#6 Sol-Ah Kwiyeopta

215 26 19
                                        

Author POV

Sudah hampir 3 hari Rini berada di sana, berkutat dengan berbagai macam alat make-up hingga ia merasa jika tangannya sudah hampir lepas. Ia selalu berpikir jika pekerjaannya akan sangat mudah. Ternyata tidak sama sekali.

Ia menghembuskan napas kasar setelah air dingin itu menyapa tenggorokannya. Ia sungguh bersyukur karena masih bisa beristirahat saat EXO tengah memberikan penampilannya. 

"Bukan hanya jantungku saja yang hampir lepas, tanganku juga." Sol-Ah menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa empuk itu. Ia sungguh tak menyangka jika pekerjaan mereka akan sangat menumpuk. Ditambah lagi karena EXO bukan hanya menghadiri acara musik saja. Tapi juga acara-acara lain bahkan sampai acara live.

K-talk!

Rini meraih ponselnya sesaat setelah nada notifikasi itu terdengar. Seketika ia tersenyum membaca pesan yang baru saja ia terima.

[Rin, pulang jam berapa?]

Secepat kilat Rini mengetik balasan untuk pesan yang ia terima. Sebenarnya ia tak akan pulang malam ini sebab ia akan menginap saja di dorm yang disiapkan untuk staf agensi tersebut. Terlebih karena saat ini sudah larut malam. Ia tak akan tega membiarkan Aksa menaiki motornya menembus gelapnya jalanan. Ia hanya takut sesuatu terjadi pada sahabatnya itu. Lagipula tak akan apa-apa jika ia harus menginap bersama staf yang lainnya.

"Untung saja hari ini adalah hari terakhir." Sol-Ah kembali menghembuskan napas beratnya sambil merapikan beberapa kuas yang masih berantakan di atas meja rias. "Tanganku rasanya sudah seperti mau lepas."

"Tapi tanganmu tidak akan lepas Sol-Ah," ujar Rini, membuat Sol-Ah hanya mendengus kesal. "Ah ya, apa Wooseok--"

"Dia hanya diam sejak kemarin. Menyebalkan, bukan?" tanya Sol-Ah masih dengan nada kesalnya. Bahkan staf lainnya juga ikut menahan tawa karena gerutuan Sol-Ah semakin menjadi. Bahkan gadis itu tak segan membereskan alat-alat make-up itu dengan menggunakan emosinya.

"Sol-Ah, kau bisa merusak segalanya. Tinggalkan itu dan duduk saja." Rini merebut beberapa kuas yang masih di genggam Sol-Ah. Ia tak mau jika ikut disalahkan andai salah satu kuas itu rusak. Ia sungguh tak mengerti kenapa Sol-Ah benar-benar selalu menggerutu akhir-akhir ini.

"Kalian sudah membereskannya? lebih baik simpan saja seluruh barang-barangnya ke dalam mobil. Untuk baju biarkan saja di sini, aku yang akan membereskannya nanti."

Rini dan Sol-Ah membawa masing-masing satu kotak make-up yang beratnya sungguh bukan main. Dengan warna silver mengkilap, mereka bisa menaksir harga dari kotak make-up itu.

"Rin, apa yang akan kau lakukan jika kau mendapat waktu libur?" tanya Sol-Ah random.

"Aku akan istirahat."

Sol-Ah mengangguk kemudian menghembuskan napas kesalnya. "Aku juga ingin melakukannya. Kau tahu? untuk saat ini aku sama sekali tak memikirkan soal bertemu kekasihku lalu berkencan. Huftt, aku jadi menginginkan libur panjang saja."

Rini hanya tertawa canggung. Masalahnya ia tak punya kekasih seperti Sol-Ah. Ia hanya menggunakan nama Aksa agar tetap bisa bekerja di sana. Ia akan bingung jika suatu ketika Sol-Ah ingin bertemu dengan kekasihnya. Itu akan menjadi masalah yang serius.

Mereka telah sampai di basement. Percakapan mereka sepertinya cukup ampuh untuk mengusir rasa bosan yang menyelimuti mereka dalam lift.

"Apa kita harus kembali ke atas? rasanya melelahkan," keluh Sol-Ah setelah meletakan kotak make-up itu ke bagasi mobil Van perusahaan itu. "Kau mau kembali ke sana?"

