Rini mengernyit saat Taeyong yang berpapasan dengannya secara tak sengaja, dengan cepat memutar langkahnya. "Taeyong-ssi"
Taeyong memukul pelan dahinya sebelum akhirnya berbalik. Ia tersenyum canggung. "A-ada apa?"
"Bukankah seharusnya kau bersama member lain? Di mana yang lainnya?"
"Ah...mereka? Mereka sepertinya masih di ruang latihan," jawab Taeyong sambil menggerakan tangannya. Ia lantas berjalan menuju lift, membuat Rini menggumam 'aneh' dalam hatinya.
Canggung. Mereka berdua hanya saling diam di dalam lift. Bahkan Rini juga masih disibukan dengan berbagai istilah make-up yang harus ia pahami. Ia hanya tak mau orang lain kembali merendahkannya seperti terakhir kali.
"Menghapal sesuatu?" Rini menoleh ke kanan dan kiri. Ia kemudian menunjuk dirinya sendiri dengan raut wajah penuh tanya.
"Kau bertanya padaku?"
"Lalu siapa lagi? Kita hanya berdua di sini."
"Ak--"
Ting!
Tatapan mereka yang tadinya bertemu, kini sama-sama menatap floor designator yang menunjukan angka 9. Dengan segera, Rini melangkah keluar dari lift sebab ia sudah benar-benar terlambat, menyisakan Taeyong yang masih berdiri di dalam sana sampai pintunya kembali tertutup.
Taeyong mengacak rambutnya. "Ck, kenapa aku malah gugup? Apa karena aku menghubunginya?"
Rini mempercepat langkah. Ia harus bertemu dengan MUA lainnya pagi ini untuk melakukan training dadakan. Ia juga tak mengerti kenapa hal ini justru dilakukan. Padahal ia sudah mengikuti training di awal.
Sol-Ah mencoba mengatur napasnya. Dengan hoodie oversize, celana bahan, dan rambut yang diikat, gadis itu menatap Rini dengan tatapan yang sulit Rini artikan.
"Ah...palliwa. Kita sudah benar-benar terlambat. Kau mau dimarahi orang so pintar itu?" tanya Sol-Ah sambil menarik tangan Rini masuk ke dalam ruang rapat.
"Sol-Ah, rambutmu berantakan."
"Aku tak peduli. Wooseok yang membantuku mengikatnya tadi karena aku bangun terlambat," jelas Sol-Ah, membuat Rini menghentikan langkah.
"Kalian tinggal bersama?"
"Tolong, itu bukan pertanyaan penting untuk saat ini."
Sol-Ah bernapas lega saat di ruangan itu masih belum ada orang. Itu artinya mereka memang datang paling awal begitu pemberitahuan masuk ke dalam ponsel mereka.
"Tadi apa? Kau bertanya apa aku tinggal bersama Wooseok? Oh ayolah, kita bukan hidup di zaman batu. Itu sudah sering dilakukan pasangan kekasih," jelas Sol-Ah, membuat Rini hanya mengangguk paham. "Tapi aku tidak tinggal bersamanya. Aku hanya menginap saja semalam karena Ibunya Wooseok yang meminta."
"Woah, kau direstui calon mertua," goda Rini, membuat Sol-Ah sedikit tersipu malu. "Saat pernikahanmu, aku yakin NCT akan datang, atau bahkan idol lainnya juga."
"Ah, aku menginginkan EXO yang datang. Aku ingin mereka yang bernyanyi untukku."
"Jangan berkhayal terlalu tinggi, Sol-Ah," ujar Rini, membuat Sol-Ah mencebikan bibir. Gadis bersurai cokelat itu nampaknya sangat kesal karena Rini baru saja membuat acara khayalannya itu terhenti.
"Apa kau tidak akan membayangkannya?"
"Aku akan membayangkan yang menikah denganku adalah salah satu dari member NCT. Kau tahu 'kan? Aku akan sangat terkenal." Rini mengatakannya dengan nada gurauan, membuat Sol-Ah dengan segera tertawa. Bahkan khayalan Rini jauh lebih parah dari dirinya.
"Ayo bangun, Nak. Ini sudah siang." Sol-Ah mengikuti cara bicara seorang Ibu yang membangunkan Anaknya, membuat mereka berdua akhirnya tertawa bersama. Merasa memiliki banyak kesamaan, tentu saja membuat perasahabatan yang mereka bangun dalam waktu singkat itu terlihat erat. Bahkan mereka terlihat seperti sudah berteman sejak bangku sekolah.
