Hari ini, hari pertamaku untuk bekerja di agensi besar itu. Hatiku sungguh berdetak tak karuan hingga membuatku terus saja melamun. Ah aku sungguh belum siap.
Ku putuskan untuk memoles wajahku. Hanya riasan natural yang biasanya ku gunakan. Setelahnya aku meraih jam dengan ukuran yang tak terlalu besar itu, memakaikannya pada tangan kiriku. Tak lupa aku juga menguncir setengah rambutku menjadi satu karena aku yakin rambutku akan amat sangat berantakan setelah aku sampai ke sana.
Aksa terlihat menahan tawanya sebelum akhirnya dia tak bisa lagi menahan tawanya. Apa aku terlihat aneh? ck, Aksa hanya membuat suasana hatiku buruk saja.
"Rin, kamu mau kemana sih?" tanyanya sambil membentuk persegi panjang dengan tangannya lalu menyusuri tubuhku seolah dia sedang memotret.
"Kenapa sih?" ketusku membuatnya kembali tertawa. Bahkan dia sampai memegangi perutnya.
Aku menatap Bela yang baru saja keluar dari kamarnya. "Bel, kakak kamu tuh."
"Emang udah gila dia," ujarnya sambil berjalan menuju dapur.
Aku berdecak, tawa Aksa seolah menggambarkan jika penampilanku terlihat aneh sekarang. Memangnya apa yang aneh dengan penampilanku? dengan celana bahan, kaos putih, lalu ku lengkapi dengan blazer coklat susu, apa ada yang salah?
"Biasanya juga tangan baju digulung," ujarnya, membuatku memasang wajah kesal. Ck, apa pria itu sama sekali tak tahu apa arti dari kata berubah? dia sungguh menyebalkan.
"Aku mau naik bus aja," ketusku kemudian mengambil kartu bus milik Aksa. Aku tak peduli meski aku tak tahu jalan. Aku sudah benar-benar kesal padanya.
Langkahku terhenti saat seseorang menggenggam tanganku. Ya, aku yakin jika ini tangan Aksa.
"Maaf, maaf. Jangan ngambek dong, gitu aja ngambek," ujarnya, membuatku hanya mendelik. Aku sungguh ingin menghajarnya saja jika sudah seperti ini.
Apa aku memang perlu melakukannya?
Aksa beranjak, mencari kunci motor miliknya sedangkan aku hanya berdiri di sana dengan wajah yang benar-benar kesal. Ah ini hari pertamaku tapi suasana hatiku sedang benar-benar buruk.
Aku hanya terdiam selama perjalanan, memilih mengabaikan Aksa yang sepertinya masih berusaha untuk membujukku. Sayangnya itu tak akan berpengaruh sama sekali. Aku sudah terlanjur kesal padanya.
Motor itu berhenti, membuatku dengan cepat turun lalu memberikan helm yang ku pakai tadi.
"Rin, masih marah?"
"Enggak," ketusku kemudian berlalu. Menurutnya aku main-main? Uh, sayangnya tidak.
Langkahku mengarah ke gedung megah itu, menyapa beberapa orang yang tak sengaja berpapasan denganku lalu masuk ke dalam lift.
Mataku menatap angka yang terus bertambah seiring naiknya lift tersebut. Lalu aku menatap jam di tangan kiriku, berharap jika aku tak datang terlambat di hari pertamaku.
"Ini gawat!" Aku menatap Sol-Ah dengan tatapan bingung. Wajahnya bisa menggambarkan kepanikan namun aku sama sekali tak tahu apa yang membuatnya sangat panik. "Rin, kita akan bekerja bersama Exo. Di hari pertama. Ya ampun, aku sungguh tidak siap!"
"Kenapa?" tanyaku dengan nada heran, membuat gadis di hadapanku memukul pelan dahinya.
"Aku Exo-L, Rin. Aku tak mungkin bisa bekerja dengan fokus."
Aku teringat dengan pria yang bertemu denganku di lift kemarin. Aku tak bisa bayangkan akan setampan apa pria yang berada dalam grupnya. Aku yakin mereka semua tampan.
"Rin, jangan tersenyum, ini masalah untukku," gerutunya, membuat khayalanku seketika membuyar. Ck, padahal aku baru saja ingin memperbaiki moodku dengan membayangkan pria tampan.
"Bersikaplah profesional," saranku, membuat Sol-Ah mengikuti langkahku menuju aula tempat kami semua harus berkumpul.
"Ah, eotteoke? apa aku pura-pura sakit saja?" tanyanya, membuatku terkekeh. Ternyata Sol-Ah punya selera humor juga.