"Bukankah dengan terus diam di sini hanya akan membuat kita dalam masalah?" tanya Rini yang kemudian disetujui oleh Sol-Ah. Ah ia sungguh buruk karena mengajak Rini untuk membuat masalah.

Sol-Ah menunjukan deretan gigi putih yang dilengkapi dengan 2 gigi kelinci di gigi atasnya. "Maaf. Aku sudah terbiasa membuat masalah dengan Wooseok."

"Aigo, kalian sungguh sering melakukannya?" tanya Rini tak percaya namun Sol-Ah dengan cepat mengangguk. "Jinjja?"

"Aku dan Wooseok selalu bersama sebab kami berdua sering bertemu di ruang konseling. Dulu aku pikir dia nakal karena dia memang nakal. Tapi ternyata dia merupakan korban perpisahan kedua orang tuanya. Itulah kenapa dia sering membuat masalah dengan alasan untuk mencari perhatian."

Rini sungguh tak tahu jika Wooseok memiliki masa lalu yang kelam. Meskipun baru mengenal pria itu, Rini ikut merasa sedih mendengar cerita dari Sol-Ah.

"Tapi tenang saja, aku sudah membuatnya menjadi orang yang baik," ujar Sol-Ah sambil menekan angka 8 untuk kembali ke lantai di mana ruang tunggu EXO berada.

Rini menyipitkan matanya, merasa jika ada suatu kebohongan yang Sol-Ah dan Wooseok sembunyikan darinya. "Kalian benar-benar berkencan?"

"Jika iya lalu kenapa?" tanya Sol-Ah, membuat Rini memasang wajah tak percayanya. Ah sebenarnya ia sudah curiga sejak awal karena mereka berdua terlihat sangat dekat.

"Kenapa kau berbohong padaku? kau sangat menyebalkan. Apa aku bukan temanmu?" tanya Rini, membuat Sol-Ah terkekeh.

"Masalahnya itu bukanlah hal penting yang harus kau ketahui. Apa kau menyukai Wooseok? aku tahu dia tampan, tapi jangan coba-coba untuk merebutnya." Sol-Ah meremat outer peach yang dikenakan Rini kemudian menyeringai. Namun saat suara denting lift itu terdengar, Sol-Ah dengan segera tersenyum seperti biasanya, membuat Rini merasa merinding.

"Ayo, Rin, sebelum pintunya kembali tertutup. Kau akan naik-turun lift seolah sedang naik sebuah wahana?" tanya Sol-Ah sambil berlalu, membuat Rini dengan segera menyusulnya.

"Woah, kau membuatku merinding tadi."

"Wooseok selalu bilang agar aku ikut casting. Tapi aku sungguh tak mau karena menjadi aktris hanya akan membuatku hidup dengan dikelilingi kamera. Aku juga tak akan punya banyak waktu luang."

Rini setuju soal itu. Tapi kenapa banyak sekali yang ingin menjadi idol? Apalagi teman-teman kuliahnya dulu. Mereka sering mengatakan jika mereka sangat tertarik untuk berkarir di negeri gingseng.

"Menjadi staf saja sudah sulit. Apalagi jika menjadi artis di dalamnya," gumam Rini, membuat Sol-Ah mengangguk setuju. "Tapi saat kau menjadi artis, kau akan sangat bahagia, bukan? kekayaan, kepopuleran, dan--"

"Kesengsaraan," sela Sol-Ah. "Kau tidak lihat bagaimana member EXO tertidur saat make-up? itu menandakan jika mereka benar-benar lelah. Aku merasa kesal pada penggemar mereka yang selalu menuntut banyak hal pada mereka."

"Termasuk kau?" tanya Rini, membuat Sol-Ah menghentakan kakinya sambil berdesis.

"Bukan! aku bukan penggemar yang melarang idolaku melakukan segala hal yang mereka inginkan. Lagipula Wooseok selalu cemburu," ujar Sol-Ah sambil membuka pintu. Namun langkahnya terhenti saat D.O berdiri di hadapannya. "Kau mengagetkanku."

"Maaf. Tapi untuk apa kau kemari saat kami semua akan pulang?"

"Ah, benarkah?"

Rini menahan tawanya saat Sol-Ah menggaruk tengkuknya sambil tersenyum canggung. Ia lantas memundurkan langkah membiarkan mereka keluar. Sepertinya perbincangan itu membuat mereka berjalan lambat. Bahkan EXO saja lebih dulu sampai ke ruang tunggunya.

TBC🖤

19 Sep 2020

Best partTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang