Kesibukan sebelum stage benar-benar membuat Rini benar-benar pusing sekarang. Bukan karena ia sedang kurang sehat. Tapi karena kemelut di backstage, sungguh membuatnya merasa pusing. Terlebih saat manager mulai pusing mencari keberadaan Haechan dan harus memperhatikan Jungwoo yang masih belum terlalu sehat.
"Apa sungguh tidak ada yang menemukan Haechan? Aigo, anak nakal." Junki kembali keluar dari ruangan tersebut, menyisakan rasa bingung yang dirasakaan setiap orang yang ada di dalam sana.
"Aku akan coba hubungi ponselnya." Taeyong meraih ponselnya, ia lalu menghubungi nomor milik Haechan.
"Hyung..." Suara Haechan, membuat Rini dengan segera menghentikan aktivitas make up-nya. "Aku ada di toilet, dan aku terkunci."
"Jinjja?" Taeyong memutus sambungan telepon tersebut lalu meletakkan ponselnya. Dengan segera ia beranjak untuk menghampiri Haechan yang terkunci di kamar mandi.
Soal hanya memasang wajah bingungnya ia kemudian meletakkan kuas yang ada di tangannya. "Apa yang terjadi?"
Rini hanya mengedikkan bahunya. Sebenarnya ia tahu alasan kenapa Taeyong terburu-buru pergi dari ruangan itu. Namun ia memilih untuk merahasiakannya karena ia tahu akan terjadi kerusuhan jika ia memberitahukan soal Haechan.
Rini memilih untuk mengikuti Taeyong. Namun ia menghentikan langkah saat ia ingat jika terkunci di kamar mandi. Itu artinya ia takkan bisa membantu Taeyong.
Bodoh kenapa aku malah mengikutinya? Rini akhirnya memutuskan untuk kembali ke ruang tunggu itu. Ia berharap jika khitan akan baik-baik saja.
"kau ada disini?" tanya Taeyong saat ia sampai di toilet yang biasanya digunakan untuk berganti pakaian.
"Ya aku ada disini. Bisa tolong bukakan pintunya secepatnya? Aku benar-benar takut di sini."
"Tunggu sebentar, aku akan memanggil bantuan." Taeyong bergegas mencari seseorang yang mungkin saja bisa membantunya. Ia tak mungkin harus merusak pintu kamar mandi itu demi menyelamatkan Haechan.
"Ah kebetulan sekali kau ada di sini. Hyung, Haechan ada di dalam kamar mandi. Ia terkunci di sana."
"Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Sol-Ah yang kemudian duduk di samping Rini. "Kenapa kau terlihat sangat cemas? Lalu, di mana Taeyong?"
Rini tidak langsung menjawab. Ia masih berkutat dengan pikiran-pikiran mengenai Haechan. Hingga akhirnya Sol-Ah menepuk bahunya dan membuat Rini sedikit terkejut.
"Apa Haechan masih belum ditemukan?" tanya Taeil sambil memainkan ponselnya.
"Mark, Apa kau tidak berulah lagi?" tanya Johnny yang kemudian membuat Mark sangat kesal. Pasalnya ucapan Johnny menegaskan jika dirinya memang biang masalah. Padahal hilangnya Haechan kali ini bukan karena dirinya.
Apa harus bilang kalau Haechan ada di kamar mandi? Gumam Rini dalam hatinya. Ia sungguh ragu untuk mengatakan kondisi Haechan yang sebenarnya. Namun pada akhirnya ia memilih untuk tetap merahasiakannya sebelum Haechan sampai ke sana.
Ternyata tak lama dari itu Haechan, Taeyong, dan manager Hyung tiba ke ruang tunggu itu lagi. Dengan wajah kesal Rini bisa menebak jika Haechan habis dimarahi.
*
*
*Ponsel Taeyong yang tergeletak di atas meja rias, membuat Rini sedikit penasaran. Pasalnya ponsel tersebut terus berdering.
Rini berniat untuk meraih ponsel itu. Namun ia memilih untuk tidak ikut campur dalam masalah Taeyong. Lagipula Ia yakin jika seseorang yang menelepon Taeyong adalah orang yang penting.
Rini kembali melirik ponsel Taeyong yang masih menyala. Ia benar-benar penasaran kenapa ponsel itu terus saja berdering padahal Taeyong tak kunjung mengangkatnya.
"Aish, sasaeng itu lagi sasaeng itu lagi. Bisakah dia berhenti?"
gumam manager Hyung yang kemudian meraih ponsel milik Taeyong. Memang seharusnya manager Hyung tidak ikut campur dalam urusan ini, tapi ia tidak mungkin membiarkan Taeyong merasa kesal."Apa ini sering terjadi?" tanya Sol-Ah yang kemudian membuat manager Hyung mengangguk.
