Menurutku tak ada yang berbeda dari tinggal di Korea atau Indonesia. Aku merasa seperti tetap di rumah sebab di sini aku bersama dengan 3 orang yang bisa berbahasa Indonesia.
Aku memperhatikan Bela dan Aera yang kini berdiri di balkon. Tadinya aku berniat untuk mengagetkan mereka berdua. Tapi melihat raut wajah serius mereka, aku tak jadi melakukannya.
Aku berjalan perlahan, menghampiri mereka berdua untuk kemudian bergabung. Daripada harus bicara dengan Aksa, yang ada aku akan tertidur karena topik membosankan.
"Gabung dong," ujarku yang kemudian berdiri di samping Aera. "Ghibah kok gak ngajak."
Aera terkekeh mendengar pernyataanku. Memangnya ada yang salah? aku bahkan hanya tertawa canggung sambil menggaruk kepalaku yang sebenarnya tak gatal.
"Kita lagi ngomongin kak Aksa," sahut Bela yang membuat Aera menggeleng. "Enggak ah, rahasia."
"Ish," desisku yang membuat mereka hanya tertawa bersamaa. Menyebalkan, bukan?
Tak banyak yang kami bertiga bicarakan. Hanya beberapa topik yang biasa dibahas oleh seorang wanita. Tapi aku merasa jika kami bertiga mudah sekali akrab dan aku harap kami tak secepatnya berpisah. Mungkin akan sangat sepi jika aku hanya di sini bersama Aksa.
"Kalian bakalan terus di sana?" tanya Aksa yang tentunya membuat kami bertiga tertawa lalu meledeknya. Lagipula dia hanya satu-satunya pria di sini. Jadi dia harus siap dengan kesepian yang akan dia rasakan.
Kami akhirnya memutuskan untuk turun dari sana. Daripada Aksa lebih gila dengan mengajak June berbicara, lebih baik kami bertiga turun saja.
"Nyebelin deh," kesalnya yang membuatku hanya menatap heran ke arahnya. Aku yakin dia sedang cari perhatian sekarang. Ah, itu sudah terlihat dari sorot matanya dan terpampang jelas di dahinya.
"Mending nonton film yuk," ajak Bela yang sepertinya terdengar sangat menarik. Sebenarnya sudah sangat lama aku tak menonton film lagi karena aku disibukan dengan persiapan untuk kemari.
Bela berjalan menuju kamarnya. Mungkin untuk mengambil laptopnya karena tidak memungkinkan jika kami pergi untuk menonton di bioskop. Lagipula tak ada bedanya menonton lewat laptop ataupun pergi ke bioskop. Alur filmnya tak akan berubah, bukan?
"Kak Aksa gak usah ikutan," ujar Bela sesaat setelah dia kembali dengan laptopnya.
"Ck, jadi ade nyebelin banget."
Aksa dan Bela memang seringkali bertengkar. Ya, itu memang kebiasaan kakak-beradik, bukan? apalagi mereka berdua berbeda. Jadi mereka lebih sering bertengkar karena Aksa yang bertingkah usil.
Aku jadi ingat kejadian beberapa tahun silam. Saat itu aku sengaja berkunjung ke rumah Aksa karena Bela sedang sakit. Kalian tahu apa yang terjadi? Aksa mengunci kamar Bela dimana aku juga berada di dalamnya. Lalu dia mengatakan jika dia pikir tak ada orang di sana. Padahal bisa terdengar jelas suaraku yang tengah berbincang dengan Bela. Menyebalkan sekali, bukan?
Bela mulai menjelajah, mencari film bagus yang akan kami tonton. Sedangkan Aksa memilih untuk pergi dengan menggunakan jaket denimnya. Aku yakin dia akan berkumpul dengan temannya sebab tak ada gunanya dia tetap berada di sini--sangat tidak dibutuhkan.
"Nonton yang ini aja ya?"
Aku dan Aera hanya mengangguk. Lagipula itu adalah laptop Bela. Jadi Bela bisa bebas memilih film apa yang ingin dia tonton.
*
*
*Suara pintu terbuka membuatku kembali membuka mata. Ah bahkan aku lupa sejak kapan aku tertidur? apa saat aku masih menonton film?
Aku mengedarkan pandangan dan aku mendapati Bela dan Aera yang juga tertidur. Sepertinya film yang kami tonton itu terlalu membosankan hingga kami bertiga kompak tertidur.