*
*
*Suasana hati Haechan nampaknya sedang sangat buruk. Ia hanya memasang wajah datar dan sesekali berdecak pelan jika make-up artist-nya melakukan sedikit kesalahan. Bahkan ia juga menolak untuk dimake-up. Padahal hari ini mereka akan melakukan showcase.
"Aku rasa terjadi sesuatu pada Haechan," bisik Sol-Ah, membuat Rini menatap bagaimana masamnya wajah maknae NCT 127 itu. Padahal biasanya Haechan selalu terlihat ceria.
"Haechan, kau masih marah?" Mark mulai bersuara. Namun sepertinya hal itu tak membuat Haechan bicara.
Rini terus memperhatikan Haechan. Hingga akhirnya Taeyong berjalan menghampiri Haechan dan berbisik. Ia tak tahu apa yang Taeyong bisikan. Tapi setelahnya, Haechan dan Taeyong pergi dari ruangan itu.
"Kalian menggodanya?" tanya Sol-Ah dengan wajah pura-pura marahnya.
"Ani," jawab mereka kompak.
"Lalu kenapa Haechan sampai seperti itu?"
Setelah beberapa kali bertemu, sepertinya tak mustahil untuk membangun pertemanan antara staf dan juga idol.
Sebenernya Haechan sama Taeyong kemana sih? Rini memutuskan untuk mengekori mereka berdua. Daripada menonton bagaimana Sol-Ah berdebat dengan member lainnya karena masalah Haechan, lebih baik ia cari tahu kenapa hari ini Haechan benar-benar dalam kondisi yang benar-benar tidak bagus.
Deringan ponsel membuat Rini memutar malas kedua bola matanya. Meski begitu, ia tetap mengangkat telepon yang ia terima tersebut.
"Sebenarnya ada apa denganmu, hm? Mau menceritakannya padaku?" tanya Taeyong, membuat Haechan hanya menggeleng. "Apa seseorang melakukan kesalahan?"
"Aniyo, Hyung. Aku hanya sedikit dalam masalah. Tidak apa-apa."
"Sudah jelas kau berbohong. Kau sungguh tak mau menceritakannya?"
"Mark Hyung membuatku kesal dengan mengganggu tidurku. Padahal aku baru saja memejamkan mata dan dia terus mengguncang tubuhku," jelas Haechan yang diakhiri dengan decakan kesalnya. "Bukankah itu sangat menyebalkan?"
"Jadi kau marah karena itu? Tapi kenapa kau juga marah ke semua orang? Bahkan staf juga sampai kena. Yang ku tahu, kau orang baik. Jadi bagaimana jika menyelesaikan masalahnya? Meski hanya masalah kecil, itu tetap masalah, bukan?" tanya Taeyong yang kemudian membuat Haechan mengangguk. "Kau tunggu di sini, aku akan memanggil Mark dan kalian harus selesaikan masalahnya."
"Tidak mau."
"Waeyo? Daripada suasana hatimu terus buruk, lebih baik memperbaikinya 'kan? Jadi tunggu di sini."
Dari kejauhan, Rini ternyata memperhatikan bagaimana cara Taeyong bicara pada Haechan. Kagum? Tentu saja. Padahal ia pikir Taeyong akan memarahi Haechan. Ternyata tidak sama sekali. Bahkan Rini bisa menebak jika Taeyong bicara dengan sangat lembut pada Haechan.
"Kau di sini?"
Rini tergagap saat ia justru berpapasan dengan Taeyong. Bukankah seharusnya ini tak terjadi? Apalagi ia tadi sedang mengintip sekaligus menguping.
"Jadi aku ketahuan?" tanya Rini diiringi dengan tawa canggungnya. Ia kemudian berbalik, memukul pelan dahinya kemudian berjalan masuk ke ruang tunggu tadi.
Matilah aku. Kenapa malah ketauan sih? Mau taro dimana tuh muka? Rini terus merutuki dirinya sambil berjalan, sedangkan Taeyong hanya bisa terkekeh melihat tingkah Rini. Ini kali pertama seorang staf bertingkah seperti Rini. Padahal biasanya, para staf tak terlalu peduli jika idol yang mereka urus sedang dalam masalah. Tapi dari cara Rini mengintip tadi, Taeyong yakin jika Rini benar-benar khawatir soal Haechan yang justru berubah menjadi murung.
TBC🖤
24 Oct 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Best part
Fanfiction"Terimakasih karena sudah menjadi bagian terbaik dalam kisah hidupku." Kisah seorang gadis yang sebelumnya bukanlah seorang K-popers yang menjelma sebagai make-up artist di salah satu agensi ternama di Korea Selatan. Awalnya dia tak begitu menyukai...