gumamnya sambil menatap ponselnya. Junki bilang jika pemeriksaannya sudah selesai, ia bisa menghubunginya saja. Tapi ia merasa jika itu terlalu merepotkan orang lain.
"Kayaknya cukup deh," gumamnya saat melihat beberapa lembar uang dalam dompetnya. Sebentar lagi ia akan menerima gaji. Jadi tak apa jika menggunakan uangnya sekarang.
"Apa dia belum menelepon?"
Junki menoleh kemudian menggeleng. "Sol-Ah, bisa kau telepon dia?"
"Dia tak menjawab. Aku rasa dia masih berada di rumah sakit," jawab Sol-Ah yang diakhiri dengan helaan napasnya. Andai ia bisa lebih keras menahan Rini, semua ini mungkin tak akan terjadi.
"Apa Rin benar-benar sakit?" tanya Taeyong, membuat Junki mengedikan bahu. "Dia belum kembali."
"Dia pergi ke rumah sakit karena dokter yang ada di sini mengatakan jika lebih baik Rin dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Aku mengatakan padanya untuk menghubungiku saat pemeriksaannya selesai. Tapi dia belum juga meneleponku."
"Apa mungkin dia dirawat?"
"Aku rasa tidak akan."
Sol-Ah membulatkan mata setelah membaca pesan singkat yang baru saja ia terima. "Rin sudah pulang sendiri."
"Jinjja?"
Sol-Ah langsung mengangguk. "Dia bilang tidak perlu mengkhawatirkannya. Dia akan istirahat dengan baik."
*
*
*"Kenapa aku malah terlihat sangat menyedihkan sekarang?" tanya Rini diakhiri dengan tawanya. Namun semua orang yang ada di sana justru tak tertawa dengan leluconnya. "Aku sungguh baik-baik saja. Kenapa kalian terlihat seolah aku akan pergi selamanya."
"Mungkin saja 'kan?" celetuk Mark, membuat Haechan yang berdiri di sampingnya, memukulnya.
"Jangan bercanda," ujarnya.
Yap, sepulang dari jadwal padat mereka, mereka memutuskan untuk mengunjungi Rini. Apalagi setelah mendengar jika salah satu staf mereka itu harus pergi ke rumah sakit. Memang biasanya mereka tak terlalu peduli. Tapi karena merasa dekat dengan Rini, mereka memutuskan untuk mengunjunginya. Ditambah karena Rini merupakan orang asing dan pasti hanya hidup sendiri.
"Apa yang dikatakan dokter?" tanya Sol-Ah.
"Aku hanya perlu mengistirahatkan tanganku saja. Selebihnya tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Ah ya, terima kasih karena kalian kemari."
"Santai saja. Kau juga teman kami," ujar Jaehyun.
Rini memilih untuk merahasiakan diagnosis dokter terhadapnya. Ia tak mau semua orang mengkhawatirkannya dan mengasihani dirinya. Lagipula ia masih kuat karena menurutnya, penyakit itu tak terlalu berbahaya--mungkin.
"Lebih baik kau ambil cuti," ujar Taeyong, membuat Rini menggeleng.
"Aku akan belajar menggunakan tangan kiri, atau aku akan tetap bekerja."
"Tidak, lebih baik kau istirahat saja," ujar Jungwoo. "Memaksakan diri bukan hal yang terbaik. Itu hanya akan menambah masalah."
"Jungwoo benar, lebih baik kau istirahat saja," sambung Taeil.
"Dengar?" ujar Sol-Ah, membuat Rini berdecak.
"Iya, Sol-Ah, aku mendengarnya."
Rini benar-benar terharu karena banyak sekali orang yang peduli padanya. Bahkan di saat Rini merasa sangat kesepian karena harus berjauhan dengan keluarganya.
Rini sengaja tak mengatakan apapun pada Aksa. Bukan karena ia menganggap Aksa tidak terlalu penting untuk mengetahui ini. Tapi ia yakin jika Aksa pasti akan memaksanya untuk pulang ke Indonesia.
"Lebih baik kalian semua istirahat. Biar Sol-Ah saja yang menjaga Rin," ujar Junki, membuat mereka semua akhirnya harus pamit.
"Istirahat yang cukup," ujar Jungwoo, membuat Rini mengangguk.
"Aku pamit, jangan lupa istirahat dan besok kau tidak boleh bekerja."
Rini hanya mengangguk, mendengar satu persatu pesan yang ia dengar. Entah kenapa tapi semua kalimat itu seolah memberikan semangat untuknya.
"Sebenarnya kau sakit apa?" tanya Sol-Ah, membuat Rini menggeleng. "Kau tidak mau menjawabnya? Rin, aku sahabatmu, bukan?"
"Dokter bilang aku terkena CTS. Tapi tenang saja, aku hanya perlu istirahat dan minum obat saja."
Sol-Ah membulatkan mata. "Benarkah?"
Rini mengangguk. "Sepertinya aku terlalu memaksakan tanganku. Aigo, tidak perlu panik seperti itu. Aku sungguh baik-baik saja."
"Kau tidak punya siapa-siapa lagi di sini. Apa kau tidak percaya padaku? Kenapa memilih untuk menyembunyikannya?"
"Sol-Ah, aku tidak mau mereka memikirkanku. Kau tahu sendiri jadwal NCT sedang sangat padat dan aku tak ingin pikiran mereka bertambah," ujar Rini diakhiri dengan senyumannya, membuat Sol-Ah dengan segera memeluknya. "Woah, kau bisa saja membuatku menangis, Sol-Ah."
"Mulai detik ini, kau harus menceritakan segalanya padaku. Apapun itu. Jangan sembunyikan apapun lagi."
"Baiklah-baiklah," ujar Rini sambil menepuk beberap kali lengan Sol-Ah. "Kau juga harus begitu, hm?"
"Tentu saja. Ah iya, karena tanganmu sedang sakit, aku akan menyuapimu. Anggap aku adalah Taeyong," ujar Sol-Ah yang kemudian berlari.
"Yak! Sol-Ah!"
TBC🖤
7 Nov 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Best part
Fanfiction"Terimakasih karena sudah menjadi bagian terbaik dalam kisah hidupku." Kisah seorang gadis yang sebelumnya bukanlah seorang K-popers yang menjelma sebagai make-up artist di salah satu agensi ternama di Korea Selatan. Awalnya dia tak begitu menyukai...