Rini tak bisa membayangkan akan seberisik apa ponsel milik Taeyong. Mungkin setiap detik ponsel itu terus berdering dan membuat Taeyong tidak akan bisa beristirahat.
Atensinya beralih saat pintu terbuka, memperlihatkan 9 pria dengan wajah lelahnya masuk ke sana. Mungkin penampilan mereka hari ini benar-benar melelahkan. Itulah kenapa mereka memperlihatkan wajah yang begitu lelah.
Mark meraih ponselnya. Ia lantas mengetikkan sesuatu di sana membuat hari ini seketika berpikir jika Mark punya kekasih. Terlebih karena Mark terus tersenyum sambil mengetikkan sesuatu di ponselnya.
Taeyong nampaknya memasang wajah kesal. Ia mengetikkan sesuatu itu kan sama dengan cepat sebelum akhirnya pergi keluar. Merasa ada yang aneh Rini akhirnya menarik tangan Sol-Ah untuk mengikutinya.
"Yak! Kau mau pergi ke mana?"
"Diamlah," bisik Rini. Ia terus mengikuti kemana Taeyong pergi. Ia sangat yakin jika ada sesuatu yang tidak beres.
Hingga pada akhirnya mereka berhenti di salah satu sudut lantai itu. Rini bisa menebak jika sesuatu memang telah terjadi. apalagi karena Taeyong melakukan pertemuannya di tempat yang sangat tertutup.
"Apa itu pacarnya Taeyong?" tanya Sol-ah membuat Rini mendelikkan matanya. Masalahnya, Sol-Ah benar-benar berisik dari tadi.
"Bisa kau diam?"
Menguping memang merupakan salah satu kelebihan dari Rini. Ia hanya berharap jika ini ia tidak akan tertangkap lagi seperti sebelumnya.
Sementara itu, Taeyong sedang menemui salah satu sasaeng-nya. Keinginan sasaeng memang ingin notice oleh idol-nya. biasanya saja yang akan berusaha menyakiti atau melakukan apapun yang aneh agar idol-nya tahu jika ia memang ada. Tapi Taeyong sepertinya tidak merasa takut sedikitpun sebab tak ingin member lainnya terkena imbasnya.
"bisa kau berhenti menggangguku?" tanya Taeyong dengan nada kesal
"Bukankah aku sudah bilang sebelumnya? Aku ingin menjadi kekasihmu."
Taeyong mengusap kasar wajahnya. Pikirannya seolah buntu di depan penggemar berbahaya itu. Hingga akhirnya ia memilih untuk menyetujuinya.
"TIDAK!"
Taeyong serta sasaeng itu menoleh saat Rini tiba-tiba saja berteriak. Bahkan mata mereka membulat bersama saat Rini tiba-tiba saja menggandeng tangan Taeyong.
"Tidak semudah itu."
Taeyong hanya menatapnya dengan tatapan 'apa yang kau lakukan?' Namun Rini hanya mengedipkan matanya sebagai jawaban. Ia lalu kembali menatap sasaeng itu dengan wajah kesalnya.
"Siapa kau? Beraninya kau ikut campur."
Rini memutar jengah matanya lalu melepaskan gandengan tangannya. Setelahnya, ia melipat kedua tangannya di depan dada.
"Memangnya kau juga siapa bisa mengajak Taeyong berkencan sembarangan?"
"Aku juga tahu kau hanya berpura-pura. Aku tak pernah melihatmu bersama Taeyong selama ini masih single."
Rini membalikkan tubuhnya, berharap Taeyong akan membantu melanjutkan kebohongannya ini. Ia hanya ingin membantu Taeyong agar tidak diganggu lagi.
"Jelas saja kau tidak akan tahu karena aku tidak pernah mengajaknya keluar. Lalu aku menggunakan nomor lain untuk menghubunginya."
Rini bernafas lega karena Taeyong bisa dengan cepat peka terhadap kode yang ia berikan. Mungkin jika tidak ia akan sangat malu depan sasaeng itu.
Terima kasih karena kau sudah membantuku, Rin.
TBC🖤
31 Oct 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Best part
Fanfic"Terimakasih karena sudah menjadi bagian terbaik dalam kisah hidupku." Kisah seorang gadis yang sebelumnya bukanlah seorang K-popers yang menjelma sebagai make-up artist di salah satu agensi ternama di Korea Selatan. Awalnya dia tak begitu menyukai...