"Jika kau pingsan tak masalah, aku akan menyeretmu."
Bibirnya mengerucut, dia lalu duduk dan mengacak rambut cokelat sebahunya. "Aku sungguh tak akan bisa melakukannya."
"Anggap saja kau sedang tidak berhadapan dengan Exo. Bayangkan saja yang lain," saranku.
*
*
*Aku tersenyum sambil menatap suasana jalanan pagi ini. Yap, setelah mendapat sedikit arahan, kami diajak untuk pergi ke sebuah acara musik. Sebenarnya aku merasa gugup, tapi aku yakin aku pasti bisa melakukannya.
Sol-Ah terus menggenggam tanganku saat kami sampai. Dia sungguh membuat tanganku berkeringat jika terus menggenggamnya seperti saat ini. Aku tahu dia juga gugup, tapi seharusnya tak perlu menggenggam tanganku juga.
"Kalian akan didampingi, pastikan untuk tak melakukan kesalahan dan lakukan semuanya dengan cepat," jelas gadis berambut pirang dengan poni itu. Dia lalu membuka pintu yang bertuliskan 'EXO' di sana, membuatku semakin penasaran setampan apa pria-pria yang ada di dalam sana.
Aku sungguh terkejut saat masuk ke ruangan itu. Keadaannya sungguh dipenuhi barang-barang dan pria-pria itu duduk tak beraturan sambil fokus dengan ponsel mereka.
"Oh, syukurlah kalian sudah tiba. Cepat lakukan tugas kalian," pinta seorang pria dengan wajah paniknya, aku yakin jika pria itu memang sudah menunggu kami sejak tadi.
Aku melangkah, meletakan kotak make-up yang ku bawa ke atas meja rias. Hal ini membuat salah satu dari pria itu langsung saja duduk meskipun masih sambil menatap layar ponselnya.
Aku menghembuskan napasku untuk menetralkan rasa gugupku. Aku hanya takut jika membuat kesalahan di hari pertamaku bekerja.
Aku mulai melakukan tugasku, dengan pria itu tetap menatap ponselnya. Sesekali dia juga tersenyum lalu mengetikan sesuatu pada ponselnya.
Dia lalu meletakan ponselnya, memejamkan matanya dan membiarkanku melakukan tugasku. Oh, wajahnya benar-benar tampan. Apalagi dengan lesung pipinya.
Ponselnya berdering, membuatnya langsung saja meraih kembali benda pipih yang beberapa saat lalu dia letakan.
"Chanyeol-ssi, rambutmu akan rusak," ujar seorang pria yang bertanggung jawab menjadi hair style. Ah, jadi namanya Chanyeol? lalu pria sebelumnya yang bertemu denganku? Lama-lama aku merasa pusing jika seandainya harus menghapal nama mereka satu persatu.
*
*
*Aku menyandarkan tubuhku ke sofa yang ada di sana. Tanganku sungguh pegal sebab memakainya selama 2 jam tadi. Ini baru hari pertama dan tanganku sudah terasa sangat pegal.
"Tim make-up artist EXO sedang pergi, itulah kenapa kita yang harus repot menggantikan mereka."
"Satu tim pergi?" tanyaku tak percaya.
"Mereka pergi bersama NCT 127 ke Jepang untuk konser mereka. Ya mungkin saja ini latihan untuk kita." Sol-Ah meraih ice americanonya lalu meminumnya. "Seharusnya kita berada di tim NCT."
"Jinjja?"
Sol-Ah mengangguk. "Hanya saja karena kita baru masuk kemarin, tim MUA EXO bergantian dengan kita."
NCT. Aku merasa tak asing dengan nama itu. Ahh, aku ingat. Aku melihatnya di bawah foto pria bernama Taeyong. Apa aku sungguh akan bekerja dengannya? woah, sebenarnya aku sama sekali tak menduganya.
Ya, sampai saat ini aku masih penasaran soal pria yang menolongku di bandara. Aku masih bertanya-tanya apa itu Taeyong atau bukan. Aku pastikan akan mencari tahu saat aku mulai bekerja dengan timnya.
TBC🖤
12 Sep 2020
Taeyong masih di luar jangkauan wkwk
![](https://img.wattpad.com/cover/235595085-288-k570592.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Best part
Fanfiction"Terimakasih karena sudah menjadi bagian terbaik dalam kisah hidupku." Kisah seorang gadis yang sebelumnya bukanlah seorang K-popers yang menjelma sebagai make-up artist di salah satu agensi ternama di Korea Selatan. Awalnya dia tak begitu menyukai...