Rini membayangkan pekerjaannya akan sangat mudah. Ternyata tidak sama sekali. Ia benar-benar merasa lelah dengan segala hal yang ia lakukan. Terlebih karena Taeyong yang tak kunjung mengajaknya bicara padahal ia sangat yakin pria itu benar-benar ramah.
Rini membulatkan matanya, menatap nyalang pelaku yang tiba-tiba saja memukul wajahnya dengan sebungkus makanan ringan. Memang tak terlalu keras. Tapi itu sudah cukup membuat Rini merasa terkejut.
"Ngelamun aja. Liat, udah siang. Gak berangkat kerja?" Aksa duduk di sampingnya, menyodorkan bungkusan berisi makanan ringan yang baru saja ia beli.
"Nanti siang katanya."
"Yah malah bete. Gimana mau kerja kalo bete gitu? Gini ya, Oppa-Oppa Korea inceranmu ogah kali kalo liat muka bete gini."
Rini tersenyum terpaksa sebelum akhirnya membuka salah satu makanan ringan yang Aksa berikan. Setidaknya suasana hatinya harus membaik agar ia bisa konsentrasi saat bekerja nanti.
"Rin, aku mau ngomong sesuatu."
Rini menghentikan acara makannya. Ia memilih menatap Aksa sebab jarang sekali pria itu bicara dengan nada serius seperti saat ini. "Apaan?"
"Itu punya aku loh snacknya, main makan aja. Bayar!"
Rini memutar jengah kedua bola matanya. Ia pikir Aksa memang akan mengatakan hal yang serius. Ternyata tidak sama sekali.
"Ish, kirain apa."
"Gantiin."
"Iya iya. Bawel banget. Sini ah," ujar Rini sambil mengambil kembali snacknya.
"Enggak ish, becanda doang."
*
*
*"Boleh aku menitipkan ini?" Belum juga Rini mengangguk, Taeyong sudah memberikannya ice americano, jaket, dan juga ponsel serta power banknya. Ini sudah menginjak hari ke-3 syuting MV dan seperti biasanya Taeyong hanya menitipkan barang-barang padanya.
"Dia menitipkannya lagi?" tanya Sol-Ah tak percaya.
"Memangnya aku penitipan barang?"
Rini memang sedikit kesal. Apalagi karena Taeyong tak pernah mau bicara dengannya. Tapi setiap saat pria itu pasti menitipkan barang-barang padanya meskipun ia punya manager. Terlepas dari itu semua, Rini benar-benar tak peduli. Ia bahkan sampai menyingkirkan jauh-jauh keinginannya untuk bicara dengan Taeyong.
Saat ini mereka masih melakukan syuting tersebut. Melihat bagaimana Rini menggenggam ponsel dan juga power bank milik Taeyong, membuat mereka mulai saling berbisik. Padahal itu juga bukan kemauan Rini. Taeyong sendiri yang memberikannya.
Rini cukup terkejut saat ponsel itu tiba-tiba saja bergetar, memunculkan nomor tanpa nama di layarnya. Rini mengedarkan pandangan, mencoba mencari keberadaan Taeyong namun pria itu kini masih sibuk dengan syutingnya yang belum berakhir.
Entar aja deh kasih tau Taeyongnya.
Rini memilih membiarkan telepon itu, tanpa berniat sekalipun untuk mengangkatnya. Ia hanya takut jika itu merupakan telepon dari orang yang penting.
Syuting itu kini dihentikan agar mereka semua bisa beristirahat. Dengan cepat Taeyong merapat ke arah staf, membuat mereka mulai sibuk menyeka keringatnya dan Sol-Ah juga mulai melakukan tugasnya.
Rini ingin sekali membantu. Namun ponsel itu justru membuatnya harus rela tak melakukan tugasnya.
"Seseorang meneleponmu," ujar Rini yang kemudian membuat Taeyong menoleh. Namun detik berikutnya seolah ia tak peduli. Tentunya hal ini cukup membuat Rini kesal sebab Taeyong seolah mengabaikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best part
Fanfiction"Terimakasih karena sudah menjadi bagian terbaik dalam kisah hidupku." Kisah seorang gadis yang sebelumnya bukanlah seorang K-popers yang menjelma sebagai make-up artist di salah satu agensi ternama di Korea Selatan. Awalnya dia tak begitu menyukai...