"Kirain kalian masih nonton." Aksa meletakan kantung berisi beberapa makanan ringan itu, membuatku hanya terus menatapnya. "Gak usah liatin terus kali."
Aku berdecih mendengar begitu tingginya kepercayaan diri seorang Aksa yang bahkan tak berkurang sedikitpun meski kami sudah lama tak bertemu.
"Eh iya, besok anter ya," ujarku yang membuat dahi Aksa berkerut. Lagipula dia punya motor. Jadi tak ada salahnya aku meminta bantuannya. "Anter ke SM."
Aksa membulatkan matanya tak percaya. Apakah aku kurang pantas masuk ke sana hingga Aksa memberikan ekspresi seperti itu?
"Kenapa?"
"Beneran? jadi agensi yang terima kamu itu SM?" tanyanya yang tentu membuatku mengangguk. Namun hal ini justru membuatnya tertawa. Menyebalkan, bukan? "Boong ya?"
"Seriusan, Sa. Besok anter pokoknya," ujarku yang membuat Aksa hanya mengangguk. Ya, seberapapun menyebalkannya Aksa, dia tetap orang yang baik. Mana mungkin dia membiarkanku pergi ke sana sendiri bahkan saat masih tak tahu jalan-jalan yang ada di sana.
Suara bel itu membuat Aksa dengan segera beranjak, memutus pembicaraan kami begitu saja.
"Eh, kenapa kita jadi tidur?" celetuk Aera yang membuat Bela menguap lalu meregangkan otot-otot tubuhnya.
"Bela mau lanjut tidur ah." Bela beranjak, meninggalkan laptopnya di sana dan memilih untuk pergi ke kamarnya.
"Aera, ada yang cari."
Aku mengerutkan dahiku. Pasalnya, yang ku tahu Aera bilang dia tak punya keluarga ataupun teman di sini kecuali Aksa. Tapi seseorang kini mencarinya. Ada apa? ah aku rasa tak ada gunanya aku mencari tahu.
Aksa tiba-tiba saja memberikan salah satu makanan ringan yang baru saja dia bawa tadi. Seketika aku tersenyum sebab itu merupakan makanan ringan kesukaanku. Namun dengan cepat Aksa menariknya kembali, membuatku memasang wajah kesalku.
"Lagian geer banget sih. Aku minta bukain," ujar Aksa sambil membuka bungkus makanan ringan itu, membuatku hanya menatap malas pria itu. Menyebalkan sekali.
"Nyebelin tau gak?"
Aksa terkekeh lalu kembali memberikan makanan ringan itu. "Nih, entar kalo nangis aku yang repot."
Aku hanya mencibirnya lalu menyantap makanan ringan itu. Aku tak tahu kenapa Aksa bisa menemukannya di Korea padahal di sini benar-benar jarang makanan dari Indonesia seperti ini.
Aera sudah kembali dengan ekspresi yang tak begitu berarti. Dia tak bicara apapun dan langsung masuk ke kamarnya, membuatku dan Aksa hanya saling pandang heran.
"Mungkin ada masalah?" tanyaku yang membuat Aksa mengangkat kedua bahunya. "Aksa gak tau apa-apa?"
"Aku gak mau cari tau lebih banyak. Itu privasi, bukan?" tanyanya yang kemudian memanggil June, kucingnya. Ck, dia sungguh menyebalkan karena memanggilnya. Aku yakin jika dia akan lebih banyak memberikan makanan ringan itu pada kucingnya.
"Ck, berbagi," ujarnya saat aku berusaha menyembunyikan makanan ringan yang kini tengah ku santap.
"Kucing gak makan yang gini."
"June suka yang gini," ujar Aksa yang membuatku memberikan tatapan tak percaya. "Gak percaya? nih liat."
Aksa menjatuhkannya dan aku tak percaya jika kucing itu sungguh memakannya. Aku pikir Aksa hanya main-main ternyata tidak sama sekali.
TBC🖤
5 Sep 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Best part
Fanfic"Terimakasih karena sudah menjadi bagian terbaik dalam kisah hidupku." Kisah seorang gadis yang sebelumnya bukanlah seorang K-popers yang menjelma sebagai make-up artist di salah satu agensi ternama di Korea Selatan. Awalnya dia tak begitu menyukai...