Setelah beberapa hari beristirahat, Rini bersyukur karena rasa sakitnya mulai berkurang sekarang. Bahkan perlahan tangannya bisa digerakan dengan mudah. Ini berkat senam yang selalu Aksa lakukan meski rasanya sungguh menyakitkan. Namun efeknya sudah cukup ia rasakan saat ini.
"Jangan pake tangannya keras-keras. Tangan kamu juga butuh istirahat." Aksa mengoleskan minyak pada pergelangan tangan Rini untuk kemudian memijatnya. Ia perlahan memutarnya sambil menatap Rini, menunggu respon dari gadis itu. "Udah gak sakit 'kan?"
"Enggak. Makasih, ya."
"Lain kali gak usah istirahat, biarin tangannya sakit lagi."
Rini berdecak dengan sindiran keras pria itu. Ia hanya terlalu antusias saja sampai ia lupa jika tangannya juga butuh istirahat. Namun kali ini, ia berjanji tidak akan memaksakan tangannya lagi. Cukup mengerikan juga jika dirinya harus masuk ruang operasi.
"Jangan lupa tetep minum obatnya sama senam pergelangan tangan lagi. Aku gak bakalan ada di deket kamu terus." Layaknya seorang kakak laki-laki, Aksa sangat menjaga Rini. Bahkan selama beberapa hari ini, ia memilih untuk pulang lebih awal agar bisa menjaga Rini.
"Sa, maaf ya, aku ke sini pas lagi sakit doang."
"Gak apa-apa, santai aja. Lagian kamu juga pulangnya malem banget dan gak mungkin kamu pulang ke sini. Aku gak keberatan kalo kamu dateng ke sini pas libur doang." Senyuman Aksa sungguh sulit Rini artikan. Entahlah, ia hanya merasa jika tatapan Aksa sangat berbeda dari saat mereka berteman dulu. Apa Aksa berubah? pikirnya.
Aksa beralih untuk meletakan kembali wadah minyak pijat yang tadi ia gunakan, membuat mata Rini mengikuti pergerakan pria tersebut.
Hari ini adalah hari terakhir NCT 127 melakukan promosi di acara musik. Setelah ini, ia pasti akan jarang bertemu Rini lagi. Mungkin untuk 3 bulan kedepan?
Taeyong mengacak rambutnya, membuat orang-orang sekelilingnya mulai memperhatikannya. Ia hanya memasang senyumnya lalu mengambil sisir untuk kembali merapikan rambutnya.
Sial! Apa yang baru saja kulakukan?
Doyoung dan Haechan hanya menahan tawa mereka sambil saling tatap. Begitupun dengan Jaehyun yang justru tertawa karena ulah Taeyong. Sungguh ia tak paham kenapa akhir-akhir ini, Taeyong terlihat bodoh dengan tiba-tiba saja melakukan hal yang mengejutkan. Terkadang menghembuskan napas berat, melamun dalam waktu yang lama kemudian tiba-tiba mengumpat, sampai yang terparah adalah mengacak rambutnya seolah ia sangat frustasi.
"Dia semakin aneh. Apa aku perlu membawanya ke--"
"Aku tidak gila," sangkal Taeyong dengan tatapan kesal.
"Hey, aku tidak berniat untuk mengatakan rumah sakit jiwa," ujar Taeil, membuat Taeyong tergagap. "Aku ingin membawamu jalan-jalan supaya otakmu lebih jernih."
"Jadi, Hyung, ada apa, hm?" goda Haechan, membuat Taeyong hanya menghela napas.
"Entahlah, aku hanya terlalu lelah." Taeyong menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa kemudian memejamkan matanya. "Aku ingin libur."
"Aku rasa kau memang benar-benar sudah lelah," ujar Jungwoo yang kemudian duduk di sampingnya.
*
*
*Aksa membantu membawakan koper milik Rini. Ia tak akan mungkin membiarkan gadis itu menyeret kopernya sendiri karena koper tersebut sungguh berat.
"Kayaknya belum pada pulang deh." Rini melirik jam yang melingkar di tangannya. "Ini masih jam 4."
"Yaudah, di mana kamarnya?"
"Biar aku aja, Sa. Kamu pasti gak dibolehin masuk."
"Tunggu." Aksa berjalan menghampiri security yang berjaga di depan dorm itu. Ia berbicara sebentar sebelum akhirnya koper miliknya sudah berpindah tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best part
Fanfiction"Terimakasih karena sudah menjadi bagian terbaik dalam kisah hidupku." Kisah seorang gadis yang sebelumnya bukanlah seorang K-popers yang menjelma sebagai make-up artist di salah satu agensi ternama di Korea Selatan. Awalnya dia tak begitu menyukai...