#21 Taeyong's Feeling

166 17 23
                                    

Rini meregangkan otot-ototnya saat cahaya matahari mulai menerpa wajahnya. Ia lalu terduduk sebelum akhirnya menatap jam yang ada di ponselnya. Ia lantas membulatkan mata saat jam sudah menunjukan pukul 9 pagi. Ia dengan segera meraih handuk. Namun ia meringis saat tangannya justru terasa kebas.

Mendengar suara sesuatu terjatuh, tentunya membuat Aksa dengan segera menghampiri kamar Rini. "Kamu gak apa-apa 'kan?"

Rini hanya menggeleng sebelum akhirnya meraih handuk itu dengan tangan kirinya. Ia masih tak mengerti kenapa tangannya justru terasa semakin sakit. Padahal ia selalu meminum obatnya dengan teratur. Ia jadi benar-benar takut jika pada akhirnya ia akan dioperasi. Masalahnya, ia hanya sendirian di sana dan ia juga tak mungkin meminjam uang dari Aksa.

Aksa tengah menyiapkan sarapan. Sesekali ia menoleh ke pintu kamar mandi, berharap jika Rini akan baik-baik saja. Ia bersyukur karena Sol-Ah memberitahunya soal kesulitan Rini.








Taeyong mengacak rambutnya. Ia ingin sekali menghubungi Rini untuk sekedar menanyakan kabarnya. Namun ia benar-benar ragu untuk melakukannya. Hingga pada akhirnya Doyoung menekan icon telepon, membuat Taeyong membulatkan mata saat ponselnya sedang menghubungi ponsel Rini. Dengan segera ia mengakhiri panggilan yang bahkan belum dimulai itu lalu meletakan kembali ponselnya.

"Apa yang kau lakukan?" gemas Taeyong yang hampir saja mencubit Doyoung.

"Kau lama sekali hanya untuk menghubungi seseorang."

Taeyong hanya takut jika ia mengganggu istirahat Rini. Apalagi saat ini Rini benar-benar harus beristirahat total karena CTS-nya.

Taeyong berjalan menuju kamar mandi untuk bersiap. Hari ini akan ada stage dan ia baru ingat jika ia belum mandi. Yap, memikirkan untuk menghubungi Rini atau tidak, membuat dirinya sungguh melupakan segalanya.

*
*
*

"Pelan-pelan!" Rini benar-benar tak tahu kenapa rasanya sungguh sakit saat Aksa menggerakan tangan kanannya. Ya, Rini lupa soal melakukan senam ringan untuk tangannya itu dan kini Aksa yang melakukannya. "Sa..."

Aksa terkekeh saat mata Rini sudah berkaca-kaca, membuatnya akhirnya memilih untuk menghentikannya. "Maaf, biasanya harusnya gitu."

"Gak dipaksa juga kali. Sakit tau!" Rini menggenggam pergelangan tangan kanannya, mundur perlahan sebelum akhirnya Aksa kembali meraih tangannya. Ia tahu, seharusnya ia lebih sering melatih otot tangannya. Tapi Aksa sepertinya terlalu berlebihan. Itu yang ia pikirkan. Padahal Aksa melakukannya sesuai prosedur. Bahkan ia juga pernah mengalami hal yang sama saat bekerja part time.

"Iya deh maafin ya."

"Tau ah!"

"Dih ngambek. Pantes cepet tua, marah-marah mulu," ujar Aksa yang tentunya membuat Rini tak terima. Hingga akhirnya ia berniat memukul Aksa. Namun ia lupa soal CTS-nya yang justru membuatnya meringis setelah memukul Aksa. "Nah kan, kenapa sampe lupa tangannya lagi sakit?"

"Sa, sakit." Mata Rini semakin berkaca-kaca, membuat Aksa kembali terkekeh. "Bantuin, bukan ketawa!"

"Iya iya, marah-marah mulu sih."










"Rin sungguh mengambil cuti?" Haechan mencoba mencari keberadaan gadis yang biasanya menjadi tempat penitipan barang itu. "Sol-Ah, apa Rin mengambil cuti?"

"Eo. Aku rasa tangannya semakin sakit."

"Dia tidak ada di dorm," ujar Johnny sambil memainkan ponselnya. Semalam ia sempat mengantar Taeyong menemui Rini. Tapi sayang sekali Rini tak ada di dorm.

Best partTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang